Semua Bab Rantai Hasrat (Oliver&Nicole): Bab 41 - Bab 50
206 Bab
Bab 41. Sebuah Undangan
Tubuh Nicole terpaku melihat Marsha ada di hadapan Nicole. Benak wanita itu memikirkan bagaimana bisa Marsha mengetahui di mana dirinya tinggal. Dia sangat ingat dirinya tak merasa telah memberikan alamat tinggalnya di London.Lalu kenapa sekarang malah nenek Oliver dan Shawn ini ada di hadapannya? Pun rasanya tak mungkin kalau Marsha bertanya pada adik tirinya. Tunggu! Apa mungkin dari Shawn? Benak Nicole kini penuh dengan terkaan-terkaan.“Apa kabar, Nicole? Apa aku mengganggumu?” Marsha mulai lebih dulu menegur, di kala Nicole nampak kebingungan.Nicole membuyarkan semua pikiran yang muncul di dalam otaknya, saat Marsha sudah menyapa dirinya. “A-aku baik, Grandma. S-silakan masuk, Grandma.” Buru-buru, Nicole mempersilakan Marsha untuk masuk ke dalam.Marsha tersenyum hangat, lalu masuk ke dalam kamar hotel Nicole. Meski tak lagi muda, tapi nenek Oliver dan Shawn itu masih teramat sehat. Marsha hanya memiliki keriput tipis di wajah. Rambutnya pun telah diwarnai menjadi warna cokelat
Baca selengkapnya
Bab 42. Lagi dan Lagi
Nicole seperti berada di persimpangan jalan, yang memaksanya untuk ke arah kanan. Padahal dia ingin menuju ke arah kiri. Kali ini, Nicole tidak bisa mengikuti ego dalam dirinya. Hari ini adalah hari di mana, Nicole akan menghadiri undangan Marsha.Nicole sebenarnya tak ingin datang, tapi hati dia merasa tidak enak jika menolak Marsha. Terlebih nenek Oliver dan Shawn itu sangatlah baik. Sebenarnya, alasan Nicole ragu hadir diundangan Marsha, karena Nicole malas akan Shania berpikiran buruk padanya.Terakhir, Shania menuduhnya mencari muka di depan kakek dan nenek Oliver. Tuduhan yang memang sudah gila, dan tak masuk akal sehatnya lagi. Nicole bukan takut pada Shania, tapi Nicole malas berdebat dengan orang gila. Selain itu, ayahnya pun kerap membela Shania.Nicole mengatur napasnya, dan berusaha menepis pikiran yang muncul. Nicole hanya menuruti keinginan Marsha. Tidak lebih dari itu. Dia kini menatap cermin dan memoles wajahnya dengan riasan tipis. Dia tak mau berias berlebihan.Saat
Baca selengkapnya
Bab 43. Wanita yang Keras Kepala
Nicole menatap dalam sang pemilik manik mata cokelat gelap di hadapannya. Dia masih belum mengatakan sepatah kata pun. Hanya saja tatapannya tersirat memiliki jutaan arti yang begitu dalam. Tatapan yang tersirat memiliki percikan-percikan api yang membakar. Di ruangan itu, tak hanya Nicole dengan Oliver saja, namun mereka sepertinya lupa. Tatapan mereka sangat teramat dalam, sampai membuat mereka lupa diri. Oliver tetap bergeming di tempatnya, dengan tangan yang masih menahan pajangan besar agar tak terkena Nicole.Hingga kemudian, Nicole dan Oliver sama-sama menyadari bahwa mereka terlalu lama saling bertatapan. Oliver segera menarik tubuh Nicole dan Marsha menjauh dari pajangan itu. Tepat di kala Nicole dan Marsha sudah menjauh—pria itu segera membenarkan posisi pajangan besar tersebut bersama dua penjaga.“Tuan Oliver, maafkan kami.” Dua penjaga itu menundulkan kepala, di hadapan Oliver. Terlihat jelas, dua penjaga tersebut sangat ketakutan di hadapan Oliver.Kilat mata Oliver m
Baca selengkapnya
Bab 44. Tak Pernah Berubah
“Oliver, tolong kau temani Nicole dulu. Grandma ingin menghubungi Grandpa. Sampai jam segini Grandpa-mu belum pulang. Jangan-jangan dia tergoda wanita muda. Awas saja macam-macam—Grandma akan mengusirnya dari rumah. Harta dia akan Grandma ambil semuanya,” tukas Marsha mengomel kala sang suami belum juga pulang. Padahal sebelumnya, suaminya itu bilang, tidak akan pulang lama, tapi sudah sampai jam lima sore seperti ini—suaminya tak kunjung pulang. Oliver mengembuskan napas pelan mendengar omelan neneknya. “Grandma, Grandpa hanya mencintaimu. Dia tidak mungkin mengkhianatimu. Jangan berpikiran konyol.”“Iya-iya. Ya sudah, kau temani Nicole. Grandma tidak tenang, kalau belum menghubungi Grandpa-mu,” ucap Marsha pelan tapi tetap tersirat kesal.Oliver mengangguk, dan memberikan kecupan di kening Marsha.Marsha menatap hangat dan lembut Nicole. “Nicole, kau jangan pulang dulu, yaa. Kau harus makan malam bersama denganku dan Grandpa.”Nicole tersenyum dan memberikan anggukan sopan. Sebenar
Baca selengkapnya
Bab 45. Kembalikan Ponselku!
