All Chapters of SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN : Chapter 31 - Chapter 40
136 Chapters
Menerima Pinangan Naka
"Anda salah sangka, Pak. Saya bukan wanita seperti yang Anda tuduhkan!" seru Dinda meremas sisi roknya di bawah meja. Ketakutan, sudah pasti, tapi dia harus berani menghadapi Rizal. "Begitukah? Jadi aku salah? Lantas kenapa kamu gugup? pupil matanya menjelaskan ketakutan yang tersimpan. Riak wajahmu juga sudah menjelaskan kalau kamu takut rahasiamu terbongkar!""Maaf, sebaiknya saya pergi. Saya tidak ingin mendengar ucapan Bapak yang memojokkan saya." Dinda berdiri, bergegas meninggalkan tempat itu. Namun, tampaknya Rizal masih belum puas mengobrak-abrik ketenangan Dinda. Pria itu segera menahan langkahnya dengan memegangi pergelangan tangan Dinda."Meski kamu gak mengakui sekarang, tapi aku akan mencari bukti kalau ucapan ku benar. Kamu wanita gak punya perasaan. Padahal Helen begitu baik padamu, menganggapmu seperti sahabat, tapi ternyata kamu menusuknya dari belakang!""Lepaskan saya, Pak.""Aku akan lepaskan, tapi ingat, kalau kamu berani buka mengatakan tentang pertemuan ini pa
Read more
Janda Anak Satu
"Kesini kamu!" Dewa menyeret Dinda menjauh dari anggota keluarga. Dia masih belum percaya atas pengumuman yang barusan dikatakan ibunya.Dewa dan Helen diminta datang malam ini ke kediaman ayah dan ibunya, dia pikir ingin membahas rencana liburan akhir tahun nanti, tapi ternyata justru membahas perihal acara lamaran Naka."Pak, tangan saya sakit. Tolong lepasin.""Nanti kamu akan mendapatkan rasa sakit yang lebih dari ini, aku pastikan hal itu terjadi!"Dinda bergidik ngeri, sorot mata Dewa sangat menakutkan kalau sedang marah."Sekarang katakan, apa maksud semua ini?""Maksudnya?""Kamu gak usah pura-pura bego! Kenapa kamu mau bertunangan dengan Naka?""I-itu... Awuu... Sakit, Pak," rintih Dinda memelas, mencoba menarik tangannya tapi gagal, terlalu kuat tenaga pria itu."Kamu harus membatalkan niat menikahi Naka! Apa kamu sudah gila? Kamu lupa kamu siapa? Apa setelah denganku, kamu juga mau tidur dengan adik ku?"Pipi Dinda panas. Ucapan Dewa sama saja menghinanya, mengatakan diriny
Read more
Jelaskan Padaku!
Sudah lebih setengah jam Dewa menunggu di sekitar kosan Dinda. Dengan alasan ingin bertemu Rizal, Dewa pulang lebih dulu dari acara itu setelah mengirim pesan pada Dinda, kalau dia menunggu gadis itu di depan kosannya.Tak lama, mobil yang membawa Dinda pulang muncul. Mobil Naka. Setelah keributan di rumah karena status Dinda janda anak satu, Naka membawa Dinda pergi dari sana.Mobil berhenti tepat di depan pagar yang menjulang tinggi. Naka melirik Dinda. Sejak tadi gadis itu hanya diam saja. Mungkin sakit hati atas ucapan Soraya yang menghinanya."Din, kamu baik-baik aja, kan?" Ada kecemasan dalam nada suara Naka. Dia takut kalau karena perdebatan tadi, Dinda jadi menolak menikah dengannya."Aku baik. Aku masuk dulu, kamu langsung pulang. Udah malam."Naka menarik tangan Dinda erat, mencium punggung tangan gadis itu. Menumpukan setiap harapannya pada Dinda."Aku pulang, Din. Aku mohon jangan pernah meninggalkanku."Dinda tersentuh dengan ucapan Naka, sedikitpun dia tidak pernah merag
Read more
Membawa Leon Pergi
