All Chapters of Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya: Chapter 31 - Chapter 40
117 Chapters
Biarkan Tuhan Bekerja dengan Caranya
Nalen melajukan mobilnya ke arah pemakaman Waverley. Seperti rencananya kemarin saat bertemu Mark. Pemakaman yang Nalen tuju memiliki pemandangan pantai yang indah karena berada di atas tebing Bronte di pinggiran timur Sydney, New South Wales.Setelah lama mencari, Nalen akhirnya menemukan nisan bertuliskan Alicia Johnson. Ia tertegun saat melihat makam wanita yang pernah jadi bagian hidupnya, diapit oleh dua makan lain yang ia tahu adalah orang tua Alice. Kini ia memahami apa yang menyebabkan Mark begitu membencinya. Laki-laki itu telah kehilangan orang-orang yang dicintai, dan menyalahkannya atas kematian sang adik.Nalen meletakan buket bunga lili kesukaan Alice sebelum ia bicara. "Maaf karena baru sempat menjengukmu. Maaf karena membuatmu menunggu begitu lama untuk mengucapkan kalimat penyesalan ini." Nalen menundukan kepala, semua kata-kata yang ingin diucapkan seperti tertahan di tenggorokan. Lidahnya kelu."Maaf karena tak pernah tahu tentang keberadaan anak kita, dan membuatny
Read more
Hidup Baru Tanpanya
Safiyya tengah berkutat dengan dapur pagi ini. Seperti biasa tugasnya sehari-hari di pesantren adalah membantu Bu Surti menyiapkan makanan anak-anak pondok. Sesekali ia juga diminta menjadi guru pengganti mata pelajaran akuntansi, untuk anak yang bersekolah di yayasan itu. Safiyya tak pernah meminta bayaran, karena bisa diizinkan untuk tinggal di pesantren Ustaz Ghofur saja ia sudah bersyukur.Sudah lima bulan sejak ia datang ke pesantren, Safiyya mulai kerasan tinggal di sana. Ustaz Ghofur, sang pemilik pesantren itu juga sangat baik. Terlebih pada Nafis."Kamu nggak ada keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik, Saf? Kamu kan sekolahnya tinggi, toh?" ujar Bu Surti suatu hari.Perkataan wanita itu membuat Safiyya yang tengah menghidupkan api di tungku tersenyum dan menjawab. "Saya nggak bisa meninggalkan Nafis, Bu. Dia masih terlalu kecil.""Walah, kan ada Ibu, Saf. Ada adikmu juga yang menjaga. Ibu cuman kasihan melihat kamu harus kerja seperti sini. Sayang sekali ijasah kamu k
Read more
Waktu Berjalan Sangat Lambat Tanpanya
Lima tahun kemudian ..."Gibran kamu cepat dong bangun! Mbak hari ini ada rapat penting, kita harus berangkat lebih pagi!" Safiyya berseru sambil berusaha menarik tangan sang adik agar lekas bangkit dari tidurnya.Jam sudah menunjukan pukul lima pagi, tapi Gibran sama sekali tak terusik dengan kegaduhan itu. Maklum saja, mahasiswa akhir semester tersebut tengah sibuk mengerjakan skripsi yang memaksanya lembur hingga dini hari."Eeng ... apa, sih, Mbak, ganggu aja deh," gumam Gibran kesal. Bukannya bangun, laki-laki dua puluh lima tahun itu justru semakin merapatkan selimut sampai ke dada.Tak ayal Safiyya semakin kesal dibuatnya. "Subuh udah mau abis, loh. Bapak sama Ibu pasti sedih kalau lihat kamu nggak mau sholat subuh."Mendengar perkataan Safiyya, Gibran pun akhirnya terpaksa bangun. Sambil menatap kakaknya ia berdecak kesal. Safiyya selalu saja menggunakan kalimat itu untuk memaksanya ibadah."Iya ... Iya, bawel," ujar Gibran sambil berjalan memasuki kamar mandi.Safiyya menghe
Read more
Menemukannya
"Apa benar ini dia?" Aidan menyerahkan ponsel pada Ali setelah ia mengamati foto Safiyya yang diambil asisten nya ketika ia ke Surabaya. Keduanya tengah berbicara di ruang kerja Aidan."Saya yakin sekali itu dia. Saya juga sudah memastikan ketika kemarin ikut rapat dengan mereka.""Apa Nalen tahu soal Safiyya yang bekerja di perusahaan kita?""Tidak, Pak. Saya belum memutuskan memberi tahu dia, karena ingin meminta pendapat Anda dulu."Aidan menarik napas panjang. Ia tak menyangka takdir Allah lagi-lagi bekerja dengan cara yang luar biasa. Bisa-bisanya selama ini Nalen tak tahu bahwa orang yang ia cari justru bekerja di perusahaannya sendiri."Kalau begitu selidiki lebih detail lagi. Di mana dia tinggal dan dengan siapa. Apa dia sudah menikah lagi atau belum. Kalau semuanya sudah jelas dan Safiyya memang tak pernah menikah lagi, tolong atur bagaimanapun caranya agar wanita itu pindah ke kantor pusat." Aidan terdengar tenang tapi tegas.Perkataannya sempat membuat Ali tertegun. Sejujur
Read more
Haruskah aku Mengikhlaskannya?