Jam makan malam tiba. Nicole dan Oliver duduk di kursi meja makan bersama dengan Marsha dan William. Mereka menikmati makan malam yang terhidang di hadapan mereka. Suasana ruang makan malam megah itu sunyi, namun penuh kehangatan.Ya, Nicole tentu berada di sana, atas permintaan Marsha. Sebenarnya, dia tidak enak ikut makan malam di sini, apalagi ada Oliver. Tetapi dia tidak mungkin menolak permintaan Marsha. Dia yakin jika Shania tahu, pasti dirinya akan bertengkar dengan Shania. Adik tirinya yang bodoh itu akan menuduhnya tidak-tidak. Seperti kejadian tempo hari—Shania menuduhnya mencari muka pada kakek dan nenek Oliver.“Oliver, bagaimana dengan pekerjaanmu? Semuanya baik-baik saja, kan?” William bertanya pada cucunya, sambil menikmati makan malam.“Semua baik. Kau tidak perlu mencemaskan apa pun, Grandpa. Aku mampu mengurus pekerjaanku dengan baik,” jawab Oliver datar, namun tersirat sopan.William mengangguk-anggukan kepalanya. Lantas, tatapannya menatap Nicole yang duduk di samp
Baca selengkapnya
Bab 46. Apa Kau Menyukainya?
“Oliver!” Nicole menghentakan kakinya, berlari mengejar Oliver. Raut wajah Nicole menunjukkan jelas rasa kesal dalam dirinya. Sungguh, Nicole tak mengerti cara jalan pikiran Oliver. Kenapa sampai pria itu malah menahan ponselnya.“Oliver! Kembalikan ponselku, aw—” Nicole menubruk dada bidang Oliver, di kala pria itu menghentikan langkahnya. Dia mengusap-usap keningnya. Dada Oliver terlalu bidang dan keras membuat keningnya kesakitan.Oliver menghentikan langkahnya. Tatapannya menatap dingin dan datar Nicole. “Masuklah ke kamarmu. Ini sudah malam. Kau harus istirahat.”Nicole berdecak tak suka. “Kau ini seperti penjagaku saja! Kembalikan ponselku, Oliver!” tukasnya, meminta memaksa pria itu untuk mengembalikan ponselnya.Oliver tak mengindahkan apa yang Nicole katakan. Dia menarik tangan Nicole, membawa paksa wanita itu masuk ke dalam kamar tamu yang telah Oliver tunjuk. Nicole sempat berontak di kala tangan Oliver mencengkram pergelangan tangannya, namun tentu tenaga Nicole hanya baga
Baca selengkapnya
Bab 47. Oliver vs Shawn
Shania duduk di kursi taman belakang, menatap langit malam. Raut wajahnya begitu muram dan membendung kesedihan mendalam. Sudah berkali-kali, dia menghubungi nomor Oliver, namun sayangnya tak ada jawaban sama sekali dari sang kekasih. Entah ada apa dengan Oliver yang mulai berubah. Benak Shania mengingat ucapan Oliver yang meminta menunda pernikahan. Sampai kapan pun, dia tidak akan pernah mau menunda impiannya. Menikah dengan Oliver adalah mimpinya. Oliver adalah sosok pria sempurna bagi Shania.“Shania? Kenapa kau di sini?” Mayir melangkah mendekat pada Shania yang duduk di kursi taman belakang. Seketika kening Mayir mengerut dalam, melihat putrinya nampak sangat sedih.“Dad?” Shania tersenyum melihat sang ayah kini duduk di sampingnya.“Kau kenapa, Sayang? Wajahmu muram sekali.” Mayir membelai pipi Shania lembut, menatap putrinya penuh khawatir. Tidak biasanya, putrinya itu bersedih.Shania menghela napas dalam. “Aku menghubungi Oliver, tapi dia tidak menjawab teleponku, Dad.”Ma
Baca selengkapnya
Bab 48. Ya! Aku Menyukainya!
