All Chapters of Rantai Hasrat (Oliver&Nicole): Chapter 171 - Chapter 180
206 Chapters
Bab 171. Dia Bukan Wanita Baik
Oliver menenggak vodka di tangannya hingga tandas. Raut wajah Oliver tampak menunjukkan jelas kemarahan dan emosi tertahannya. Sepulang dari jamuan makan malam, Oliver segera membawa Nicole dan Joice pulang. Meski Oliver sempat berdebat dengan Marcel, tapi kakek, nenek, dan kedua orang tuanya tak ada yang tahu sama sekali tentang hal tersebut. Tentu Oliver menjaga agar kedua orang tuanya serta kakek dan neneknya tak ada yang tahu tentang permasalahan ini.“Sayang?” Nicole melangkah masuk ke dalam ruang kerja Oliver.Oliver menatap Nicole dengan tatapan lekat. “Nicole, kenapa kau belum tidur?”Nicole duduk di pangkuan sang suami, membenamkan wajahnya di leher suaminya itu. “Aku tidak bisa tidur. Aku belum mengantuk, Sayang.”Oliver menarik tubuh Nicole, membenarkan posisi duduk sang istri. “Nicole, kau sedang hamil. Tidak baik tidur malam.”“Biarkan seperti ini, Sayang. Aku ingin duduk di pangkuanmu dan memelukmu.” Nicole menciumi leher Oliver lembut.Oliver tak bisa melarang kalau Nic
Read more
Bab 172. Nicole, Tolong!
“Sayang, hari ini aku akan ke rumah Daddy-ku. Aku sangat merindukannya.” Nicole melangkah menghampiri Oliver yang tengah bersiap-siap ke kantor. Wanita cantik itu masih belum kembali aktif bekerja. Dia masih menyerahkan pekerjaannya pada sang asisten pribadinya. Hamil muda membuatnya mendapatkan banyak larangan.“Nicole, hari ini aku harus bertemu dengan client-ku. Ada kasus berat yang sedang aku tangani. Aku tidak bisa menemanimu. Tapi nanti aku pasti akan menjemputku,” ucap Oliver sambil memberikan kecupan ke bibir sang istri.Nicole tersenyum hangat seraya melingkarkan tangannya di leher sang suami. “Aku menyetir sendiri saja. Aku akan pulang sore. Kau tidak usah mencemaskanku.”“Nicole, kau berangkat dengan sopir saja. Jangan sendiri,” ucap Oliver menekankan.Sejak di mana Nicole hamil, Oliver memang cenderung lebih overprotective. Pria tampan itu melarang Nicole melakukan hal berat. Lebih tepatnya, Oliver ingin Nicole ingin banyak beristirahat.Nicole menghela napas dalam. “Sayan
Read more
 Bab 173. Kepedulian
Mobil Joice sudah bergerak-gerak tak beraturan. Berkali-kali Joice nyaris ingin menabrak. Beruntung, Joice mampu mengendalikan mobilnya. Entah sampai kapan Joice mampu mengendalikan mobilnya. Dia ingin menabrak ke sisi kiri, tapi posisinya tak memungkinkan. Jika menabrak ke sisi kanan pun tak memungkinkan.Joice nyaris putus asa. Dalam hati, Joice tak mempermasalahkan jika dirinya terluka. Namun, Joice tentu tak ingin orang lain terluka karenanya. Dia sampai menekan klakson berkali-kali agar tidak ada orang yang melewatinya. Orang di luar pasti tidak tahu, dan beranggapan kalau Joice sudah tak waras menekan klakson berkali-kali.Joice tampak berpikir sejenak. Akhirnya dia memutuskan menginjak pedal gas, dan menyingkir dari jalan raya yang kerap di lalui banyak orang. Entah apa yang terjadi padanya. Yang penting Joice tak mencelakai orang lain.“Lebih baik aku mencoba menghubungi Marcel lagi. Mungkin saja sekarang dia mau menjawabku,” gumam Joice yang memutuskan untuk kembali mencoba m
Read more
Bab 174. Oliver yang Peduli