"Kenapa ibu kasih izin?" tanya Dinda yang mengusap wajahnya dengan tangan. Siang ini dia mendapat telepon dari Diana, memberitahu kalau Leon dibawa pergi oleh seorang wanita yang suka memberikan hadiah padanya. Diana hanya kenal wajah, parahnya lupa nama wanita itu.Diana terdiam. Wajar kalau Dinda marah. Mana ada yang memberikan izin anak pergi dengan orang yang tidak dikenal, meski sudah pernah bertamu ke rumah. Yang buat Dinda semakin terkejut, wanita itu sudah membawa Leon ke rumahnya."Ibu minta maaf, Dinda. Leon dua hari ini demam, begitu wanita itu datang dan mengajaknya pergi, Leon jadi bersemangat," terang Diana, bukan untuk bermaksud membela diri."Ibu, itu gak bisa dijadikan alasan. Aku minta maaf kalau harus bicara keras pada ibu, tapi aku mohon, jangan lagi izinkan Leon pergi, siapapun yang mengajak. Kalau begini, aku jadi gak konsen bekerja, Bu."Diana hanya menjawab kecil. Perkataan iya nya bahkan tidak jelas didengar Dinda.***Sementara di tempat lain, wanita yang dib
Read more
Pertemuan Reni dan Diana
Tidak ada yang paling membuat hati seorang ibu hancur saat mendengar kalau anaknya, anak yang paling dia banggakan tidak akan mampu punya anak lagi.Reni bahkan sampai meneteskan airmata nya kala mendengar penuturan Helen. Kedua wanita menangis sambil menggenggam tangan."Kenapa kalian menangis?" tanya Leon yang sudah berdiri di depan mereka.Keduanya melepas pegangan, menghapus air mata dan mencoba tersenyum pada Leon. Helen menarik tangan Leon, membuatnya duduk di antara mereka."Terima kasih, Sayang, karena sudah mau menemani Tante Helen. Oma boleh memelukmu?"Leon yang tampak bingung hanya bisa mengangguk pasrah. Keduanya pun sepakat untuk membawa Leon jalan-jalan lagi. Setelah Reni mendengar keadaan Leon, wanita itu merasa Helen ada benar nya juga. Mungkin mereka bisa bicara dengan keluarga Leon dan mengatakan niat mereka.Pukul delapan malam, Helen mengantar Leon pulang, kali ini Reni ikut dengannya. Dia ingin melihat sendiri kondisi Leon dan berbincang dengan keluarganya."Maaf
Read more
Jujurlah Padaku!
"Terima kasih sudah mau menemani. Aku gak tahu harus cerita pada siapa," ucap Helen menunduk sedih. Kemarin malam dia ribut lagi dengan Dewa. Setelah pulang dari mengantar Leon dengan kesedihan besar karena Diana memintanya untuk menjaga jarak dengan Leon, Helen harus menemukan kenyataan pahit kalau dalam kantong celana Dewa ada sebuah karet pengaman.Hati Helen rasanya hancur berkeping-keping. Selama ini dia tidak berhubungan dengan Dewa hanya karena pria itu katanya sedang dalam proses pengobatan bersama dokter yang dia pilih sendiri.Helen bersabar dalam kesepian dan juga kekeringannya, tapi apa balasannya? Dewa justru bermain gila dengan wanita lain!Kalau bukan untuk berhubungan dengan wanita lain, lantas untuk apa dia mengantongi pengaman? Selama ini mereka bercinta tidak pernah menggunakannya."Jelaskan ini padaku!" Dewa melempar bungkusan berwarna hitam dengan model sepasang kekasih di depannya pada dada Dewa saat pria itu keluar dari kamar mandi.Air mata membasahi pipi Hele
Read more
Dosa satu Malam
Apa yang seharusnya tidak terjadi, akhirnya terjadi, tidak sengaja, dan juga tidak terelakkan. Malam itu Helen melebur dalam khilaf nya. Kesedihan yang mendorong hal itu terjadi. Malam panasnya dengan Rizal dilakukannya tanpa sadar. Ketika pagi menyambut mentari, bola mata Helen perlahan terbuka. Wanita itu memindai ruangan, memijat lembut keningnya yang terasa sakit."Aku dimana ini," lirihnya. Suaranya tercekat, kerongkongan dan mulutnya kering. Perlahan dia coba mengingat, saat tersadar ada beban di atas perutnya, memori wanita itu membawa pada kenyataan pahit.Wajahnya memucat sesaat setelah menoleh ke samping. 'Ini gak mungkin. Kenapa aku bisa tidur bersama Rizal?' batinnya memandangi wajah Rizal yang masih terlelap di sampingnya. Tubuh Rizal yang tanpa baju membuat Helen bergidik ngeri membayangkan apa yang sudah terjadi diantara mereka.Hati-hati sekali, Helen memindahkan tangan Rizal, jangan sampai pria itu terbangun. Dia belum siap untuk memaki Rizal atas apa yang sudah ter
