All Chapters of Kembalinya Putri yang Terbuang : Chapter 31 - Chapter 40
74 Chapters
Bab 30
Dessidra mundur selangkah kemudian merentangkan kedua tangannya yang diikuti dengan kedua sayap putihnya. Hayden langsung menyilangkan sebelah tangannya di depan tubuhku, mencoba melindungiku. Aku memegang tangannya dan meyakinkannya bahwa Dessidra tidak berbahaya. Beberapa detik kemudian, muncul rantai kecil berwarna emas yang menjerat lehernya dengan sebuah kotak kecil berwarna hijau emerald di tengah-tengahnya. Rantai itu terhubung dengan kedua tangan perempuan itu. Aku menggeram marah. Siapa yang berani-beraninya mengikatnya seperti anjing?"Kumohon," ucap Dessidra tanpa suara. Wajahnya menahan rasa sakit yang teramat sangat."Apa itu?" gumam Hayden dengan wajah terpana."Kotak kecil berwarna hijau itu adalah semacam alat pelacak sekaligus perekam. Jadi dimanapun Dessidra berada, dia akan diketahui oleh siapapun yang memerintahnya. Dan apa yang diucapkan olehnya maupun oleh orang yang berada di sekitarnya bisa didengarkan juga oleh si pemerintah itu. Tapi rantai sialan itu ada
Read more
Bab 31
Aku memasuki sebuah ruangan yang didesain dengan gaya maskulin seperti pemiliknya. Aroma khas dari pemilik ruangan ini membuatku menghela nafas, sedikit merasa bersalah karena telah membuatnya harus menghabiskan waktu selama seminggu secara sia-sia dengan berbaring di sini."Maaf, aku sangat terpaksa harus melakukannya," ucapku begitu berada di sampingnya.Dia sama sekali bergeming dan menganggapku seolah-olah tak kasatmata dengan terus membaca. Meskipun secara harfiah, kami memang sebenarnya adalah makhluk tak kasatmata bagi kaum manusia. Hanya yang memiliki ilmu tingkat tinggi saja yang bisa menampakkan wujud kami di dunia manusia. Kembali ke topik awal. Aku tahu bahwa dia merasa sangat kecewa dan marah padaku karena tidak mendiskusikannya terlebih dahulu dengannya. Tapi aku harus bergerak cepat atau nyawa Dessidra akan melayang sia-sia. Siapa yang bisa menjamin bahwa Hayden tidak akan lepas kendali lagi dan membunuhnya tanpa sepengetahuanku? "Dengar, Aiden. Saat itu aku masih
Read more
Bab 32
Aku memejamkan mata dan berusaha untuk tenang, hingga selubung hitam pekat di sekitar benteng itu berangsur-angsur lenyap. Aku tetap memejamkan mata, dan lama-kelamaan benteng itu tiba-tiba membentuk lubang berbentuk kotak yang sangat besar. Aku langsung membuka mata dan terkejut saat mendapati benteng itu masih utuh."Bagaimana bisa?" tanyaku takjub.Hayden tersenyum lembut padaku, kemudian menarik tanganku dan menggenggamnya. "Kedua kakekmu membantu kami membuatkan pelindung tak kasatmata ini, ditambah dengan bantuan dari Gabriel. Karena ada kau yang akan menghuni istana ini, maka Gabriel mau memenuhi permintaan kedua kakekmu untuk membantu memasang pelindung ini. Tak akan ada yang bisa menembusnya, termasuk Raja Iblis sekalipun. Dan cara ini adalah rahasia kita bertiga, bahkan Aiden dan Giga pun tidak mengetahuinya sama sekali."Aku menoleh pada Dessidra yang membalasku dengan senyum tak enak. "Maafkan aku. Aku sudah mengetahui bagaimana cara menembus benteng ini. Tapi aku menga