Nalen melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia bergegas mendatangi kantor cabang di mana Safiyya bekerja. Sudah tiga hari ini Nalen menahan keinginan untuk menjemput istrinya di Surabaya. Tapi kesabarannya habis. Ia tak ingin menunggu. Terlebih jika mengingat tentang laki-laki yang dibicarakan sang ayah. Nalen benar-benar tak bisa lagi menahan rasa penasaran. Ia pun akhirnya memutuskan langsung terbang ke daerah ujung timur pulau jawa, untuk mencari tahu semua kebenaran yang ada.Begitu sampai, kehadirannya tentu mengundang kekagetan semua orang. Karena para staf ada yang belum tahu Nalen siapa. Mereka juga belum sempat menyiapkan sambutan.Begitu masuk Nalen langsung mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kantor. "Safiyya mana?" tanyanya tanpa basi-basi pada beberapa karyawan yang berpapasan. Karena terlalu bersemangat ia sampai lupa tengah berada di mana. Nada tak sabarannya membuat semua orang bingung. Ia memang selalu tak bisa bersabar jika mengenai Safiyya.Mengerti bahwa ti
Read more
Pertemuan Yang Lama Dinanti
Safiyya menatap gedung-gedung tinggi sepanjang jalan menuju kantor barunya. Ia menarik nafas dalam, terasa masih seperti mimpi karena tiba-tiba terbangun di pagi hari dengan hiruk pikuk kota Jakarta yang menyambutnya.Sebenarnya Safiyya merasa agak janggal karena tiba-tiba saja ia dipindahkan ke kantor pusat tanpa pemberitahuan lebih dulu. Ia masih ingat betul bagaimana Yusuf dan semua rekannya di sana terus-terusan protes. Bahkan ia pun tanpa lelah coba membujuk Yusuf agar tak membuatnya pergi dari Surabaya. Safiyya sudah merasa nyaman di sana karena semua temannya baik. Tapi Yusuf bilang ia tak bisa berbuat apa-apa karena atasan langsung yang memintanya.Satu hal yang masih terngiang di telinga Safiyya, sebelum ia pergi Yusuf tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat dirinya harus berpikir sangat keras."Aku akan menyusulmu ke sana secepatnya untuk memperjuangkan cintaku. Meski harus menghadapi suami mu secara langsung!"'Gila' satu kalimat yang saat itu ingin Safiyya lontarkan pada
Read more
Akankah Kita Berpisah Lagi
Sepanjang jalan menuju rumahnya di bilangan Jakarta Selatan, Safiyya berusaha berpikir dengan jernih. Bayangan ketika Nalen memeluknya membuat Safiyya tanpa sadar tersenyum.Ia masih merasa semua kejadian tadi adalah mimpi. Bisa-bisanya selama ini ia tak tahu bosnya adalah Nalen. Memang selama ini yang sering datang ke kantor cabangnya, hanya utusan dari kantor pusat.Safiyya mengingat lagi semua keanehan kemarin saat dirinya baru pulang dari liburan, dan alasannya di- rolling ke kantor pusat.Andin dan semua temannya menyambut kedatangan Safiyya dengan wajah ceria. Mereka bahkan menyiapan sebuah pesta kejutan untuknya."Ini ada apa? Siapa yang ulang tahun?" tanya Safiyya heran."Ini pesta kejutan buat kamu, sekaligus pesta untuk melepas kepergian kamu ke kantor pusat. Mulai besok kamu akan dipindah ke sana. Selamat kamu akan lebih dulu bertemu wakil direktur kita yang tampan dan kaya raya."Perkataan Andin membuat Safiyya kaget. Ia sama sekali tak menyangka semua ini akan terjadi. Bu
Read more