Read more
Menghadiri Jamuan
Seseorang yang tidak biasa melakukan dosa, sekali jatuh ke lubang nista, pasti tidak akan merasa tenang. Begitupun dengan Helen. Dia sudah tiba di rumahnya, Rizal yang mengantar sehabis dari hotel.Selama di perjalanan mereka hanya diam. Rizal ingin membahas yang terjadi pada mereka semalam, tapi Helen tampak tidak ingin membicarakannya, bahkan sepanjang jalan buang muka ke sisi berlawanan.Sesampainya di rumah, Helen menangis menjerit, melempar dan memecahkan barang-barang yang ada di dekatnya.Helen mengunci diri di kamarnya hingga sore. Melewatkan makan siang dan mandi sorenya. Lelah menangis dia pun tertidur dengan tangan masih mencengkram seprei. Ketukan di pintu berulang-ulang, membuatnya terjaga."Siapa?" tanya Helen serak. Suaranya hampir habis karena sejak tadi menangis dan menjerit."Maaf, Bu, tadi Bapak pesan, kalau Ibu sudah pulang, diminta bersiap-siap menghadiri acara jamuan nanti malam. Akan ada sopir yang menjemput Ibu," ucap Bi Inah dari balik pintu. Wanita masih engg
Read more
Bicara Empat Mata
Helen berusaha sekuat mungkin untuk bisa bersikap biasa di depan Rizal, menganggap seolah tidak terjadi apapun diantara mereka."Helen, kamu masih ingat dengan Rizal? Dia sahabatku yang selama ini tinggal di luar negri. Kini dia sudah kembali dan mau belajar bisnis, buka perusahaan sendiri," terang Dewa ketika mereka bertiga sudah saling berhadapan.Hanya anggukan yang diberikan Helen. Dia tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengan Rizal."Helen, apa kabarmu? Kamu baik-baik saja?" tanya Rizal menatap wajah Helen yang pucat. Dia merasa khawatir pada gadis itu sejak perpisahan mereka terakhir."Baik. Hanya sedikit pusing. Dewa, apa kita bisa pulang sekarang? Tiba-tiba aku merasa tidak enak badan. Tapi, kalau kamu memang masih mau di sini, aku bisa pulang duluan dengan sopir.""Kalau gak, biar aku yang antar Helen, Dewa," sambar Rizal membuat bola mata Helen membola padanya. Apa maksud pria itu berkata seperti itu, apa dia ingin Dewa curiga padanya?"Gak perlu. Aku yang akan menganta
Read more
Lepas Dari Dewa
Bukan hanya Reni, Diana juga sama terkejutnya melihat tamu yang sejak tadi mereka tunggu ternyata Reni, wanita yang datang bersama mantunya untuk meminta Leon.Keempatnya duduk saling berhadapan, diam tanpa ada yang berusaha memulai obrolan. Dinda yang melihat hal itu menganggap kalau ibunya hanya gugup hingga kehilangan kata-kata. Diana sejak tadi mengatakan kalau dirinya gugup, menunggu kedatangan ibu Naka. Wanita itu takut setelah mereka berharap akan hubungan ini, keluarga Naka kembali tidak setuju. Ternyata, inilah arti perasaan tidak enaknya tadi."Tante, terima kasih sudah menerima kami datang. Mama sangat bersemangat untuk bertemu dengan Tante sekaligus ingin membicarakan soal rencana pernikahan kami," ucap Naka memecah keheningan.Dinda pun ikut memberi pandangan pada ibunya lalu berganti pada Reni. Dia bingung kenapa kedua wanita paruh baya itu tidak saling sapa, seolah diantara mereka punya satu cerita yang tidak mengenakkan."Tante juga terkejut. Maaf kalau sejak tadi Tant
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status