Suasana di lobby hotel mencekam seakan detik-detik menuju perang. Dua pria tampan saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain. Seharusnya, tatapan itu adalah tatapan hangat. Mengingat keduanya adalah saudara. Namun, sayangnya alih-alih tatapan hangat malah yang ada tatapan tajam yang tersirat penuh amarah di sana.Oliver dan Shawn masih bergeming di tempat mereka. Pertanyaan Shawn terakhir belum dijawab oleh Oliver. Hanya tatapan tajam yang sedari tadi kedua pria tampan itu layangkan. Mereka seakan menunjukan rasa tak suka di pertemuan kali ini.“Aku mengantar Nicole pulang. Dia menginap bersama denganku,” jawab Oliver yang seolah sengaja memanas-manasi Shawn. Nada bicaranya tenang, dingin, dan penuh wibawa. Oliver mengatakan itu seakan apa yang dikatakannya, bukanlah kesalahan. “Kau—” Shawn maju, dan langsung mencengkram kuat kerah baju Oliver. Kilat mata Shawn kian menajam di kala mendengar jawaban dari Oliver. Aura kemarahan begitu terlihat jelas di wajah Shawn. Layaknya bara
Baca selengkapnya
Bab 49. Sarkasme
Samuel duduk di kursi kebesarannya seraya menatap laporan yang baru saja diantar oleh sang asisten. Sorot mata Samuel menatap penuh ketelitian dan ketegasan. Yang ada di hadapan pria itu adalah laporan kasus-kasus yang ditangani oleh Oliver. Meski sekarang Oliver telah memegang kendali utama firma hukumnya, tetap saja Samuel memeriksa apa saja yang diurus oleh putra sulungnya itu. Bukan tak percaya, tapi Samuel tak mau putranya mendapatkan masalah. Berkecimpung dalam hukum, membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi.Suara dering interkom terdengar. Samuel mengalihkan pandangannya ke arah telepon, dan menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan telepon tersebut. “Ada apa?” tanyanya dingin kala panggilan terhubung.“Maaf mengganggu, Tuan. Saya hanya ingin memberi tahu, di depan ada Tuan Mayir Tristan ingin bertemu dengan Anda,” ujar sang sekretaris dari seberang sana. Kening Samuel mengerut dalam. “Mayir Tristan?” ulangnya memastikan.“Benar, Tuan. Tuan Mayir Tristan ingin bertemu d
Baca selengkapnya
Bab 50. Berbohong Demi Kebaikan
PranggggMayir membanting pajangan yang ada di atas mejanya, ke lantai. Pecahan beling memenuhi lantai marmer ruang kerjanya. Tampak raut wajah Mayir menunjukkan kemarahan yang nyaris meledak dalam dirinya.Napas Mayir memburu. Tangannya mengepal begitu kuat. Ingatan Mayir tergali akan apa yang dikatakan oleh Samuel. Pria paruh baya itu tak terima putrinya dihina dengan kata-kata kejam. Tujuan Mayir bertemu dengan Samuel, untuk membahas rencana pernikahan Shania dan Oliver, tapi malah dirinya disudutkan oleh Samuel.“Sialan!” seru Mayir dengan penuh amarah. “Ya, Tuhan, Sayang. Kenapa ini?” Erica menatap ruang kerja sang suami, begitu kacau balau. Dia segera mendekat pada sang suami, menatap wajah sang suami tercinta yang dilingkupi amarah. “Ada apa, Sayang?” tanyanya pada suaminya itu.Mayir memejamkan mata singkat. “Aku bertengkar dengan Samuel Maxton.”“Apa? Kau bertengkar dengan Samuel? Kenapa?” Mata Erica melebar terkejut, mendengar apa yang dikatakan oleh sang suami.Mayir menge
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status