Falsh Back
Nalen baru saja turun dari angkot yang membawanya mengelilingi kota Jogja, kota kelahiran ayahnya. Dulu saat masih di Jakarta Nalen sering sekali bolak-balik ke sini jika libur sekolah. Alasan ia begitu menyukai tempat ini adalah kesederhanaan orang-orangnya.Begitupun ketika sang ayah menyusul ke Austalia dan menyuruhnya pulang ke Jakarta, Nalen malah lebih memilih pulang ke kota ini dulu alih-alih langsung menemui sang ayah. Entah hal apa yang membuatnya begitu mencintai Jogjakarta.Nalen baru saja melewati sebuah gang sepi ketika ia melihat beberapa gadis berseragam SMA sedang mem-bully temannya. Nalen diam, ia mengamati sejenak kejadian itu tanpa berniat melerai. Baginya yang sudah terbiasa tinggal di Australia, ikut campur urusan orang adalah hal yang tak pernah dilakukan.Nalen hendak melangkah pergi ketika salah satu dari mereka tiba-tiba melayangkan tamparan pada gadis yang di-bully. Belum cukup sampai disitu, satu temannya yang lain mendorongnya dengan keras. Lalu menyiramnya
Read more
Usaha Nalen
Safiyya menarik nafas dalam dan melangkah masuk ke kantornya dengan yakin. Ia sudah memutuskan akan bersikap profesional, dan mengabaikan hubungannya dengan Nalen. Juga menyingkirkan segala ketakutannya.Setelah mempertimbangkan semua saran Gibran, ia berpikir bahwa kata-kata adiknya benar. Safiyya tak mungkin terus-terusan melarikan diri.Baru hendak menekan lift, sebuah suara tiba-tiba memanggilnya. Jantung safiyya seperti mau copot karena mengira itu Nalen. Tapi ketika ia berbalik, senyum Yusuf lah yang menyapa."Assalamualaikum, Calon Istri," gurau Yusuf sambil berjalan mendekati Safiyya. Senyum masih tak lepas dari bibirnya. Laki-laki itu terlihat sekali tak bisa menahan kebahagiaan karena akhirnya berhasil menyusul Safiyya."Pak, Yusuf, kenapa bisa di sini?" tanya Safiyya dengan nada tak percaya. Ia senang karena akhirnya ada teman lamanya yang ikut dipindah. Dengan begitu Safiyya tak perlu bingung lagi saat makan siang nanti sebab ada Yusuf yang bisa menemaninya. Safiyya tak mu
Read more
Memperbaiki Keadaan
"Iya, Pak. Saya akan menyuruhnya ke atas." Inggrid menutup panggilan dan menghembuskan napas lelah. Sudah lebih dari tiga kali Nalen menghubunginya hanya untuk menyuruh Safiyya menghadap. Ia benar-benar tak mengerti ada apa sebenarnya di antara mereka. Meski malas Inggrid pun akhirnya bangkit dari duduk dan menghampiri Safiyya."Saf, Pak Nalen manggil kamu lagi tuh," ujar Inggrid lalu berlalu pergi.Ucapan Inggrid membuat semua orang menatap Safiyya penasaran. "Sebenarnya kamu sama Pak Nalen ada hubungan apa, Saf? Kok dia kayaknya sejak lo datang jadi sering ngurusin divisi kita?" tanya Felis, rekan Safiyya."Hooh bener, nggak biasanya Pak Nalen gitu. Tapi, ngomong-ngomong kamu nggak takut apa didatengin sama sekretarisnya yang bule itu. Kan udah jadi rahasia umum kalau mereka terlibat asmara."Kata-kata Silvi, rekannya yang lain, membuat Safiyya terdiam. Haruskah ia bicara yang sebenarnya pada semua orang bahwa Nalen suaminya? Tapi jika dirinya jujur kantor ini bisa-bisa heboh."Eh,
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status