All Chapters of Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya: Chapter 41 - Chapter 50
117 Chapters
Keraguan
Setelah melepas Safiyya kembali untuk bekerja, Nalen pun memutuskan untuk menghubungi Maira. Ia harus tahu sebenarnya apa yang wanita itu katakan pada istrinya. Nalen mengontak Maira melalui akun sosmednya ketika wanita itu terlihat aktif.Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Maira bersedia mengangkat panggilan itu. Nalen mengucap salam sebelum bicara tujuannya menghubungi."Waalaikumsalam, kenapa?" jawab Maira ketus."Sebenarnya apa yang kamu katakan pada Safiyya? Kenapa dia bilang kalau kita akan menikah?" tuntut Nalen. Ia agak sedikit kesal dengan kebohongan wanita di seberang.Maira terdiam, ia agaknya tengah berpikir. "Apa takdir benar-benar mempertemukan kalian lagi?" tanya Maira. Tapi karena Nalen tak menjawab ia pun melanjutkan kata-katanya."Wah ... aku benar-benar salut. Ternyata benar, mau sejauh apapun perginya kalau jodoh pasti bertemu." Maira terdengar takjub.Nalen memutar mata jengah karena Maira malah membahas masalah tak penting. "Jangan mengalihkan pembicaraan,
Read more
Menegaskan Isi Hati
"Hati-hati, ya, Sayang. Nanti Bu Ani akan jemput kamu. Jadi sebelum dia datang kamu jangan kemana-mana. Ok," ujar Safiyya pada Nafis.Gadis kecil itu mengangguk semangat, lalu mencium punggung tangan Safiyya sebelum berlari masuk dengan langkah kecilnya yang ceria. Sudah dua minggu ini Nafis sekolah di sana.Safiyya tersenyum menatap kepergian putrinya hingga Nafis benar-benar menghilang.Tak berapa lama saat hendak memasuki mobil, notifikasi pesan terdengar. Ternyata room chat dengan Silvi dan Felis lah yang membuat ponselnya gaduh dari pagi. Safiyya hanya melirik layar ponsel sekilas tanpa berniat membuka."Dahlah aku lihat nanti aja. Udah siang," gumam Safiyya lalu kembali memasukan ponsel ke tas. Hari ini ia terlihat cantik dengan tunik brokat berwarna nude bermotif bunga-bunga kecil, dipadukan dengan kulot jeans berwarna snow blue dan hijab yang senada tunik.Begitu sampai di kantor ternyata Felis dan Silvi sudah menunggu kedatangannya di depan lobi. Keduanya tergesa-gesa mengham
Read more
Pertemuan Yang Indah
"Sayang, hari ini bagaimana sekolahnya? Kamu udah punya teman baru belum?" tanya Safiyya pada putrinya yang tengah belajar di ruang tengah. Safiyya terlihat baru saja pulang dari kantor."Udah, Bunda."Safiyya menautkan alis ketika putrinya menjawab pertanyaan dengan nada lesu. Raut wajahnya pun terlihat murung."Loh, kok Nafis sedih. Ada apa, Sayang? Bicara sama Bunda."Mau tak mau Nafis pun menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. Sudah pasti kali ini Nafis akan kembali menanyakan tentang ayahnya."Nafis sedih, Bunda. Tadi temen-temen Nafis dijemput papanya. Mereka bilang mau diajak jalan-jalan dan makan bersama. Terus temen-temen pada nanya, papa Nafis ke mana? Nafis sedih, Bunda." Nafis menangis dengan kencang setelah mengatakan itu.Hati Safiyya kembali seperti di sayat-sayat saat mendengar perkataan Nafis. Ia pun memeluk sang putri agar merasa lebih tenang."Ssst ... Nafis nggak perlu sedih. Besok Nafis akan bertemu Papa. Bunda janji."Mendengar perkataan itu, Mata Nafis kembali
Read more
Manusia Toxic
