Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan

Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan

By:  Lysa_Yovita22  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
81Chapters
1.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Pernahkah kau mendengar pepatah kuno, sudah jatuh tertimpa tangga, dipatuk ular pula? Itulah yang sedang dialami oleh Ivy Aurora. Sejak Alden-ayah Ivy, menikah lagi, semua dikuasai oleh Payton, si Ibu Tiri. Berada dalam bayang-bayang dua anak dari ibu tiri, Lucas dan Lucy, membuat Ivy kehilangan semuanya. Sebuah jebakan membuat Ivy hamil tanpa suami. Seakan-akan belum lengkap, bayi itu dikabarkan meninggal tak lama setelah dilahirkan. Satu persatu rahasia terbuka, ketika tak sengaja bertemu dengan Jacob Alfonsius, sepupu dari Ocean Aloysius, laki-laki yang sudah menghabiskan malam bersama Ivy. Siapa dalang di balik semua musibah bertubi-tubi yang menimpa Ivy? Dan bukankah bayinya sudah mati? Lantas bayi siapa yang diakui Jacob sebagai calon penerus klan mafia Alexavier itu?

View More
Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Cindy Listiyani Aprilian
lanjtkan thor up nya jngn pelit2
2024-04-05 21:29:25
0
default avatar
Yeo
Bagus banget ceritanya. Semangat buat update terus thorr
2024-03-03 23:56:25
1
81 Chapters
Salah Masuk Kamar?
Ivy merasa seluruh tubuhnya terbakar. Sesuatu yang tak dimengerti olehnya sedang terjadi. "Lu-lucy, kenapa badanku mendadak panas?"Adik tirinya itu hanya tersenyum tipis. "Itu karena kau belum pernah minum alkohol. Ini reaksi wajar, Ivy. Ayolah, kau memang lugu dan ... bodoh!" "Tap-tapi, rasanya semakin panas dan aneh," keluh Ivy, lagi."Diamlah! Kau terlalu berisik. Ayo, kita sembunyi di kamar hotel yang disediakan Mike saja." Lucy merasa tak sabar langsung menarik tangan Ivy dengan keras. Ivy yang tidak bisa membantah, terpaksa mengikuti semua keinginan Lucy. Ivy, si gadis bermata kehijauan itu, membantu di acara ulang tahun salah satu teman kampus. Menjadi pekerja katering panggilan dari pihak hotel tempat diselenggarakannya pesta. Ternyata, Lucy datang sebagai tamu undangan. Ya, kenyataan hidup yang miris. Jika Lucy tampil memukau dengan gaun pesta berharga mahal, Ivy malah mengenakan seragam khas pekerja. Kedatangan Lucy ke acara pesta itu punya dua tujuan berbeda. Karena it
Read more
Putus
Ivy mengangguk gugup. Tatapan matanya berkabut. Seakan-akan memohon kepada laki-laki asing di atasnya itu untuk melanjutkan apa yang tertunda.Laki-laki itu menatap dingin. 'Kau yang datang menyerahkan diri. Semoga setelah ini, kau tidak bermain drama seolah-olah tersakiti.' Tak dihiraukannya wajah cantik bersemu kemerahan itu meringis dan menjerit karena sakit. Ivy yang masih dikepung sensasi membakar dari minuman bercampur obat afrodisiak itu, bingung mengartikan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya. Ingin menolak, tetapi tubuhnya bereaksi berbeda. Kegiatan panas itu terus berlanjut. Laki-laki itu tidak memberi kesempatan Ivy untuk beristirahat. Sampai akhirnya, Ivy kehilangan kesadaran. Ocean Aloysius, laki-laki yang memiliki tato harimau, di otot pejal perut bagian kanan itu, tersenyum puas. "Kenikmatan yang kau berikan, sebanding dengan harga yang aku bayar." Lelaki bermata sebiru lautan itu keluar. Ia duduk di area balkon. Menikmati kesunyian dini hari sambil merokok,
Read more
Kacau
Sebelum menjadi sepasang kekasih, keduanya sudah bersahabat sejak bangku sekolah menengah. Seharusnya Brian hafal betul bagaimana karakter Ivy. Gadis cantik berpinggul ramping menggoda itu, menangis tergugu di sepanjang koridor menuju kamarnya. Ivy tampak kacau. Di kamarnya yang sangat sempit, Ivy duduk memeluk lutut. Tubuhnya berguncang keras. Suara ratapan tangisnya pun terdengar memilukan.Ivy tak habis pikir, bagaimana bisa dalam waktu singkat, kesialan menimpanya bertubi-tubi. Keperawanannya hilang dengan cara memalukan. Lalu Brian kedapatan hampir meniduri adik tirinya. "Rumah ini sudah lama berubah menjadi neraka. Tapi kali ini yang paling mengerikan." Ivy terisak-isak.Semua dimulai ketika Elisabeth mengetahui perselingkuhan suaminya dengan Payton. Elisabeth stres berat. Bobot tubuhnya turun drastis. Apalagi ketika tanpa malu Payton dibawa pulang ke kediaman mereka dengan sepasang anaknya pula.Elisabeth jatuh sakit. Ivy yang saat itu masih duduk di bangku sekolah atas, menj
Read more
Temukan Dia!
