All Chapters of 30 Hari Bersama Ceo Angkuh: Chapter 191 - Chapter 200
265 Chapters
191. Dasar Maniak!
Anna terlihat mengedipkan matanya berkali-kali ketika mendengar pertanyaan, dan melihat senyum manis Dominic sekarang. Pria itu benar-benar mirip seperti anak-anak yang sedang menginginkan sesuatu. "Mandi dulu sana.""Jawab dulu pertanyaanku tadi!" Dominic masih memasang senyum terbaik yang justru membuat Anna merinding. Oh, tidak! Senyum itu kenapa terlihat menakutkan di mata Anna? "Kita mau keluar hari ini, kan? Jadi ke museum?" Anna bertanya untuk mengalihkan perhatian Dominic. Dia segera berdiri, tetapi Dominic lebih dulu menarik tangannya hingga membuat Anna kembali terduduk. "Sudah selesai, bukan?"Anna terdiam sejenak. Sebenarnya dia memang sudah tidak mengalami datang bulan lagi sejak kemarin. Hanya saja Anna malu jika harus mengatakannya lebih dulu. "Mandi dulu, ya?" tawar Anna sekali lagi. Kalau dia langsung menjawab iya sekarang, bisa-bisa Dominic langsung menerkamnya.Dominic mengangguk cepat dengan senyum penuh arti. Dia sudah tahu apa jawabannya. "Aku mau berendam k
Read more
192. Bekas Lukanya Masih Ada
Dominic meraih tangan Anna, dan mereka berdua berjalan dengan wajah berbinar bahagia. Setelah menghabiskan waktu di siang hari di hotel tadi, kini Dominic mengajak Anna untuk keluar, berjalan melihat suasana di sekitar hotel tempat mereka menginap. Menyusuri pinggiran kanal-kanal dan sesekali melihat kafe-kafe mana yang menarik minat mereka. "Mau minum kopi?" tawar Dominic. Mereka sedang berdiri di atas jembatan, seraya menatap kanal yang indah di depan sana. Bangunan bergaya Eropa klasik membuat pemandangan Kota Amsterdam terlihat indah, dan tak bisa dilupakan bagi Anna yang baru pertama kali berkunjung. "Sepertinya, itu ide yang bagus. Aku juga mulai kedinginan."Dominic tersenyum simpul. Dia membenarkan syal yang Anna pakai dengan benar, agar istrinya tidak kedinginan lagi. Udara malam ini memang cukup dingin ditambah dengan angin yang bertiup cukup kencang. "Ayo, sepertinya akan turun hujan juga."Anna mengangguk. Dia segera meraih tangan Dominic dan berjalan bersama, mencari
Read more
193. Aku Butuh Kamu
Daniella menarik bibirnya hingga membentuk sebuah lengkungan. Hari ini adalah hari pertama dia mulai bekerja di toko kue milik Anna. Setelah merasa penampilannya sudah rapi, Daniella segera berbalik dan menatap koper miliknya yang juga sudah selesai dibereskan. Selain mulai bekerja, dia juga akan mulai pindah setelah mendapatkan sewaan flat nanti. Daniella meletakkan kopernya di sudut pintu, lalu membuka pintu dan akan segera keluar. Namun, gadis itu langsung tersentak saat melihat Austin sudah berdiri di depan pintu apartemen. Pria itu juga sedang menatapnya dengan dingin. "Austin!""Bereskan pakaianmu dan ikut aku sekarang.""Aku tidak akan ikut denganmu!" tolak Daniella tegas. Dia segera keluar lalu menutup pintu cukup kuat. Daniella tidak mau banyak bicara lagi, dia langsung pergi meninggalkan Austin yang hanya diam saja saat melihat Daniella berlalu. Namun, hal itu tidak terjadi lama karena Austin segera menyusul Daniella. Pria itu berjalan cepat dan langsung menarik tangan
Read more
194. Satu Syarat