Read more
Bab 33
Aku mencengkeram lengan kiri Hayden sambil mengikuti setiap gerak-gerik dari ayah...maksudku ibuku, yang saat ini terjebak di dalam tubuh ayahku. Hayden hanya memutar matanya setiap kali aku merasa tegang dan ngeri dengan setiap gerakan ibuku yang begitu gemulai. Seperti saat ini.Kami sedang berada di sebuah gua yang terlihat mengerikan di luar, tapi begitu indah dan nyaman di dalam. Gua ini didesain seperti sebuah villa kecil lengkap dengan perabotan rumah tangga. Siapapun tak akan menyangka bahwa ruangan bercat merah muda ini adalah sebuah gua yang luas dan besar."Dessidra, ayah dimana? Dia sudah lama sekali tidak menjengukku di sini. Aku sendirian dan terkadang ayah Hexadius yang menemaniku. Sekarang mereka berdua entah pergi kemana dan meninggalkanku di sini sendirian," rajuk ibuku pada bibiku, dan aku masih belum terbiasa dengan ekspresi ibuku yang menggunakan tubuh ayahku.Aku melirik Dessidra sekilas dan dia melotot ngeri dengan tubuh tegang. Hayden malah dengan santai men
Read more
Bab 34
"Ayah! Ayah! Kau sudah kembali! Yeaaayyyy!" teriakku girang sambil berlari ke arahnya dan menubruknya."Ugh, kehebohanmu sungguh sangat telat, Can," keluh bibiku yang disambut tawa oleh Hayden.Ayahku memelukku dengan erat lalu memutar-mutar tubuh kami. Aku benar-benar sangat bahagia saat ini. Rasanya sungguh tak terkira. Setelah 130 tahun hidup secara menyedihkan, sekarang aku bisa memeluk ayah kandungku yang sangat tampan ini."Aku benar-benar sudah lama menunggu kesempatan ini. Memelukmu dan merasakan gadis kecilku secara nyata, bukan hanya melalui mimpi," gumam ayahku yang membuatku menangis.Aku mendongak untuk mengamati wajah ayahku. Meskipun dia kembaran Galeo, tapi ada beberapa hal yang membuatnya terlihat jauh lebih tampan dan lebih bercahaya. Senyumannya membuatku merasa nyaman dan seperti kembali ke rumah, alih-alih merasa terintimidasi dan tak nyaman seperti yang kurasakan saat melihat Galeo."My man is back. Aku merasa seperti terlahir kembali," gumamku dengan suara
Read more
Bab 35
"Jadi, tidak ada pelukan untuk adik kembarmu ini?"Aku menatap Galeo muak yang bertingkah seolah-olah dia sama sekali tidak bersalah. Ayahku mendengus, namun tetap saja berjalan menghampiri Galeo dan memeluknya. Aku mengangkat kedua alisku. Apa-apaan itu?"Lihatlah, sang Hexadius telah kembali. Bukankah ini menyenangkan?" teriaknya pada para White Dacros di belakangnya lalu tertawa keras. Mungkin mereka adalah anggota kerajaan yang belum pernah kutahu keberadaannya.Banyak yang melihat ayahku dengan sorot mata ketakutan. Aku memutar mataku ke atas. Hebat sekali si brengsek itu menyebarkan rumor. "Tenanglah kalian, hei ras White Dacros. Aku bukanlah dacros yang sangat jahat seperti yang selama ini kalian dengar. Lihatlah, adik kembarku begitu pintar dalam membual. Aku turut berduka cita pada ibu kami karena telah mengandung produk gagal seperti dia. Aku pribadi merasa sangat malu," ucap ayahku dengan lantang, membuat Galeo langsung bungkam dan menatap ayahku tajam.Bagus, Yah!"