“Selamat malam, Tuan Oliver.” Seorang pelayan menyapa Oliver yang baru saja tiba di rumah. Di luar cuaca hujan, dan Oliver pulang sedikit terlambat karena harus mengurus kasus yang tengah ditanganinya.Oliver mengangguk singkat membalas sapaan sang pelayan. “Di mana istriku?”“Nyonya ada di kamar, Tuan,” jawab sang pelayan sopan.“Joice pulang ke sini, kan?” tanya Oliver lagi.“Iya, Tuan. Nona Joice pulang ke sini. Beliau sekarang berada di kamarnya,” jawab sang pelayan memberi tahu.Oliver kembali mengangguk. “Aku akan masuk ke dalam.”“Baik, Tuan. Silakan.” Pelayan itu mempersilakan Oliver.Tanpa berkata, Oliver segera masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melirik arloji sekilas—waktu menunjukkan pukul delapan malam. Di jam seperti ini biasanya sang istri belum tidur.“Nicole?” Oliver melangkah masuk ke dalam kamar, mendapati Nicole tengah duduk di ranjang sambil membaca buku.“Sayang? Kau sudah pulang?” Nicole turun dari ranjang, melangkah menghampiri Oliver.“Maaf aku pulang terlambat
Read more
Bab 175. Dua Orang Asing yang Tak Dikenal
Dua hari setelah kejadian kecelakaan yang menimpa Joice, pihak bengkel masih belum menemukan penyebab kenapa mobil Joice bisa sampai mengalami rem blong. Terakhir Joice mendapatkan laporan—masalah mobilnya karena kesalahan yang tak memeriksa mobil secara berkala.Joice tak mau ambil pusing. Sebab bagi Joice yang paling penting adalah mobilnya bisa diperbaiki. Pun jika tidak bisa diperbaiki, pasti Joice akan membeli mobil baru. Jadi dia tak mau membuat masalah kecil menjadi besar.“Joice, kau hari ini tidak ada pemotretan?” Nicole melangkah menghampiri Joice, lalu duduk di samping Joice yang tengah bersantai di ruang tengah.“Tidak ada, Nicole. Hari ini aku tidak memiliki jadwal pemotretan. Oh, ya di mana Oliver? Dia sudah berangkat bekerja?” tanya Joice ingin tahu.Nicole mengangguk. “Ya, Oliver sudah berangkat bekerja. Dia sedang menangani kasus berat yang menyita pikirannya. Itu kenapa dia berangkat lebih awal.”Joice mengambil orange juice yang ada di atas meja, dan menyesap perlah
Read more
Bab 176. Selamat dari Bahaya
“Miracle kau sudah belanja banyak sekali, kenapa masih tetap ingin berbelanja?” Selena tampak kesal, karena sejak tadi Miracle terus berbelanja. Dua kembar tak identic itu memang kerap berdebat. Apalagi mereka sering sekali berbeda pendapat.“Tunggu sebentar, Kak. Dress ini bagus sekali. Cocok untuk Michaela.” Miracle memegang dress berwarna merah. Dia merasa bahwa dress itu sangat cocok untuk putri sulungnya.Selena mendesah panjang. “Aku yakin Michaela sudah memiliki gaun yang kau pegang itu. Kau ingat kan dulu kau membelikan gaun keluaran terbaru, dari perancang busana kesukaan Michaela, dan ternyata Michaela sudah memiliki gaun itu. Menurutku, kalau kau ingin membelikan pakaian untuk Michaela, kau harus membawa dia. Kau kan mengenal putrimu dengan baik.”Miracle meringis malu di kala Selena mengingatkan kejadian konyol dulu. Saat itu, dirinya pernah membelikan dress keluaran terbaru dari perancang busana ternama di Paris. Dress itu Miracle pesan khusus untuk putri sulungnya. Namun
Read more
Bab 177. Menyalahkan
Marcel melempar dokumen yang baru saja diberikan oleh sekretarisnya. Tampak raut wajah Marcel begitu kesal di kala membaca laporan yang diberikan oleh asistennya.“Aku tidak setuju. Cepat kau bawa dokumen ini, dan kembalikan pada Shawn,” ucap Marcel dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.Ya, di hadapan Marcel adalah dokumen tentang project yang dikerjakan oleh Geovan Group dan De Luca Group. Project ini ditangani langsung oleh Marcel, karena memang ayahnya memercayakan untuk menangani project ini. Namun, Marcel tak pernah setuju dengan apa yang menjadi ide Shawn.Sang sekretaris menggaruk pelan tengkuk lehernya. “Tuan, tapi Tuan Sean sudah menyetujui ide Tuan Shawn.”Marcel berdecak. “Jelas Pamanku menyetujui ide Shawn, dia pasti menganggap anaknya paling hebat!”“Tuan Besar William juga—”“Semua akan membela Shawn dan menganggap Shawn hebat, karena posisi pria sialan itu cucu laki-laki pertama!” bentak Marcel yang sontak membuat sang sekretaris menundukkan kepalanya, tak bisa menga