Sejak peristiwa pemenangan lelang gadis di malam dua bulan lalu, Ocean Aloysius Alexavier, tak pernah lagi berselera menghabiskan malam panjang bersama wanita bayaran.Setiap ingin menuntaskan dahaga, seleranya menguap walau wanita bayaran itu sudah dalam kondisi siap tempur. Bayangan wajah cantik gadis bermata kehijauan dengan rambut ikal berantakan, lengkap erangan sendu, terus menggema di kepalan Ocean.Sayang, Ocean kehilangan jejak dan petunjuk tentang siapa gadis yang mencuri uang seratus dollar miliknya pagi itu. Padahal Ocean dengan senang hati akan memandikan gadis itu dengan jutaan dollar jika saja ada malam-malam panas berikutnya. Bibir sensual yang merekah merah alami itu seakan-akan membiusnya agar tidak lagi sembarangan memagut milik jalang lain. Wajah sendu yang mengerang manja itu pun menari-nari di pelupuk mata Ocean."Pakailah bajumu. Aku berubah pikiran." Ocean mendengkus keras lalu berpindah ke sofa. Diteguknya wine untuk mengusir rasa kesal.Wanita bayaran yang s
Read more
Mengambil Keputusan
Ivy merasa tubuhnya seperti tidak bertulang. Seluruh sendi terasa nyeri dan rasa mual terus saja mengganggu. Belum lagi lidahnya yang bereaksi aneh jika mengecap rasa.Sekuat tenaga, Ivy berusaha melawan semua rasa tak nyaman yang menggerogoti tubuhnya. Dia harus sehat karena ada ayah yang harus diurusi. Ivy mengendap-endap menuju dapur. Harum aroma kaldu sapi yang menguar seolah-olah menuntunnya menuju ke ruangan itu. Air liurnya menetes membayangkan bagaimana gurihnya kuah beraroma rempah itu. Namun, tatapan galak dari kepala koki, membuat Ivy merasa miris. "Bukannya Nyonya Besar melarangmu berkeliaran di dapur?" Riddle, kepala koki, berkacak pinggang."Ma-maaf, Tuan. Aku lapar," ucap Ivy, jujur. "Tidak bisa. Menu ini khusus untuk Nona Muda yang sedang hamil. Kau harus menunggu jika ada sisanya." "Tapi ini rumahku! Kenapa kalian memperlakukan aku seperti ini?" Suara Ivy gemetar ketika menyuarakan protesnya."Aku hanya menjalankan perintah Nyonya Besar. Pergilah! Aku tak mau di
Read more
Kabar Menyakitkan
Ketika Ivy baru saja kembali dari pekerjaan paruh waktu sepulang kuliah, tak sengaja mendengar obrolan Payton dan Lucy. "Pemberkatan pernikahan akan digelar minggu ini, Mama. Pestanya menyusul bulan depan. Bagaimana menurut Mama?" Lucy tampak semringah, sambil menggelayut manja di lengan Brian. "Terserah bagaimana baiknya saja. Di mana diadakan pestanya?" Payton tersenyum lebar. "Di rumah ini saja, Tante. Aku akan mengirimkan uang untuk biaya keseluruhannya. Atau Tante mau terima beres?" Brian menatap manis ke arah Lucy. Hati Ivy terasa seperti ditikam pisau. Di saat dirinya harus menyeimbangkan antara mencari uang untuk menghidupi diri, mengurus ayah, juga menjaga kandungan, Lucy mendapatkan semua dengan mudah. Jika biasanya Ivy bisa menahan diri, kali ini entah kenapa dia merasa begitu kesal. Apalagi ketika melihat bagaimana cara Brian mengusap lembut perut Lucy yang terekspos jelas itu. Lucy tanpa malu mengenakan tank top model crop top. 'Tuhan, ini tidak adil. Kenapa selalu a
Read more
Hukuman
Ivy tak peduli dengan apa yang didapatkan Lucy sebagai calon pengantin di keluarga Brian Ashley. Pun ketika semua atribut mewah pesta yang diselenggarakan di kediaman keluarga Ivy. Dia dikurung Payton di kamar sempit Alden. Namun, bukan Ivy namanya kalau tidak bisa mencoba untuk keluar. Mansion ini tempat tinggalnya sejak lahir. Sudah tentu Ivy hafal area yang tak diketahui Ibu dan saudari tirinya.Separuh mengendap, Ivy menelusuri lorong menuju taman belakang di mana pesta berlangsung. Gaunnya lusuh, penampilannya mirip pelayan kelas bawah.Lampu-lampu menghiasi taman yang luas itu. Kursi dan meja kayu disusun rapi lengkap dengan hidangan lezat. Sepanjang jalan menuju area yang dibuat menyerupai altar dikelilingi rangkaian bunga-bunga di mana Lucy dan Brian duduk dengan senyum semringah tercetak jelas. Dari tanaman yang dibentuk rimbun itu, Ivy mengintip dengan hati penuh luka. 'Kalian bersenang-senang di atas lukaku. Kalian makan dan minum, berpesta menggunakan kekayaan Ayah.' Di
