Semua Bab Hanum (Ketika Cinta Harus Memilih): Bab 21 - Bab 30
38 Bab
Harus Memilih
'Jika engkau bukan jalanku, kuberhenti mengharapkanmu.Jika engkau memang tercipta untuk, jodoh pasti bertemu.'(Afgan)-----------------------Alex menatap Neysa dari jendela kamarnya. Sejak Hanum menginjakkan kaki pertama kali di rumah ini, gadis kecilnya itu selalu tersenyum. Wanita tersebut seperti cahaya yang menerangi kegelapan hidup Neysa. Putrinya itu kembali bersemangat menjalani hidup. Perlakuan dan kasih sayang Hanum yang begitu tulus merasuk hingga ke sanubari Neysa. Alex bahkan merasa Neysa lebih mencintai Hanum dibanding dirinya.Jika dulu, Alex tentu akan bahagia karena dia yakin menjadikan Hanum sebagai ibu sambung bagi Neysa. Akan tetapi, semua menjadi abu-abu ketika dua hari yang lalu tanpa sengaja melihat Hanum dan Livia ke luar dari sebuah restoran. Hanum terlihat kusut, begitu pun dengan Livia, tetapi wanita itu masih bisa tersenyum dan memeluk Hanum hangat. Sejak hari itu Hanum berubah murung. Sering dia mendapati wanita itu melamun. Pandangannya menerawang jauh
Baca selengkapnya
Harus Melepasmu bag. 1
'Hal yang paling menyakitkan adalah ketika mencintai, tetapi tak bisa mengungkapkannya. Memilih pergi bukan karena menyerah. Namun, melindungi hati agar tidak terluka parah,'----------------------Hanum menatap kosong ke luar jendela rumah sakit. Raganya di sini bersama Adrian yang masih terbaring koma, tetapi hati dan pikirannya berkelana mencari jejak bayang Alex dan Neysa. Perlahan air matanya merembes ke pipi. Wanita itu lebih sering menangis sekarang. Keputusannya melepas Alex adalah hal terbodoh dan menyakitkan. Namun, berada di antara dua saudara dan membuat mereka bersitegang demi dirinya bukan sesuatu yang akan dipilih Hanum.Seburuk apa pun hubungan sebuah keluarga, saudara tetaplah saudara. Hanum tak ingin menjadi penyebab semakin rusaknya hubungan itu. Dia lebih memilih pergi dan memendam lukanya sendiri. Masih terngiang kata-kata Gilang ketika mereka bertemu di kantin rumah sakit. Dia mengabarkan jika Alex memutuskan kembali ke Singapura dan menetap di sana. Selain itu m
Baca selengkapnya
Harus Melepasmu bag. 2
Cinta ini, sialan sekali! Tak jua pudar meski kau menjauh.'---------------------Adrian tersenyum melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Sosok lelaki gagah dalam balutan T-Shirt putih dipadu dengan jeans hitam, semakin menawan dengan jas slimfit berwarna senada dengan celananya. Wajahnya terlihat cerah, tidak terlihat sama sekali seperti orang yang baru bangun dari koma.Setelah puas mengagumi dirinya, Adrian meraih kunci mobil yang tergantung di sebelah cermin. Langkahnya ringan keluar dari kamar, mulutnya tak berhenti bersenandung tembang cinta."Mau ke mana?" tegur Livia yang sedang menata meja makan. Melihat Adrian melewatinya dengan senyum terukir di wajah.Adrian berhenti sejenak. " mau ajak Hanum dinner, Ma."Livia mengerutkan dahinya, mendekati putra kesayangannya. "Cuma dinner?" Adrian menggaruk tengkuknya, salah tingkah karna tatapan Livia yang bisa menebak pikirannya. "Em ... sebenarnya aku mau ngajakin Hanum rujuk," akunya.Livia tersenyum, merapikan jas Adrian yang t
Baca selengkapnya
Pertemuan
