All Chapters of Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan : Chapter 51 - Chapter 60
144 Chapters
Bab 51. Satu Ranjang
"Esok hari setelah kondisi Bastian dicek oleh dokter pria itu diperkenankan untuk pulang. Rafi dan Pramoedya sudah siap di depan pintu ruangan kala Arandita menuntun Bastian keluar dari ruang rawat."Pelan-pelan, jangan sampai perutmu terguncang," ucap Arandita, terlalu khawatir, paranoid.Seperti biasa Bastian tidak akan menjawab sekiranya apa yang diungkapkan orang lain bukanlah kalimat tanya."Pak Rafi administrasinya?""Sudah selesai Nyonya Aran, kita langsung pulang sekarang," sahut Rafi dan Arandita menanggapi dengan anggukan.Rafi mengambil alih tugas Arandita, menggantikan menuntun Bastian melangkah ke arah mobil terparkir dan membantunya hingga masuk dan duduk di dalam. Setelah itu mengemudikan mobilnya dengan pelan.Mereka berempat pun pulang ke rumah Pramoedya. Sampai di rumah itu, Rafi turut mengantar Bastian ke dalam kamar sedangkan Pramoedya terpaksa mengurungkan niatnya untuk masuk karena mendapat telepon mendadak dari kantor."Papa tinggal dulu ya Bas, Nak Aran!""Baik
Read more
Bab 52. Berkilah
Jam 2 dini hari Arandita merasakan perutnya keroncongan. Ia pun langsung membuka mata dan mendapati Bastian tidur di kasur yang sama dengan dirinya. Hanya saja pria itu memunggungi karena takut perutnya tergesek pada tubuh Arandita apabila wanita itu sampai banyak gerak."Apa aku nggak salah lihat, dia tidur di sini?" Arandita mengucek matanya karena berpikir ia salah lihat. Bastian balik badan sehingga Arandita bisa melihat dengan jelas wajah sang suami. Ia terbelalak. "Benar Mas Bastian?" tanya Arandita sambil mencubit-cubit pipinya sendiri barangkali dirinya bermimpi. Dia langsung duduk di tepian ranjang dan mencoba mengingat kejadian sebelum dirinya tidur. Barangkali Bastian memang tidur di kasur itu dan dirinya yang salah tempat."Aku masih ingat dia tidur di atas ranjang. Kenapa pindah ke sini? Ah sudahlah, ini kan memang tempat tidurnya sekarang." Arandita berdiri lalu pergi ke dapur untuk mencari makanan yang bisa mengurangi rasa lapar. Arandita membuka kulkas, masih ada sis
Read more
Bab 53. Panik
Beberapa menit kemudian Bastian keluar dengan wajah yang sudah basah dengan air wudhu."Mandilah, kita shalat subuh berjamaah!" perintah Bastian pada Arandita yang masih duduk termangu tanpa melihat langsung wajah sang istri. Ia hanya melirik dengan ekor matanya."Arandita!" seru Bastian membuat Arandita yang tidak bergeming langsung menatap wajah Bastian dengan ekspresi bingung."Mandilah!" Arandita mengangguk sebelum akhirnya bangkit berdiri, meraih handuk lalu melangkah ke dalam kamar mandi dengan langkah cepat.Bastian sendiri langsung memasang sarung dan baju koko dilengkapi dengan kopiah. Pria itu menghampar sajadah lalu duduk di atasnya sembari menunggu Arandita selesai dengan aktivitasnya di dalam kamar mandi."Maaf Mas membuatmu menunggu lama," ucap Arandita lalu bersiap-siap untuk shalat. Tak ada jawaban dari Bastian, pria itu hanya mengawasi gerak-gerik sang istri hingga wanita itu sudah berdiri di belakangnya dalam keadaan yang telah mengenakan mukena."Sudah siap?"Arand
Read more
Bab 54. Tak Bisa Lepas