Daniella menatap Austin dengan jijik. Jadi, pria itu masih menginginkan tubuhnya dengan mengungkit semua kebaikan yang pernah dilakukannya di masa lalu. Daniella benar-benar tidak menyangka jika sikap Austin sekarang benar-benar memperlihatkan bagaimana brengseknya pria itu. "Aku tidak mau ikut denganmu. Jika kau memang mau dengan tubuhku, aku bersedia melayanimu selama kau berada di sini." Entah bagaimana, akhirnya hanya kata-kata itu yang bisa Daniella katakan. Dia tidak mau ikut bersama Austin lagi ke Sky Crystal. Jadi, hanya ini jalan satu-satunya agar Daniella bisa sedikit bebas dari Austin. Austin mematung mendengar perkataan Daniella. Dia tidak menyangka jika Daniella akan punya pemikiran seperti ini. Namun, bukan Austin namanya jika dia langsung setuju dengan apa yang Daniella tawarkan. "Ck, apa di sini kau bisa berbuat semaumu, Daniella? Aku tidak akan menerima penawaran apa pun!" tolak Austin dengan tegas. Daniella meremas tangannya sendiri karena merasa geram dengan s
Read more
195. Harapan
Anna menatap Dominic yang duduk di sampingnya dengan napas terengah-engah. Mereka baru saja selesai bersepeda, setelah puas mengelilingi desa Kinderdijk. Salah satu desa wisata untuk melihat kincir angin yang letaknya lumayan jauh dari Amsterdam. Mereka harus menempuh perjalanan selamat kurang lebih 90 menit menggunakan kereta untuk bisa sampai di sini. Sebenarnya, mereka bisa saja pergi menggunakan mobil untuk menghemat waktu. Namun, Anna menolak dengan alasan jika dia ingin menikmati waktu bersama Dominic di dalam kereta. Mengingatkan mereka pada kencan pertama di dalam kereta bersama Harry dan Emily di Vermont waktu itu. "Ada yang mengganggumu, Sayang?" tanya Dominic setelah sadar jika Anna memerhatikannya sejak tadi. "Tidak ada. Aku hanya merasa tidak enak saja dengan Daniella tadi. Apa dia akan berpikir buruk tentangku?"Dominic sedikit bergeser, mendekati Anna dan langsung melingkarkan lengannya pada pundak sang istri. "Kalau dia memang mengerti dirimu, dia tidak akan berpi
Read more
196. Berlibur Ke Sekian Kalinya
Austin menarik tangan Daniella ketika gadis itu turun dari mobil yang menjemput mereka di bandara tadi. Setelah banyak berpikir akhirnya Daniella terpaksa ikut dengan Austin kembali ke Vermont. Dia tidak mungkin mengembalikan uang Austin yang begitu banyak. Jadi, Daniella memilih untuk ikut sembari mencari cara agar bisa lepas dari jeratan Austin. "Mau ke mana?" tanya Austin dengan tatapan datar. "Pulang ke rumah. Mau ke mana lagi? Aku tidak punya uang untuk kabur darimu," jawab Daniella ketus. Memangnya dia mau pergi ke mana lagi selain ke rumah? Lagi pula Daniella merasa sangat lelah dan butuh waktu untuk istirahat karena besok dia akan kembali bekerja di restoran Sky Crystal. "Apa aku memberikanmu izin kembali pulang ke rumahmu?"Alis Daniella saling bertaut saat mendengar pertanyaan Austin. "Kenapa aku harus butuh izin darimu? Itu rumahku sendiri, Austin.""Masuk ke dalam!" perintah Austin dengan tegas! Dia menunjuk pintu rumah melalui ekor matanya. "Tidak mau!" Daniella men
Read more
197. Wanita Pemilik Kebun Anggur
"Anna!"Anna menoleh saat mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Sesaat gadis itu terdiam ketika melihat wajah yang terasa tidak asing, yang sedang berdiri di hadapannya sekarang. "Kau Anna, kan? Putrinya Johnson?" tanya wanita tua itu sekali lagi. Dia mendekati Anna dan berusaha menyentuh wajah gadis itu. Dominic yang melihat wanita tua itu mendekat, langsung berdiri di depan Anna untuk menghalangi sesuatu yang mungkin saja terjadi. "Anda siapa?" tanya Dominic dengan sedikit ketus. Anna bergeming. Dia mencoba mengingat, siapa wanita tua ini? "Kau kenal dia, Sayang?" Dominic beralih menatap dan menunggu jawaban dari istrinya. "Kau tidak ingat aku, Nak? Aku Clark."Clark? Nyonya Clark? Anna langsung ingat saat wanita itu menyebutkan namanya. Berulang kali, Anna mencoba memastikan wajah wanita tua itu dengan saksama. Kerutan di wajahnya sudah terlihat banyak, tetapi tidak dipungkiri dia masih terlihat cantik. Pantas saja, Anna tidak mengenalinya di awal tadi. Dulu Nyo
