Semua Bab 30 Hari Bersama Ceo Angkuh: Bab 201 - Bab 210
265 Bab
201. Akan Tanggung Jawab
Austin meraup wajahnya dengan kasar, dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi dalam keadaan telanjang, meninggalkan Daniella yang diam tanpa sepatah kata. Setelah pria itu memaksa Daniella untuk melakukan penyatuan tadi, kini ada sedikit rasa bersalah di hatinya ketika mendapati ekspresi datar dari wajah Daniella. Sebaliknya, sentuhan yang Austin lakukan tadi entah mengapa berhasil menggoyahkan perasaan Daniella. Meski awalnya bertindak kasar, tetapi pada akhirnya Austin melakukannya dengan lembut, bahkan bisa dikatakan dengan penuh perasaan. Entah hanya perasaan Daniella saja atau tidak, tetapi dia merasakan jika perlakuan Austin kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Maka dari itu, Daniella memilih untuk membuang wajahnya agar dia tidak luluh lagi dengan tatapan Austin yang seakan membius perasaannya. Ceklek! Suara pintu kamar mandi yang dibuka berhasil membuyarkan lamunan Daniella. Melalui ekor matanya, gadis itu menangkap pemandangan Austin yang masih sedikit basah dengan ha
Baca selengkapnya
202. Berkunjung ke Masa Silam
Setelah berpikir selama tiga hari, akhirnya Anna menyetujui saran Dominic untuk mencari tahu tentang keberadaan ibunya. Anna melakukan hal itu juga semata-mata ingin membuktikan apakah kabar yang Nyonya Clark sampaikan itu benar? "Kita berangkat sekarang?" tanya Dominic saat melihat istrinya sudah siap. Gadis itu mengenakan dress putih gading bercorak floral, dengan rambutnya yang dicepol asal. Sebelum menjawab Dominic, hembusan napas Anna terdengar cukup berat yang membuat Dominic menoleh, lalu gadis itu mengangguk perlahan. Melihat kekhawatiran di wajah Anna, Dominic meraih tangan sang istri dan tersenyum lembut. Dia tahu ini keputusan yang sulit untuk Anna, tetapi gadis itu sudah cukup hebat karena pada akhirnya mau berdamai dengan sang ibu. "Aku sudah menyewa supir. Jadi, kita bisa bepergian dengan bebas. Kau masih ingat alamat tempat tinggalmu yang terakhir kali, Sayang?"Anna mengangguk. Namun, sebelum pergi dia kembali menatap Dominic dengan bertanya-tanya. Selama ini Do
Baca selengkapnya
203. Bukan Wanita Simpanan
Anna mencoba mengingat siapa wanita berambut merah yang sedang berdiri di hadapannya sekarang. Namun, sebelum mengingat apa pun, wanita sudah lebih dulu berbicara. “Kau beberapa tahun ini ke mana?” Wanita itu mengalihkan tatapannya pada pria tampan di samping Anna. “Dia siapa? Suami atau kekasihmu? Atau kau wanita simpanannya, ya?” Ketika menanyakan hal yang terakhir, wanita itu berbicara dengan setengah berbisik, tetapi Dominic masih bisa mendengarnya. Mendengar pertanyaan wanita itu yang cukup menyinggung, Dominic berdeham dengannya ekspresi datar. “Aku suaminya.” “Ah, suamimu,” kata wanita itu lagi. Dia sedikit tidak percaya. Dari mana Anna bisa mengenal pria tampan yang sudah dia tahu jika pria itu kaya raya. Selain itu, wajahnya juga tampak dewasa dan lebih pantas jika disebut sudah menikah. Jadi, Anna pasti simpanannya! “Nyonya, kau tau di mana—“ “Kau ingat aku tidak?” tanya wanita itu memotong perkataan Anna. Dia mencoba menelisik penampilan Anna yang berbeda 360 deraja
Baca selengkapnya
204. Melewati Kecelakaan