"Apa! Pak sopir tidak ada di rumah?" Arandita kebingungan saat Bik Mina memberitahukan tentang pak sopir yang pulang ke rumahnya."Iya Non, beliau sudah izin kok sama Den Bastian. Sekarang istri pak sopir mau melahirkan," terang Bik Mina."Papa ada Bik?" "Tidak ada juga Non, beliau sudah pergi pagi-pagi buta katanya ada keperluan yang sangat penting.""Hah!" Arandita menghembuskan nafas kasar.Bik Mina mengernyit, ekspresi Arandita tidak seperti biasanya. "Mas Bastian keluar darah Bik dari jahitan di perutnya. Dia harus cepat dibawa ke rumah sakit untuk dikontrol oleh dokter. Bagaimana ya? Apakah harus dibonceng dengan motor?" Saking paniknya Arandita kembali ke kamar dengan berlari sambil mengacak rambutnya sendiri."Mobil Den Bastian ada Non, Non Aran bisa membawanya!" seru Bik Mina. Arandita yang sudah sampai di lantai dua rumahnya menoleh dan tersenyum kaku."Aran tidak bisa bawa mobil Bik!" teriaknya dari lantai atas lalu berlari lagi menuju kamarnya yang ada di lantai tiga."M
Read more
Bab 55. Bimbang
"Dokter Dirga cepat sekali?" Bastian keheranan. Pasalnya belum ada lima belas menit dirinya menelpon dan dokter tersebut sudah sampai di sisinya."Kebetulan aku sedang di jalan saat kamu menelpon.""Oh, jadi Mas Bastian yang menelpon? Kalau tahu gini ngapain aku panik sampai lari-lari ke bawah tadi," batin Arandita."Kenapa bisa mengeluarkan darah?" tanya dokter Dirga seraya menatap perut Bastian dengan seksama.Bastian tersenyum sedangkan Arandita hanya menatap dokter Dirga tanpa kata."Kenapa malah diam semua?""Oh itu, Mas Bastian–" Arandita nampak ragu untuk bicara jujur. Wanita itu melirik Bastian dan memilih menggantung ucapannya."Aku tadi kesal dan memukul meja, lalu tidak sengaja mengenai pembalut luka ini," jelas Bastian."Dia pembalut lukamu?" tunjuk dokter pada Arandita bermaksud untuk bercanda dan seperti sebelumnya Bastian hanya tersenyum kaku."Kau persis mamamu, emosian," ujar pria dengan jas putih itu."Bukan Dok, tapi mungkin persis nenek." Bastian meralat ucapan dok
Read more
Bab 56. Istri yang Tidak Becus
Bastian terlihat menimbang-nimbang."Ah nanti sajalah aku ungkapkan kalau aku sudah yakin dengan perasaanku sendiri," putusnya.Arandita datang dengan membawa makanan dalam nampan. Ia mencoba tersenyum pada Bastian sebelum menaruh menu-menu yang dibawanya di atas meja."Maaf tadinya aku mau memenuhi janjiku untuk memasak, tetapi sepertinya sudah telat bangun," ucap Arandita sambil menaruh nasi di atas piring Bastian."Lain kali tidak usah ngambek biar harimu tidak kacau. Ingat kau harus melakukan semua yang menjadi tugasmu sebagai seorang istri!" Kembali Arandita tersenyum sambil mengangguk lemah."Makanlah!" "Baik." Keduanya makan tanpa bicara, seperti sebelumnya Arandita melayani Bastian makan. Selesai makan, Arandita membereskan peralatan makan dan Bastian tampak menerima telepon. Arandita langsung pamit dan turun ke lantai bawah dan meninggalkan Bastian yang sedang berbicara dengan seseorang dengan serius.Sampai di bawah dia berpapasan dengan nenek mertuanya. Tatapan wanita it
Read more
Bab 57. Dilema
"Sudahlah Nek saya berdiri di tempat ini sebagai istri Mas Bastian adalah takdir. Jadi, jika suatu saat takdir memang tidak mempersatukan kami, semua akan berakhir sebagaimana mestinya begitupun sebaliknya. Nenek tidak perlu menghina saya, tanpa Nenek minta Tuhan pasti akan memisahkan kami bagaimanapun caranya jika kami memang tidak berjodoh," ujar Arandita mencoba menyadarkan wanita tua itu dan berusaha berhati lapang.Tangannya terulur membantu sang nenek meskipun wanita itu beberapa kali menepisnya."Ayo Nek saya bantu ke kamar!""Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri!" Kali ini tepisan nenek mertuanya sangat kasar hingga tangan Arandita terpental ke wajahnya sendiri. Wanita itu meringis, tetapi tetap bertahan di tempat.Nenek dari Bastian itu berdiri dengan sigap, tak berlangsung lama langsung oleng karena kakinya berdiri tidak seimbang. Untung saja Arandita dan kedua asisten rumah tangga langsung sigap menangkap tubuh wanita itu. "Nyonya, tolonglah jangan keras kepala. Biar kam
