All Chapters of Rantai Hasrat (Oliver&Nicole): Chapter 31 - Chapter 40
206 Chapters
Bab 31. Kejadian di Makan Malam
Oliver bergumam pelan menyebut nama ‘Nicole’. Dia masih membeku diam di tempatnya melihat Nicole ada di depannya. Pria itu begitu terkejut dan nyaris tak mengira. Ya, Oliver sama sekali tidak tahu Shawn juga datang. Bahkan Shawn mengajak Nicole bertemu dengan kakek dan neneknya.‘Shit!’ Oliver mengumpat dalam hati. Melihat pemandangan di mana Nicole sangat dekat dengan Shawn—seakan membuat bara api ada di kepala Oliver menyulut ke sekujur tubuhnya. Hanya saja, Oliver harus mengendalikan diri. Di hadapannya ada kakek dan neneknya.Di sini bukan hanya Oliver yang terkejut melihat keberadan Nicole, tapi Shania juga terkejut melihat keberadaan Nicole. Ditambah Nicole datang bersama dengan sosok pria tampan. Tunggu! Shania seperti tak asing melihat pria tampan itu. Wanita itu hendak mengeluarkan pertanyaan, tapi dia mengurungkan niatnya. Pasalnya, Shania belum berkenalan dengan kakek dan nenek Oliver. Paling tidak, Shania harus tetaplah bersikap anggun dan lembut di hadapan kakek dan nenek
Read more
Bab 32. Pencuri
Suara teriakan meminta tolong, sontak membuat semua orang yang ada di ruang makan itu terkejut. Raut wajah kepanikan terpancar di wajah semua orang. Dua pengawal yang ada di lantai bawah sigap berlari menuju ke lantai atas di kala mendengar suara teriakan meminta tolong.“William, ada apa?” Marsha menatap William dengan tatapan cemas dan takut.“Aku tidak tahu. Aku akan melihatnya,” kata William seraya bangkit berdiri.“Grandpa, kami ikut denganmu.” Oliver dan Shawn serempak mengeluarkan kata yang sama. Dua pria itu khawatir jika William pergi sendiri. Sekalipun ada penjaga, tapi mereka harus tetap berjaga-jaga.“Aku juga ikut denganmu, William,” ujar Marsha yang tak mau jauh dari sang suami.William hendak menolak keinginan Marsha, namun William sangat mengenal sifat sang istri. Akhirnya, William menyetujui keinginan Marsha yang ingin ikut dengannya. Pun Nicole dan Shania yang ada di sana juga memilih untuk ikut.William melangkah maju, bersamaan dengan Oliver dan Shawn. Marsha, Nico
Read more
Bab 33. Jangan Berani Kau Menyentuhnya!
“Grandpa, sepertinya tidak ada siapa pun di sini.” Shawn mengendarkan pandangannya ke sekitar, menajamnya penglihatannya, memastikan memang benar tidak ada siapa pun di sana.Shawn berdiri di belakang William, tentu melindungi kakeknya itu. Meski kakeknya tak mau dilindungi, tetap saja Shawn memiliki tanggung jawab. Terlebih kakeknya tak setangguh di waktu muda dulu.William berdecak kesal. “Lihat saja setelah ini para penjaga akan aku pecat! Bodoh sekali mereka bisa lalai, sampai pencuri masuk!” serunya dengan geraman kesal. Kali ini, William tak bisa mentoleransi. Para penjaga yang ada di mansion-nya ini begitu bodoh sampai bisa dikelabui pencuri. “Grandpa, tenangkan dirimu. Masalah tidak akan selesai, jika kau atasi dengan marah-marah.” Shawn berusaha menenangkan William dari rasa marahnya. Dalam kondisi seperti ini, maah pun percuma. Fokus Shawn adalah menangkap para pencuri yang berani masuk ke dalam mansion kakek dan neneknya.William mengembuskan napas kasar, berusaha menenan
Read more
Bab 34. Hanya Sebuah Luka Kecil
“Ahggg—” Penjahat itu menjerit keras di kala jemarinya diremukan oleh Oliver. Namun, nampaknya penjahat itu tak menyerah. Dia berusaha kembali menyerang Oliver dengan memberikan pukulan. Sayangnya, gerak Oliver begitu cepat. Oliver memutar leher penjahat itu dan mematahkan lehernya.Krekkk“Ahggg—” Penjahat itu menjerit dengan tubuh yang telah tersungkur di lantai, di kala Oliver mematahkan lehernya. Dua penjahat lain menyerang Oliver, tapi salah satunya dihajar oleh Shawn yang baru saja datang.BUGHBUGHOliver dan Shawn melayangkan pukulan keras. Hanya dengan beberapa pukulan, dua pria itu mampu membuat para penjahat itu tumbang. Sejak tadi, William hanya berdiri di pinggir karena sudah dua cucunya yang memberikan pukulan.Para pengawal berhamburan datang. Mereka membawa tiga penjahat yang telah tumbang itu. Tepat di kala para pengawal membawa para penjahat, Marsha segera memeluk William, dan Shania pun hendak memeluk Oliver, namun sayang pelukan Shania ditolak oleh Oliver. Di hadap
Read more
Bab 35. Apa Kau Membenciku?