"Safiyya, aku sudah bilang, kan, jangan dekati Nalen. Kenapa kamu masih saja keras kepala. Saya bisa melakukan apapun kalau kamu masih berusaha mendekatinya," ancam Anna pada Safiyya ketika wanita berhijab itu masih sibuk dengan pekerjaan.Anna mengetahui semua pertemuan mereka di cafe semalam. Bahkan ia melihat dengan mata kepala sendiri ketika Nalen berciuman mesra dengan Safiyya. Anna dan Nalen sebelumnya memang sudah berjanji akan bertemu untuk makan malam bersama. Tapi tak disangka ia justru harus melihat Safiyya dan putrinya di sana. Anna akhirnya urung masuk dan lebih memilih menunggu mereka di mobil. Bahkan hingga mengikuti ke rumah.Safiyya mendongkak dan menatap Anna tanpa minat. Ia tak ingin meladeni wanita berambut pirang itu. Selain karena pekerjaannya belum beres, ia juga tak ingin menimbulkan kegaduhan."Safiyya, jawab saya!" seru Anna emosi, karena ia merasa diabaikan. Tak cukup sampai di situ, Anna pun merebut dokumen yang tengah Safiyya kerjakan agar wanita itu menga
Read more
Menyerahkan Dia dalam Penjagaan-Nya
Safiyya terlihat mondar-mandir di depan sebuah restoran malam ini. Ia tengah menunggu kehadiran Nalen yang berjanji akan datang untuk makan malam bersama.Terakhir kali Nalen menghubungi, sang suami menyuruh Safiyya dan putrinya untuk menunggu di restoran lebih dulu, karena ia harus memastikan kondisi Anna. Sejujurnya perasaan Safiyya benar-benar campur aduk sekali. Antara khawatir, takut dan cemburu jadi satu. Wanita mana yang tak akan sakit hati saat suaminya lebih peduli pada wanita lain? Akankah kisah masa lalu juga akan terulang lagi? Dimana Safiyya harus melihat Nalen kembali memilih lebih memperdulikan Anna?"Bunda, kok Papa nggak datang-datang?" tanya Nafis dengan tatapan sedih.Safiyya pun gegas mendekati putrinya untuk memberi pengertian. "Sabar, ya, Sayang. Bunda yakin Papa akan datang. Dia pasti masih ada urusan."Meski berat akhirnya Nafis pun mengangguk. Tak berapa lama seorang wanita mengenakan setelan kulot warna mint masuk. Safiyya memicingkan mata guna memastikan bah
Read more
Memperbaiki Ikatan Suci
Nalen masuk ke rumah dengan langkah gontai. Ia masih mengingat kejadian tadi saat berada di rumah sakit. Memikirkan Safiyya dan Nafis terluka ia benar-benar merasa tak tenang.Ketika baru saja akan menaiki tangga, terdengar suara Aidan menegurnya."Kamu sudah pulang?"Nalen pun akhirnya memilih mendekati sang ayah. Ia butuh saran untuk semua masalah rumit yang sedang dihadapi."Bagaimana Anna? Apa dia baik-baik saja?" Aidan sempat kaget saat Nalen mengabari bahwa Anna masuk ke rumah sakit karena mencoba bunuh diri.Nalen menarik nafas dalam sebelum menjawab. "Dia sudah lebih baik. Tapi semua semakin kacau, Pa. Safiyya dan Nafis melihat Anna memelukku. Aku bingung harus bagaimana melihat Anna seperti ini. Dia terus mengancam akan bunuh diri jika aku menyuruhnya pergi. Padahal aku berencana ingin mengajak Safiyya dan Nafis tinggal bersama. Aku bahkan berencana melakukan ijab qobul ulang dengannya. Sekaligus melaksanakan resepsi."Aidan menatap putranya prihatin. "Besok Papa akan membant
Read more
Mencoba Lebih Tegas
"Bye, Sayang, kamu baik-baik di sekolah, ya. Jangan berantem," ujar Nalen pada Nafis kemudian bangkit dari posisi jongkoknya."Oke, Papa, Bunda, daaaah!"Safiyya dan Nalen menatap kepergian putrinya dengan hati bahagia. Keduanya lantas kembali masuk ke mobil untuk menuju ke rumah sakit di mana Anna dirawat. Sepanjang jalan ke sana, Nalen terus menggenggam tangan istrinya.Keduanya seperti dua remaja yang sedang jatuh cinta, karena sedari tadi senyum bahagia terus tersungging di bibir."Kamu sama Maira kok bisa kembali akrab. Kalian sudah berbaikan?" tanya Nalen memecah keheningan."Ya, secara nggak langsung, semua berjalan begitu saja. Mungkin Maira juga baru menyadari kesalahpahaman ini. Dia sudah menceritakan yang sebenarnya. Tentang alasannya berbohong saat kami bertemu di Jogja.""Syukurlah," gumam Nalen sambil tetap fokus mengemudi."Eum ... ngomong-ngomong makasih karena Mas sudah mempertemukan aku dengan Maira. Sebenarnya apa yang kamu bilang sama dia sampai bersedia menemui ak