Read more
Bab 58. Hukuman
"Ah iya," sahut Arandita dan mulai memijit lagi. "Lanjut ke atas!" Nenek menyentuh betis bagian atasnya. Arandita mengangguk. Tidak ingin banyak protes dia melakukan apa yang diperintahkan agar bisa segera kembali ke kamar. Semalam ia sudah berjanji untuk menelpon kedua orang tuanya, pasti sekarang mereka sedang menunggu.Arandita melirik ke arah ponselnya yang diletakkan begitu saja di atas lantai. Andai dia ingat tadi saat di taman, ia tidak harus menunggu sampai sekarang untuk menelpon kedua orang tuanya."Kalau bekerja nggak usah tolah-toleh, fokus!" Wanita di depannya mengingatkan.Arandita mendesah kasar, lalu kembali fokus pada pijatannya."Biar sajalah, nunggu ayah sama ibu nelpon duluan, lagipula di waktu-waktu seperti ini mereka sangat sibuk," batinnya."Betis yang satunya!"Arandita mendongak bingung. Bukankah yang terkilir hanya satu kaki?"Kenapa, kau ingin protes? Kalau yang dipijit cuma satu nggak seimbang!" Sepertinya wanita tua itu paham apa yang ada dalam pikiran A
Read more
Bab 59. Cemburu
"Sudahlah kembali ke kamar!" perintah Bastian tanpa mau mendengar penjelasan dari Arandita. Arandita mengangguk lalu balik badan, lekas dia pergi meninggalkan ruangan yang sedari tadi terasa pengap baginya. Bukan karena kondisi ruangan, tetapi karena sikap pemilik kamar yang sangat tidak bersahabat."Lain kali jangan menyuruh-nyuruh nenek lagi!" pinta Bastian sambil berjalan di belakang Arandita menuju kamar mereka."Aku tidak melakukan seperti yang kau tuduhkan!" bantah Arandita."Tidak perlu mengelak aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kau kira aku rabun, hah?!"wanita terus berjalan tanpa mau melihat Bastian di belakangnya."Ah baiklah, kalaupun aku menjelaskan yang sebenarnya kau pasti tidak akan percaya, tapi kau mengatakan sesuatu padaku tentang nenekmu itu dan hari ini aku membuktikan nenekmu memang banyak maunya.""Cukup Aran! Yang aku lihat kau yang banyak maunya!"Arandita cemberut. "Sudahlah!" Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan kasar. Terdengar helaan naf
Read more
Bab 60. Iri
"Kau yakin tidak butuh bantuan kami Den?" Sekarang suara Bik Minah yang terdengar. Sungguh suara Arandita mengagetkan orang-orang di siang bolong."Tidak!""Ah syukurlah, kalau tidak ada apa-apa Den. Kalau begitu bibi permisi," ujar Bik Lin dari luar."Ya, Bik. Pergilah!"Sementara Arandita memandangi seluruh tubuhnya dengan seksama. Tidak ada yang salah, tubuhnya masih terbungkus pakaian dengan rapi. Ternyata pikiran buruknya salah. Ia terlalu over thinking."Kau mencari apa?" tanya Bastian."Tidak ada," jawab Arandita dengan pipi memerah menahan malu."Kau pikir kalau aku menjamah mu tidak akan membuatmu terbangun begitu? Dasar cewek mesum!" Bastian bangkit berdiri lalu pergi meninggalkan Arandita begitu saja. Pria itu pindah tempat pada kasur yang ada di ruang kerja dan berbaring di sana.Arandita menatap Bastian dengan rasa bersalah, tetapi juga kesal secara bersamaan karena dianggap cewek mesum."Ya Tuhan apa yang aku pikirkan?" keluhnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan. D
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status