All Chapters of Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan : Chapter 31 - Chapter 40
144 Chapters
Bab 31. Tersudut
"Apa! Mengundurkan diri? Bagaimana mungkin ini terjadi?" Rafi begitu geram mendengar kabar yang disampaikan penelpon."Siapa?" tanya Bastian sambil memandang dengan ekspresi bingung pada wajah sang asisten."Pengacara yang semalam datang ke sini tiba-tiba meminta maaf dan mengatakan tidak bisa membantu," ujar Rafi dengan wajah penuh sesal."Sudahlah tak perlu dibikin ribet, cari yang lain saja," ujar Bastian dengan santai."Tapi selama ini beliau dikenal sebagai lowyer yang paling kompeten," ujar Rafi benar-benar menyayangkan hal itu."Apa alasannya?""Anaknya yang di luar negeri sakit keras, jadi dia harus segera melakukan penerbangan secepatnya.""Oh, masih bisa ditoleransi, keluarga adalah segala-galanya.""Iya Pak tapi beliau sama sekali tidak profesional, seharusnya–""Sudahlah! Keluarga adalah segala-galanya. Kita lebih baik kehilangan pekerjaan daripada kehilangan keluarga. Kau tahu Raf, kehilangan Friska saja masih terasa sesak di dada apalagi kalau sampai kehilangan putra-put
Read more
Bab 32. Mulai Dekat
Arandita terlihat ragu, tapi kemudian ia meyakinkan diri."Tentu saja, kalau memang Mas Bastian seorang pembunuh, mungkin aku tidak akan bernafas lagi dan sekarang tidak akan berada di sini. Sudah pasti Mas Bastian akan melenyapkanku juga, bukankah aku malah merepotkan buat Mas Bastian?""Siapa bilang kau merepotkan? Tapi aku senang kau bisa percaya padaku di saat yang lain tidak bisa mempercayaiku," ujar Bastian lalu memeluk erat tubuh Arandita."Terima kasih," ucapnya lirih di telinga Arandita. Arandita yang mendadak dipeluk oleh Bastian jadi kaku dan bingung akan bersikap seperti apa."Semua orang masih percaya pada Mas Bastian," balas Arandita dan Bastian menggeleng."Rafi dan Leo meragukanku," ucapnya membuat Rafi yang mendengar hanya bisa menggelengkan kepala."Sepertinya Pak Bastian salah paham," ucap Rafi, tetapi Bastian mengacuhkannya."Papa juga, kenapa sampai saat ini belum kembali, apa belum cukup dia mengabaikanku seumur hidupnya?" "Mas!" Arandita menepuk bahu Bastian yan
Read more
Bab 33. Keras Kepala
"Bagaimana menurut Pak Leo? Apakah akan kita berikan saja?" Sebelum menjawab pertanyaan dari Arandita terlebih dahulu Rafi meminta pendapat dengan Leo."Kalau tidak diberikan dia akan marah padamu dan akan merasa tidak dihargai sebagai istri Bastian. Jadi tidak ada cara lain selain memberikan rekapan itu," ujar Leo memberikan persetujuan walaupun sebenarnya tidak ingin Arandita terlibat dalam hal itu. Tidak dipungkiri seseorang yang melaporkan Bastian ke kantor polisi pasti memiliki maksud terselubung dan seperti perkiraannya akan menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya untuk membuat Bastian hancur."Baiklah," ucap Rafi dan langsung mengetikkan beberapa opsi pada chat-nya dengan istri atasannya.[ Friska meninggal setelah beberapa jam bertemu dengan Pak Bastian, setelah sebelumnya meminta Pak Bastian untuk segera menikah dengannya dan pak Bastian menolak karena terlalu merasa terlalu mendadak dan saat itu masih pusing dengan beberapa projek yang hampir gagal.] Send.Rafi meng
Read more
Bab 34. Permintaan Pramoedya