Rindu ini sungguh mengesalkan! Selalu bertambah tanpa tahu cara menguranginya.'------------------------Dua tahun kemudian.Seorang laki-laki keluar dari gerbang kedatangan bandara Soekarno-Hatta. Langkahnya tenang dan terukur. Mata elangnya tersembunyi dari balik kaca mata hitam yang tersemat di tulang hidung tingginya, rahang tegas, dan bibir penuh kemerahan membuatnya terlihat misterius. Dia membuka kaca matanya ketika melihat seorang laki-laki melambai, dia tersenyum tipis mendekati laki-laki tersebut."Hai, Bro! Gimana perjalanan lo?" tanya laki-laki itu, antusias."Sudah gue bilang, Gilang, stop basa-basi. I don't like it."Gilang tertawa. "Pemarah seperti biasa."Laki-laki itu mendengkus, menyematkan lagi kaca matanya, lalu meninggalkan Gilang yang masih setia dengan dengan tawanya."Hei, Alex! Tungguin gue." Gilang gegas mengejar laki-laki yang dipanggil Akex, tetapi yang dipanggil acuh tak acuh.Alex masuk ke dalam mobil hitam yang telah menunggunya di pelataran parkir banda
Baca selengkapnya
Dan Akhirnya
'Jika senyummu saja bisa mencerahkan hatiku, maka memilikimu anugerah terbaik dari Tuhan untukku.So, will you be a partner in my life time till the end?'-----------------------------Alex hanya diam menatap hujan dari jendela kamar hotel tempat dia menginap, kedua.tangannya terbenam di saku celana. Meeting yang harusnya berlangsung tadi sore sengaja dia tunda. Suasana hatinya sedang tidak baik.Pertemuan dengan Hanum membuat hatinya gelisah. Lidahnya masih mengenali kopi buatan wanita itu. Sempat bahagia ketika bertemu. Wanita tersebut terlihat semakin cantik, pipi putihnya tidak lagi tirus, tetapi terlihat lebih berisi dan kemerahan terkena uap panas kopi. Mata bening itu masih sama, memancarkan hangat dan teduh. Ingin detik itu dia berlari dan mendekap Hanum, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat di jari wanita itu telah melingkar sebuah cincin dengan berlian kecil di tengahnya. Detik itu Alex merasa dadanya berdenyut nyeri, seolah genta besar berdentang di kepala, membuatnya
Baca selengkapnya
Bahagia Denganmu
'Selalu ada akhir bahagia bagi orang yang ikhlas menerima semua ujian. Berprasangka baik kepada Tuhan. Yakin selalu ada pelangi setalah hujan badai.'------------------------------Satu bulan kemudian.Hanum berulang kali mengerjap menatap sosok di dalam cermin. Memakai kebaya berwarna putih tulang, dihias dengan payet terbaik di bagian dada dan lengan, dipadu dengan kain songket terbaik khas Solo yang dipesan langsung ke pengerajinnya. Wajah cantiknya di poles flawless, sederhana, tetapi tetap terlihat memesona. Rambut panjang Hanum kini terbungkus dalam hijab berwarna senada dengan kebaya pengantinnya. Sebuah tiara kecil dari berlian asli tersemat di atas kepala membuatnya terlihat bersinar.Dua hari yang lalu Alex membawanya ke sebuah gerai pakaian muslim. Memintanya memilih gaun mana saja yang dia suka. Lelaki itu ingin Hanum mengganti semua koleksi gaunnya yang kebanyakan berlengan pendek dengan panjang selutut. Wanita itu berkerut. Namun, kebingungannya terjawab ketika Alex mem
Baca selengkapnya
Bertahun Kemudian (Deja Vu)
"Pagi, Bun." Neysa mengecup pipi Hanum yang sedang menyeduh teh dengan air panas, di atas meja sudah tersedia jus jeruk kesukaan putrinya itu. Aroma nasi goreng dan telur dadar yang baru matang menguar merayu perut untuk segera diisi. "Pagi, tumben udah rapi jam segini? Biasanya masih tidur." Hanum tersenyum memperhatikan outfit yang dikenakan gadis remaja itu. "Bunda pasti lupa lagi? Kan, aku udah bilang dari dua hari yang lalu mau jalan-jalan ke Bandung sama teman-teman." "Astaga! Iya, Bunda lupa sekarang hari minggu." Hanum mengusap rambut Neysa yang dibiarkan terurai "Arjun sama Aruna mana? Kok, belum turun?" "Kalau Aruna lagi mandi, Arjun masih tidur kali, Bun. Biasa, semalam aku lihat jam sebelas malam masih main hape aja." Hanum menghela napas panjang. Sebenarnya dia tidak suka Arjun dilepas memegang hape. Anak itu baru sembilan tahun, belum patut rasanya di beri benda canggih itu tanpa pengawasan. Apalagi akhir-akhir ini putranya itu seakan tak bisa lepas dari benda ters