Read more
Tak Ingin Berpisah Lagi
"Berdasarkan yang Pak Angga jelaskan tadi, kita bisa menekan setengah biaya proyek ini, dan mengalokasikannya untuk membangun fasilitas kesehatan untuk warga menengah ke bawah. Saya dan tim sedang melakukan peninjaun untuk kedepannya, bagaimana menurut Anda, Pak Nalen?" Safiyya mengakhiri presentasinya di depan Nalen dan semua staf yang ikut rapat. Sejujurnya ia agak gugup karena rapat hari ini dipimpin langsung oleh suaminya.Safiyya sedikit kesal pada Bu Inggrid, karena wanita itu tiba-tiba izin pulang lebih cepat, dan menjatuhkan tanggung jawab presentasi ini padanya. Dengan alasan hanya Safiyya lah yang bisa dirinya percaya. Jika tahu rapat itu akan dihadiri juga oleh Nalen, Safiyya benar-benar tak akan mau.Bukan hanya takut akan melakukan kesalahan saat rapat, tapi juga karena Nalen terus menatapnya tanpa kedip. Alhasil selama presentase itu Safiyya harus berusaha mengatur detak jantungnya yang menggila.Safiyya menautkan alis karena Nalen malah terlihat senyum-senyum sendiri. S
Read more
Melawan Rasa Takut
"Anna!" seru Safiyya sambil menepuk pundak seorang wanita yang berjalan dengan anak kecil."Ah, Maaf," sambungnya saat mendapati kenyataan bahwa wanita berperawakan seperti Anna itu ternyata orang lain.Sudah hampir setengah jam setelah Safiyya dan Nalen tiba di rumah sakit. Keduanya juatru mendapati kenyataan bahwa Anna sudah keluar dari sana. Terlalu kalut membuat ia dan Nalen memutuskan mencari wanita itu, tapi hasilnya nihil. Anna tetap tak bisa ditemukan."Bagaimana, apa kamu menemukannya?" tanya Nalen dengan napas memburu karena terus berlarian.Safiyya menggeleng lemah, keadaannya benar-benar sangat kacau. Wanita itu sudah akan menangis."Tenang lah. Aku yakin walaupun Anna memang bersama Nafis, dia nggak mungkin berbuat macam-macam pada anak kita."Mendengar ucapan Nalen, Safiyya semakin dibuat frustasi. Ia menatap putus asa pada Nalen. "Tenang Mas bilang? Kalau Anna membawa Nafis pada Mark bagaimana?""Kenapa pikiran kamu sama Anna jadi sepicik itu, Sayang. Aku tahu Anna. Sej
Read more
Bertemu Anggota Keluarga Baru
Anna berjalan memasuki ruang kerjanya dengan langkah cepat. Ia terlihat menahan amarah setengah mati."Bisa-bisanya mereka bermesraan di depanku seperti tadi," ujar Anna kesal. Ia kemudian melempar kasar sling bag ke kursi, sebelum kemudian ikut menjatuhkan diri di sana.Napas Anna naik turun karena emosinya yang meledak. Sejak di depan Nalen ia berusaha keras menahan diri untuk tidak menjambak rambut Safiyya.Anna memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Ingatannya kembali pada pembicaraannya dengan Mark kala itu. Sejujurnya Anna berbohong ketika ia bilang disuruh Mark untuk menemui Nafis. Karena pada awalnya ia memang berniat membawa pergi gadis kecil itu pada Mark tanpa izin. Ia ingin Safiyya merasakan kehilangan yang pedih, tapi setelah Anna mengingat perkataan Mark ia pun mengurungkan niat itu."Aku memang ingin bertemu Nafis dan Safiyya, Ann. Tapi bukan dengan cara jahat seperti itu. Aku akan memintanya langsung pada Safiyya dan Nalen, karena aku tak ingin mengulangi kesalahan
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status