"Tidak beres bagaimana?""Bagaimana ya Pa, Aran tidak bisa menjabarkan karena belum tentu benar, tetapi kalau menurut pemikiran Aran, yang membuat laporan sendiri yang terlibat dalam pembunuhan ini, tapi ya itu, ini semua hanya kecurigaan Arandita semata dan masih belum terbukti."Pramoedya menatap wajah Arandita dengan intens. Riak muka menantunya benar-benar serius."Terima kasih sudah perduli pada putraku meskipun pernikahan kalian ... saya percaya padamu." Pramoedya menepuk bahu Arandita lalu mengajak pengacara masuk ke dalam rumah."Aran kau juga masuk, mungkin ada yang mau disampaikan pada beliau," ujar Pramoedya sambil melirik ke arah pengacara yang ia sewa."Baik Pa." Arandita pun masuk ke dalam rumah mengekori dua orang pria yang berjalan di depan. Ketiganya pun mengobrol serius di ruang tamu. "Cih sok penting dia, pakai ngasih usul-usul segala. Emang dia tahu apa tentang hukum? Heh, mau cari muka aja!" Agresia menatap ke arah Arandita penuh kebencian. Apapun yang dilakukan
Read more
Bab 35. Bimbang
~~~Cinta bisa datang dan pergi sesukanya. Namun, terkadang manusia lupa jika rasa itu datangnya dari sang pemilik takdir yang meniup hingga menembus dinding hati. Sebesar apapun ditentang takkan mampu untuk berpaling dan kembali.~~~"Bagus kalau begitu buktikan pada Papa kau layak dijadikan pemimpin yang mampu menghadapi setiap masalah," ujar Pramoedya dengan senyuman tipis."Sial! Papa ingin mengujiku dengan cara begini? Tidakkah ini perkara yang sangat berlebihan dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan," ucap Bobby dalam hati, tak sanggup lagi jika mengeluarkan suara menentang permintaan papanya."Baiklah, kalau begitu Bobby temui Bang Bastian dulu untuk berbicara hal penting," ucapnya lalu pergi meninggalkan ruang tamu."Kalau begitu saya permisi dulu Tuan," ujar pengacara seraya bangkit dari duduknya dan menyalami Pramoedya serta Arandita."Terima kasih, saya harap Anda bisa membantu putra saya," ucap Pramoedya."Jangan khawatir saya akan berjuang, tetapi bant
Read more
Bab 36. Layu Sebelum Berkembang
Tok tok tok!"Aran buka pintunya!" Pria di luar pintu masih berusaha memanggil Arandita. Sayangnya Arandita tak lagi mendengar karena pikirannya sudah tidak ada di tempat itu."Tidak jangan ganggu aku, tidak!" desis Arandita sambil menutup telinga. Peluh semakin deras sampai membasahi baju yang dipakai Arandita."Aran buka pintunya, kalau tidak aku dobrak dari luar!" ancam pria di luar."Tolong pergi dari sini! Jangan sentuh aku!" Arandita menangis sendiri dan sesekali terisak."Siapa di dalam?!" teriak pria di luar karena takut ada yang menyusup ke kamar Arandita dan melakukan kejahatan apalagi mengingat Arandita ada keinginan untuk mengintai musuh dikandang lawan. Bisa saja ada yang ingin melenyapkan Arandita sebelum mendapatkan bukti-bukti yang ingin ia ungkap."Tidak! Tidak lepaskan aku! Aku tidak bersalah, hiks ... hiks, aku hanya difitnah. Tolong lepaskan aku!""Jangan mendekat, jangan sakiti aku lagi!" "Auw sakit." Terdengar suara rintihan dari mulut Arandita.Racauan Arandita
Read more
Bab 37. Taktik Bobby
~~~Terkadang waktu terasa begitu singkat. Namun, tak jarang begitu lamban seperti jalannya siput dan seekor kura-kura. Semua tidak terlepas dari pikiran masing-masing individu.~~~Setelah Bobby pergi, Arandita terduduk lemas di pinggir ranjang. Ia memikirkan kata-kata Bobby tadi yang membuat hatinya perih dan putus asa."Aran-Aran kau bodoh sekali, apa yang kau harapkan dengan hubungan yang tidak jelas ini? Kau hanya akan semakin membuat hatimu sendiri terluka. Bukankah sudah jelas dalam surat perjanjian yang kau tanda tangani? Kau sangat memalukan jika mengharapkan lebih dari suami palsumu itu." Arandita merutuk dirinya sendiri.Wanita itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya menggubah kepingan semangat dalam hati sebelum hancur bersama patah hati."Oke, kembali ke perjanjian awal, jangan libatkan hati," ucapnya memperingatkan diri sendiri yang sering alpa.Arandita bangkit berdiri lalu berjalan ke kamar mandi. Awalnya ia hanya ingin mencuci muka, tetapi akhirnya memutuskan untuk m