Baca selengkapnya
Menguatkan Hati
Tangan Hanum meremas ponsel yang dia pegang dengan erat. Berkali-kali dia menghela nafas dalam dan panjang lalu menghembuskan perlahan. Dia meletakkan ponsel di atas meja makan lalu menutup mata agar bisa mensugesti dirinya untuk tidak terpancing emosi dengan Story WhatsApp milik Nina. Bagaimana pun dia harus tetap berpikiran baik kepada suaminya. Bertahun-tahun menikah, Hanum sangat tahu karakter dan watak Alex, tidak mungkin laki-laki itu tega bermain di belakangnya setelah begitu banyak penghalang dan berat perjuangan mereka untuk menikah dulu. Hanum masih memegang teguh janji sang suami untuk saling percaya dan menjaga apa yang telah mereka usahakan selama bertahun-tahun. Setelah berhasil menenangkan amukan badai di dadanya, Hanum memaksa bibirnya mengulas senyum sambil menatap kaca yang ada tepat depannya. Dia berkata kepada dirinya sendiri tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia adalah istri dari Alex Bagaspati, ibu dari anak-anak laki-laki itu. Posisinya lebih tinggi dari wan
Baca selengkapnya
Haruskah Percaya?
"Wah, pasti temanmu baik sekali membelikan kalung indah seperti itu."Nina menunduk dan tersenyum menatap Liontin yang dia pegang. "Iya, dia teman yang sangat spesial. Kami sudah berteman sejak kecil. Dia adalah idolaku dan dia selalu menjagaku saat kami bersekolah di tempat yang sama. Bahkan, tanpa direncanakan kami juga kuliah di kampus yang sama. Benar-benar jodoh, ya."Hanum mengangkat bahunya sambil menatap kaca berpura-pura merapikan hijabnya. Dia tahu kalau wanita di sampingnya berusaha memanas-manasi hatinya dengan bercerita tentang temannya yang baik hati itu. Tanpa dijelaskan pun Hanum paham yang dimaksud adalah Alex. Dia mengulas senyum agar Nina tak membaca riak di dalam dadanya."Jodoh itu pasangan yang sudah dipertemukan Tuhan, diikat dengan akad, dan tidak merusak tatatan di masyarakat. Itu, sih, definisi jodoh menurut aku."Wajah Nina memerah mendengar sindiran telak Hanum yang seolah-olah berkata, jangan ganggu rumah tanggaku. Namun, Nina mampu mengendalikan dirinya de
Baca selengkapnya
Bukti yang Terus Datang
Seluruh tulang di tubuh Hanum seolah-olah dilolosi setelah membaca tulisan di kuitansi tadi. Berkali-kali dia menghela napas untuk menenangkan badai yang tiba-tiba saja berkecamuk di dalam dada. Sekeras apa pun dia berprasangka baik kepada Alex, bukti-bukti terus berdatangan menggoyahkan hatinya. Haruskah dia menanyakan masalah kuitansi pembelian kepada lelaki tersebut? Bagaimana kalau Alex tersinggung dan menghadirkan masalah yang tidak perlu di rumah tangga mereka? Hanum memejamkan mata sembari menekan dadanya yang nyeri, dia berharap air matanya keluar membawa perih yang menusuk tanpa iba, tetapi saking sakitnya tak setetes pun cairan bening itu tumpah.'Buket bunga itu dibelikan oleh sekretarisku. Aku bahkan tidak ingat kalau Nina ulang tahun.'Kata-kata Alex terngiang di benak Hanum. Entah mengapa sekarang dia meragukan perkataan suaminya itu. Tak ingin kepalanya dipenuhi prasangka, dia merogoh ponsel yang ada di dalam saku bajunya. Dia menatap layar benda itu yang masih menghit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status