Read more
Bab 178. Oliver yang Telah Tahu
PranggPenelope melempar sebuah gelas di tangannya ke dinding. Pecahan gelas serta wine tumpah membaur ke lantai. Raut wajah Penelope menunjukkan rasa kesal yang bercampur dengan emosi yang seolah ingin meledak.“Kenapa bisa sampai gagal!” seru Penelope dengan nada cukup tinggi.Sang asisten menundukkan kepalanya, tak berani menatap Penelope. “Nona, hari ini kebetulan Joice Osbert pergi bersama dengan Nyonya Miracle De Luca. Para preman yang kita sewa dihajar oleh Nyonya Miracle De Luca. Saya lupa calon mertua Anda menguasai bela diri yang cukup hebat.”“Berengsek!” Penelope mengumpat kasar. Napasnya memburu menandakan emosinya sudah memanas, dan sudah tidak lagi bisa tertahankan. Dia emosi karena rencananya gagal total. Pun dia tak mengira kalau hari ini Joice pergi bersama dengan ibu Marcel. “Nona, tenangkan diri Anda. Anda bisa melakukan cara lain. Hari ini Joice Osbert bisa selamat, tapi belum tentu besok dia akan selamat,” tutur sang asisten menenangkan kemarahan Penelope.Penel
Read more
Bab 179. Menjenguk Shania
Sejak di mana Oliver tahu bahwa Penelope sebagai dalang di balik rem mobil Joice blong; Oliver masih tetap diam, belum sama sekali melakukan tindakan apa pun. Tentu di balik semua ini, Oliver memiliki rencana sendiri. Beberapa hari ini, Oliver disibukan mengurus Nicole. Meskipun memikirkan masalah Joice, tetap saja dia memprioritaskan istri tercintanya. Apalagi sekarang Nicole yang sedang hamil muda.Oliver masih membiarkan seolah-olah Penelope menang. Belum waktunya dirinya meledakan bom yang memang seharusnya dia ledakan. Pria itu bukanlah orang yang gegabah. Terlebih Marcel telah cinta buta pada Penelope. Hal tersebut yang membuat Oliver membutuhkan waktu untuk membongkar semuanya.“Sayang, aku ingin bertemu dengan Daddy-ku. Aku merindukannya.” Nicole melangkah mendekat, menghampiri Oliver yang tengah duduk di sofa kamar.“Kau ingin ke rumah Daddy-mu?” Oliver menarik tubuh Nicole, duduk di pangkuannya.Nicole mengangguk. “Iya, Sayang. Aku ingin ke rumah Daddy-ku. Boleh, yaa? Kondis
Read more
Bab 180. Cinta yang Sangat Buta
Nicole menyandarkan kepalanya di dada bidang Oliver, dan memeluk pinggang suaminya itu. Sepulang mengunjungi Shania, Nicole dan Oliver langsung pulang ke mansion mereka. Oliver tak bisa membiarkan Nicole terlalu lama berada di luar. Kondisi Nicole yang sedang hamil muda, membuat Oliver begitu overprotective.“Sayang, tadi aku berbicara dengan Bibi Esther. Kau tahu? Ternyata dia memiliki kisah hidup seperti Daddy-ku,” ucap Nicole pelan memberi tahu.Kening Oliver sedikit mengerut. “Kisah hidup seperti Daddy-mu? Apa maksudmu, Nicole?”Nicole terdiam sebentar. “Bibi Esther pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Dia berselingkuh sampai membuat anaknya membencinya. Dia juga sudah bercerai dengan suaminya, dan bahkan sampai detik ini dia tidak menikah lagi. Sekarang yang dia sesali adalah anaknya tidak mau bertemu dengannya. Jujur, aku sangat kasihan padanya. Aku juga pernah membenci ayahku, tapi ayahku tetaplah sosok penting yang membuatku ada di dunia ini. Sebenci-bencinya aku pada ayah
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status