Read more
Bab 36
"Candice? Hei, apa yang terjadi? Hei, tetaplah di sini..."Aku merasakan tepukan lembut di pipiku, memaksaku untuk tetap membuka mataku. "Wow, kau benar-benar hebat," puji seseorang dengan suara yang lembut dan merdu.Aku berusaha keras untuk memfokuskan pandanganku dan mendapati wanita cantik bergaun biru itu masih terlihat segar, tidak terluka sedikitpun."Kau tidak merindukan ibumu?" tanyanya lalu tersenyum miring.Aku menggelengkan kepala dengan perlahan. Tubuhku terasa sangat remuk sekarang. "Kau bukan ibuku. Jangan coba-coba menipuku," jawabku dengan suara lemah."Siapa kau?" tanya Hayden dengan tajam."Aku? Aku adalah Sophia Espargarcia, ibunya Candice. Oh, hai, calon menantuku," jawab wanita itu sambil tersenyum licik.“Tidak! Kau bukanlah Sophia,” desis Hayden. Nama belakangnya bahkan bukan Espargarcia.Wanita itu tertawa terbahak-bahak dan detik berikutnya menatap kami tajam. "Well, aku memang bukan Sophia. Kalian penasaran siapa aku?"(Candice, siapa yang menempa
Read more
Bab 37
Hayden POVSuara jeritan kesakitan seketika membuat gerakanku terhenti. Tanpa kusadari tiba-tiba tubuhku terhempas ke tanah karena Alvon menendangku. Aku sama sekali tidak peduli dan lebih memilih untuk berlari secepat mungkin menuju ke tempat Candice berada. Suara teriakan calon ayah mertuaku memanggil-manggil nama putrinya membuatku semakin mempercepat lariku. Begitu sampai di sana, semuanya sudah terlambat. Tubuh Candice sudah terbujur kaku berwarna abu-abu, sedangkan di sampingnya terbaring tubuh calon ibu mertuaku yang sedang merintih kesakitan.Aku menjatuhkan lututku ke tanah, lalu mengulurkan tanganku dengan gemetar untuk menyentuh tubuhnya. Lidahku terasa kelu dan mataku mendadak terasa panas, diiringi dengan memburamnya pandanganku. "Candice," gumamku dengan suara bergetar. Aku mengangkat tubuhnya dan membaringkannya di atas pangkuanku. "Candice, bangun," bisikku sambil menggoyang-goyangkan bahunya, namun tetap tidak ada perubahan.Bibirnya sudah sangat pucat dan tubuhn
Read more
Bab 38
Hayden POVSuara bising karena semua peserta rapat kembali saling berbisik sama sekali tidak membuatku mengalihkan pandanganku dari gelas kristal itu. "Hayden, jangan dengarkan mereka. Mereka hanya sedang emosi karena hasutan dari pemimpin Distrik Timur yang sudah terkontaminasi oleh White Dacros yang jahat," bujuk Aiden sambil memegang pundakku, namun sama sekali tak kugubris."Yang Mulia, hamba mohon jangan gegabah dalam mengambil keputusan." Kali ini Giga yang membujuk."Lihatlah, dia bahkan membiarkan wanita mata-mata itu tinggal dengan nyaman di sini. Bahkan laki-laki bernama Hexadius yang selama ini kita takuti ternyata hanyalah dacros biasa yang suka mencari sensasi dengan berpura-pura hilang. Dia juga menculik ratu dari Kerajaan White Dacros dan menyembunyikannya di sini agar kita lagi-lagi disuruh untuk berperang. Lebih baik kau pergi saja dari sini!" "Ya, benar! Pergi saja kau dari sini!"Semua peserta berteriak sambil menghujatku habis-habisan dan memfitnah Candice b
Read more
Bab 39
"Aku mau dibawa ke mana?" tanyaku pada sosok berbaju hitam di sampingku yang masih terus saja diam sejak tadi.Dia membawaku berjalan melewati lorong tanpa batas berwarna putih yang tak kutahu berada di mana. Ketakutan mulai melandaku karena sejak tadi hanya ada tembok putih di sisi kiri dan kananku tanpa ada satupun kehidupan.Aku ingin kembali bertanya, namun segera kuurungkan niatku karena sosok berjubah hitam dengan tudung di kepalanya itu berhenti di depan sebuah pintu berukuran raksasa. Dia menarikku memasuki sebuah ruangan serba putih setelah mendorong pintu raksasa itu dengan sebelah tangan.Begitu kami sampai di sebuah ruangan lagi, dia kembali membuka pintu dan membawaku masuk. Ketakutanku semakin menjadi-jadi tatkala aku melihat banyak sekali sosok asing berbaju putih tengah duduk di deretan kursi di sebelah kiri. Ada sebuah kursi di tengah-tengah, dan meja panjang tinggi dengan sebuah kursi berukuran raksasa di baliknya. Ruangan ini mirip sekali dengan ruang sidang."S
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status