Oliver menatap Nicole yang kini tertidur pulas di ranjang. Tak banyak percakapan yang terjalin antara pria itu dan Nicole. Setelah Oliver mengobati luka di wajah Nicole—dia tak lagi mengajukan pertanyaan apa pun. Lebih tepatnya di kala Nicole memberikan sindirian tajam padanya, membuat pria itu bungkam dan tak lagi bisa mengeluarkan kata. Oliver mengumpat dalam hati saat merasakan hatinya sangat tidak nyaman. Detik itu juga, dia mengeyahkan semua pikiran yang mengusik pikiran dan hatinya. Oliver menarik selimut, menutupi tubuh Nicole dengan selimut tebal. Lantas dia hendak pergi meninggalkan Nicole sendirian.Namun, seketika langkah Oliver terhenti kala merasakan hatinya berat meninggalkan Nicole sendirian. Telebih kondisi Nicole yang masih sakit. Pria itu mengurungkan niatnya untuk pulang. Dia akan tetap berada di samping Nicole, paling tidak sampai esok hari.Oliver mengusap rambut Nicole dengan lembut. Tatapannya tak lepas menatap wanita cantik yang terlelap. Bekas kemerahan di w
Read more
Bab 36. Sebuah Peringatan  
*Jangan lupa minum obatmu.* Nicole menatap note dengan tulisan tangan Oliver. Tulisan tangan sedikit latin, namun sangat rapi. Jika kebanyakan orang bilang tulisan pria biasanya buruk, tapi tidak dengan tulisan tangan Oliver. Hanya melihat dari tulisan saja sudah menunjukkan karakter pria itu yang idealis dan selalu rapi.Satu jam lalu, Oliver sudah pulang meninggalkan Nicole sendirian di kamar. Tentu, Nicole lega akhirnya pria itu pulang. Nicole tak mau Oliver berlama-lama di kamar hotelnya. Pun dia malas kalau Shania berpikiran yang tidak-tidak tentangnya. Waktu itu saja, di kala dirinya terjebak di dalam lift—Shania sudah sangat cemburu.Nicole meletakan note Oliver ke atas meja. Sebenarnya, tanpa harus Oliver mengingatkan, dia sudah tahu minum obat adalah hal yang wajib. Apalagi luka di wajahnya belum sepenuhnya pulih. Tapi kenapa malah harus diingatkan? Sungguh, dia tak mengerti dengan jalan pikiran Oliver Maxton.Suara dering ponsel berbunyi. Nicole mengalihkan pandangannya ke
Read more
Bab 37. Perasaan Hancur  
“Sialan! Nicole Sialan!” Shania membanting pajangan yang ada di atas meja, hingga pecahannya berserakan di lantai. Tampak jelas raut wajah Shania menunjukkan kemarahan dalam dirinya. Hal yang membuat amarah Shania tersulut adalah perkataan Nicole. Sungguh, wanita itu menyesal mendatangi Nicole. Jika bukan karena mencari Oliver, maka dia tidak akan pernah mungkin mendatangi Nicole.“Berengsek!” Shania tak henti mengumpat kasar. Dia berada di dalam kamarnya yang berantakan akibat dirinya melampiaskan kemarahannya. Shania ingin sekali tadi menjambak rambut Nicole, namun dia berusaha menahan diri. Dia tidak mau sampai bertengkar hebat dengan Nicole, karena dia masih memikirkan ayahnya. Lepas dari apa pun yang terjadi, Shania memiliki ikatan darah dengan Nicole.“Ya Tuhan, Shania. Kenapa kamarmu berantakan seperti ini?” Erica masuk ke dalam kamar Shania, terkejut dengan kondisi kamar putrinya yang begitu berantakan. Pecahan beling berserakan di lantai. Padahal sebelumnya, Erica sangat yaki
Read more
Bab 38. Masih Menjadi Gadis Polos