Read more
198. Kabar Burung
Dominic memerhatikan Anna yang sejak tadi berdiam diri, setelah bertemu dengan wanita bernama Clark tadi. Dia tahu pasti kabar yang dikatakan Nyonya Clark itu berhasil mengganggu pikiran istrinya. "Mau minum?" tawar Dominic setelah beberapa saat. Pria itu segera duduk dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuh mereka, tanpa menunggu jawaban Anna. Sudah larut malam dan Anna masih belum tidur sama sekali. Bagaimana Dominic bisa terlelap kalau begitu? Anna menggeser sedikit tubuhnya lalu ikut terduduk dan menatap mata Dominic yang masih kelihatan segar. "Kau belum mengantuk, Dom? Ini sudah hampir jam satu malam."Bukannya menjawab langsung, Dominic justru menurunkan kakinya, dan berjalan menuju kulkas yang ada di bagian dapur,di dalam kamar mereka. "Aku tidak bisa tidur, Sayang. Kau terlihat gelisah sekali sejak tadi." Dominic menyerahkan satu kaleng bir tanpa alkohol pada Anna. Mereka tidak punya wine yang bisa dinikmati malam ini. Anna menerima bir yang Dominic berikan, seraya me
Read more
199. Pelajaran Untuk Austin
Daniella membuka mata saat dia merasa silau akibat sinar matahari yang masuk menembus kaca jendela. Gadis itu bangun dengan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena semalam dia tertidur di sofa. Mata milik gadis berkulit cokelat itu menelisik seisi ruangan di rumah Austin yang masih tampak sepi. Namun, saat Daniella melihat ke arah jam ada di atas meja, gadis itu sedikit mengernyit. "Sudah jam sembilan?" Daniella bergegas berdiri. Dia kesiangan kali ini. "Apa Austin belum bangun juga?" tanya Daniella pada dirinya sendiri. Dia berjalan cepat menuju kamar Austin. Tidak biasanya Austin belum bangun sampai siang begini. Tiba-tiba saja perasaan Daniella dihinggapi rasa khawatir. Apa sudah terjadi sesuatu di dalam kamar Austin? Memikirkan hal buruk, Daniella berjalan cepat. Dia meraih gagang pintu dan membukanya dengan wajah khawatir yang tidak bisa disembunyikan. Namun, saat pintu terbuka ... Daniella tidak mendapati apa pun. Ruangan itu sudah kosong dan bersih! "Ke mana dia
Read more
200. Pria Tidak Tahu Diri
Austin datang ke dapur setelah mencium aroma harum yang menggugah perutnya. Pria itu berjalan sembari mengacak rambut yang masih basah. Sehabis membersihkan rumah, Austin langsung mandi karena berkeringat. Jadi, sekarang dia butuh asupan nutrisi untuk menghilangkan rasa lapar. "Kau yang memasak?" tanya Austin saat melihat Daniella duduk di meja makan. Gadis itu hanya mengangguk dengan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sendiri dengan santai. Austin hanya bergumam. Dia segera menuju dapur untuk mengambil makanan yang sama, seperti yang Daniella makan. Hanya pasta, tetapi entah mengapa terlihat menggiurkan bagi pria berkulit putih itu. Namun, setelah sampai di dapur, dalam hitungan detik Austin kembali menghampiri Daniella di meja makan dengan wajah kesal. "Daniella, di mana makananku?" "Makananmu?" tanya Daniella dengan kening berkerut. Tidak hanya itu, dia bertanya seraya memasukkan suapan terakhir pasta ke dalam mulutnya. "Aku tidak tahu. Memangnya kau sudah memasak untuk ma
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
27
DMCA.com Protection Status