Read more
Rumah Sakit
Ivy terbangun karena suhu tubuhnya terasa sangat panas. Semalaman berbaring di dalam kamar mandi membuatnya menggigil. 'Pasti para pelayan sudah bangun. Aku harus keluar dari tempat ini.' Ivy mencoba untuk menggedor pintu dengan sisa tenaga yang ada."To-tolong. Siapa saja, tolong akun!" teriak Ivy.Tidak ada jawaban. Letak kamar mandi itu memang agak di belakang. Ivy terus mencoba dan berharap akan datang seseorang untuk mengeluarkannya.Brian yang diminta oleh Lucy mengambil makanan dari dapur mansion, tiba-tiba mendengar suara dari kamar mandi itu."Aneh, aku seperti mendengar suara dari pintu itu." Sebenarnya, Brian tersasar karena salah berbelok. Harusnya ke kanan, mantan kekasih Ivy itu malah ke kiri. "Tolong," rintih Ivy sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.Separuh ragu Brian mendekat ke arah pintu. "Aneh, kuncinya malah tergantung di sini." Brian mendekatkan telinganya ke arah pintu. Hening. Tidak terdengar suara apa pun. "Tidak mungkin mansion ini berhantu, kan?'Did
Read more
Payton Mengetahuinya
Mansion milik Alden pagi-pagi sudah dihebohkan dengan teriakan Lucy. Wanita manja yang tengah berbadan dua itu sibuk mencari ke mana suaminya.Namun, tak ada satu pun pelayan di mansion yang berhasil menemukan Brian.Lucy menepuk jidatnya. 'Dasar bodoh! Kau kan sudah menyadap lokasi di mana Brian berada.' Lucy berbalik, melangkah ke kamar untuk menyambar ponsel di atas nakas dan mengenakan cardigan selutut. Keningnya mengernyit ketika melihat di mana lokasi Brian berada. Sementara di rumah sakit, suster sudah membantu memindahkan Brian ke sofa. Ivy tak bisa berbuat banyak. Tubuhnya terasa lemah dan tidak bisa banyak bergerak. Keduanya masih tertidur pulas ketika Lucy menerjang masuk. Dengan penuh drama, Lucy mengguncang bahu Brian. "Bangun! Brian, bangun!"Brian menatap nanar. Pengar menghantam kepalanya. Brian menelan ludah ketika menyadari di mana dirinya saat ini. "Lu-lucy, ke-kenapa kau ada di sini?" Lucy menangis keras. "Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau ada di kamar i
Read more
Ancaman Payton
Tidak ada hal yang mudah untuk dijalani oleh Ivy. Dalam keadaan hamil, dia harus tetap tegak dan waras menjalani hari. Ivy juga tetap pergi berkuliah dan bekerja paruh waktu.Kondisi kehamilannya pun sering menjadi bahan olokan dan cibiran. Sangat berbanding terbalik dengan Lucy yang disayang dan penuh kemudahan.Dengan alasan morning sickness yang mengganggu, Lucy tidak melanjutkan pendidikan. Tentu saja Ivy merasa sedih. Di saat dia pun hamil, tetapi masih harus tetap beraktivitas dan bekerja layaknya gadis normal.Ivy baru saja mendapatkan bis yang membawanya ke kafe tempatnya bekerja. Ivy meringis karena merasakan kram di perutnya. "Ssh." Ivy memejamkan mata sambil mengelus lembut perutnya yang mulai membuncit. Seorang nenek tua di sebelahnya menatap cemas. "Kau kenapa, Nona?"Ivy membuka mata lalu menoleh. "Aku tidak apa-apa, Nenek. Hanya sedikit kram saja.""Ah, pasti rasanya tidak nyaman." Wanita berusia senja itu tersenyum sedih.Ivy balas tersenyum. "Aku pikir semua perempu
Read more
DMCA.com Protection Status