Read more
Bab 38. Was-was
"Kita akan kemana sekarang?' tanya Bobby dan Arandita malah menatap Bobby heran."Memangnya kita mau apa? Apa kita akan berjalan-jalan?" sindir Arandita, malas menjawab pertanyaan Bobby yang sebenarnya sudah tahu akan jawabannya."Bisa kalau kamu mau," sahut Bobby lalu terkekeh."Cih." Arandita tidak tahu harus membalas dengan kalimat apa."Maksudku kita ke rumah Friska atau ke rumah ayah tirinya?" tanya Bobby kemudian, lebih spesifik agar Arandita tidak salah menafsirkan."Hah, mereka dulu tinggal di rumah yang berbeda?""Kadang ia kadang tidak."Jawaban Bobby sangat tidak memuaskan."Jadi?""Jadi apa? Kadang Friska ada di rumah milik ibunya kadang tinggal berdua bersama ayah tirinya di rumah pria itu.""Oh." "Jadi kita pilih mendatangi yang mana?""Rumah Friska sendiri," putus Arandita dan Bobby langsung mengangguk.Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara lagi. Bobby fokus menyetir di tengah suasana yang suram karena cahaya matahari terhalang awan hitam yang masih setia mengga
Read more
Bab 39. Terjebak
Bobby berlari kencang ke arah Arandita hingga saat pintu hampir tertutup kembali Bobby menahannya."Aran kumohon keluar dari sini!" pinta Bobby dengan suara yang menggema di udara sebab dirinya pun tanpa sadar ikut masuk ke dalam dan pintu langsung tertutup rapat."Aku melihat Friska masuk ke kamar yang itu Bob," tunjuk Arandita pada kamar yang bernuansa cat hitam di depannya."Jangan ke sana, bahaya," ucap Bobby dengan suara kecil, mencegah langkah Arandita agar tidak bergerak maju."Tidak Bob, aku harus bicara, memintanya untuk datang ke kantor polisi dan menyampaikan bahwa dia tidak mati dan Mas Bastian tidak pernah melakukan percobaan pembunuhan padanya." Raut wajah Arandita terlihat getir."Sepercaya itukah kau pada Abang sementara sebelumnya bahkan kalian tak pernah bertegur sapa saat bermain ke rumahku?" Bobby masih saja bicara dengan intonasi rendah agar tidak didengar oleh penghuni di rumah, dan untungnya Arandita pun demikian.Bobby sangat ingat saat menjalani kasih dengan Ar
Read more
Bab 40. Aksi Penyelamatan
"Posisi mereka di sini," ujar Bastian sambil memperlihatkan titik pada garis GPS dalam ponsel Rafi."Kita otw ke sana," ujar Rafi lalu membelokkan mobil ke jalan menuju area di mana Arandita dan Bobby disekap."Berhenti!" Seorang polisi menyodorkan pistol dari luar kaca mobil mereka dan mengarahkan ke mobil Rafi yang berada di depannya."Pak para polisi masih stay di belakang dan menodongkan pistolnya," ujar Rafi sambil melirik lewat kaca spion."Kau turunlah dan jelaskan kalau aku tidak suka lari dari masalah! Setelah masalah ini selesai aku akan kembali ke penjara lagi sampai benar-benar mereka yang membebaskan sendiri!" Bastian tidak ingin membuat suasana menjadi kacau, nanti bukannya menyematkan Arandita dan Bobby tetapi malah mencelakai diri sendiri.Rafi langsung mengerem mendadak sementara Bastian mengeluarkan kedua tangan dan mengangkat ke udara seperti penjahat yang menyerah. Polisi pun memelankan laju mobilnya melihat mobil yang dikejarnya sudah berhenti.Selesai menurunkan
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status