Oliver melonggarkan dasinya dengan mata yang terpejam lelah. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Pria itu masih berada di ruang kerjanya. Pikirannya berkecamuk, memikirkan banyak hal yang mengusik ketenangan hidupnya.Seharusnya, setelah Oliver memutuskan menikah dengan Shania, hatinya merasakan sedikit tenang. Fakta tidak demikian. Pernikahan ini adalah kesepakatannya dengan Shania. Tidak ada paksaan sama sekali. Sayangnya, semua telah berubah.Pertemuan kembali dengan Nicole, membuat Oliver merasakan ragu untuk melanjutkan pernikahan dengan Shania. Ini memang sangat gila. Dia juga tak mengerti kenapa bisa seperti ini.Oliver kembali dipertemukan dengan sosok gadis polos yang pernah dia jadikan bahan taruhan. Sembilan tahun dia tak bertemu dengan Nicole, bahkan dirinya pun tak pernah tahu bagaimana kabar Nicole.Sekarang … kenyataan menampar Oliver dengan Nicoel yang merupakan kakak tiri dari Shania—wanita yang dia pilih menjadi istrinya.“Tuan Oliver?” panggil Vincent seraya mela
Read more
Bab 39. Sebuah Permintaan Maaf
Mobil Oliver terparkir di halaman parkir hotel di mana Nicole menginap. Dia tak langsung turun dari mobil. Pria itu sedikit menoleh ke samping, menatap Nicole yang masih terlelap. Padahal dirinya sudah memindahkan tubuh Nicole dari tempat ke tempat, namun rupanya wanita itu tak kunjung membuka mata.Oliver membelai pipi Nicole, mengusap-usap begitu lembut dan penuh kehangatan. Detik selanjutnya, dia turun dari mobil seraya menggendong Nicole gaya bridal, masuk ke dalam lobby hotel. Lagi dan lagi, wanita itu masih belum bangun kala Oliver menggendongnya. Sepertinya wanita itu sangat lelah.Saat tiba di kamar hotel, Oliver membaringkan tubuh Nicole ke atas ranjang. Dress Nicole sedikit kotor harus diganti. Terlebih dress yang dipakai wanita itu sudah terkena gerimis hujan. Oliver pun memutuskan meminta bantuan staff hotel wanita, untuk membantu menggantikan dress yang dipakai Nicole.Namun, di kala Oliver ingin menghubungi staff hotel—gerak Oliver terhenti melihat Nicole mulai mengigau
Read more
Bab 40. Aku Membencimu, Oliver!
Pagutan yang tercipta begitu panas dan liar. Lidah Oliver mendesak masuk, menyapu rongga mulut Nicole. Beberapa kali Nicole berusaha melepaskan diri tapi tak bisa, karena Oliver semakin membuat tubuh wanita itu terkunci tak bisa berkutik.Tangan Oliver tak hanya diam. Pria itu menyelinap masuk ke dalam dress piyama yang dipakai Nicole. Dengan sengaja, Oliver melepas kancing dress bagian atas Nicole, agar lebih leluasa memijat payudara wanita itu. Nicole meringis menahan desahan yang lolos di bibirnya di kala Oliver menyentuh payudaranya. Rasa marah dalam diri Nicole menyulut, tetapi sialnya tubuhnya merespon sentuhan Oliver. Bahkan puting payudaranya berdiri tegak di kala jemari Oliver memberikan usapan lembut.Nicole berjuang untuk berontak, tapi malah tangan Oliver semakin menjelajah bergantian ke dua payudara Nicole. Bibir Oliver terus mengulum bibir Nicole atas dan bawah bergantian.Rasa manis di bibir Nicole membuat Oliver benar-benar seakan lupa diri. Kenyal, lembut, dan manis
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status