Setelah lelah seharian mencari keberadaan Carolina, Dominic dan Anna akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel. Usaha mereka tidak membuahkan hasil sama sekali. Alias Nihil! "Besok kita coba cari lagi, ya." Dominic berusaha menenangkan Anna yang terlihat resah. Anna hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. Awalnya dia memang sedikit tidak peduli, tetapi setelah tidak mendapati keberadaan ibunya di mana-mana, Anna tidak bisa menyembunyikan lagi rasa khawatirnya. "Mau berendam bersama?" tawar Dominic. Dia sudah berdiri dan segera melepaskan pakaian bagian atas, sembari menunggu jawaban Anna. "Aku lelah, Dom.""Aku tidak akan meminta apa pun," sahut Dominic seolah mengerti dengan maksud Anna. Dia memang tidak berniat bercinta di dalam bath up. Dominic tahu Anna butuh ketenangan sekarang dan rileksasi. Jadi, tidak ada salahnya jika dia menawarkan untuk berendam bersama. "Janji tidak akan melakukan apa pun?""Iya, janji." Dominic menjawab dengan penuh keyakinan. ***Sudah bebera
Baca selengkapnya
205. Kondisi yang Buruk
Dominic menggenggam tangan Anna yang sejak tadi masih terdiam. Gadis itu masih syok dengan kejadian yang baru saja dia lihat. Selain terkejut dengan melihat korban kecelakaan yang berlumuran darah, Anna juga merasa terkejut karena tidak menyangka jika korban yang banyak dibicarakan orang-orang tadi adalah ... ibunya. Wanita yang selama beberapa hari ini selalu dia cari ke mana-mana. "Sayang," panggil Dominic dengan lembut. Dia menarik bahu Anna yang duduk di sampingnya, lalu memeluk gadis itu. "Ibumu pasti akan baik-baik saja."Sekarang mereka sedang duduk di depan ruang operasi. Setelah mengenali sang ibu tadi, Dominic langsung membawa Anna ke rumah sakit tempat Carolina di bawa. Dominic juga meminta pihak rumah sakit untuk bertindak cepat, melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan ibu mertuanya. Walau seburuk apa pun Carolina di masa lalu, Dominic juga tidak mungkin membiarkan wanita tua itu begitu saja. Dia masih punya hati nurani. "Dom, aku tidak tau harus berbuat apa seka
Baca selengkapnya
206. Mama, Kenapa Membenciku?
Anna memegang gagang pintu dengan perasaan bimbang. Tadi perawat rumah sakit sudah datang dan memberitahu kepadanya jika Carolina sudah bisa dilihat. Hanya saja, mereka hanya bisa masuk sendiri dengan pakaian steril lengkap. "Sayang," panggil Dominic ketika melihat Anna yang tampak ragu untuk masuk. Entah apa yang membuat istrinya itu masih takut untuk bertemu dengan ibunya sendiri. Padahal Carolina sedang tidak sadarkan diri. "Aku akan menunggu di sini," ucap Dominic yang mencoba menyakinkan Anna bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sebelum masuk, Anna terlihat menghembuskan napasnya berkali-kali, dan tersenyum ke arah Dominic, memberi keyakinan kepada pria itu bahwa dia bisa melakukannya. Saat memegang pintu, dan membukanya, yang pertama kali dilihatnya ada sang ibu yang terbaring lemah. Entah mengapa Anna justru berdiri mematung, dengan angan yang terlempar jauh ke masa silam. ***"Dari mana kau, Anna?" Anna tersentak saat mendengar suara bentakan ibunya. Wanita itu sedang
Baca selengkapnya
207. Beri Aku Kesempatan Lagi
Dominic mengerjapkan matanya saat mendengar suara deringan ponsel. Pasangan suami istri itu baru kembali ke hotel untuk beristirahat dua jam yang lalu. Sekarang siapa yang mengganggu Dominic? Mata pria itu menyipit karena sinar matahari yang sudah tinggi, dan dia segera meraih ponselnya di atas nakas dengan mendengkus kesal. Namun, kekesalannya langsung hilang begitu saja saat melihat siapa yang menghubunginya. "Halo.""Halo, Mr. Williams. Kami dari rumah sakit, ingin mengabarkan jika pasien atas nama Carolina kondisinya sangat buruk sekarang. Apa Anda bisa datang sebagai walinya?" Suara seorang wanita terdengar cukup cepat dari rumah sakit. "Kami akan ke sana.""Baik, Mr. Williams."Tut! Panggilan mereka terputus begitu saja. Dominic segera beralih pada Anna yang tidur begitu nyenyak. Dia jadi tidak tega untuk membangunkan istrinya itu. Anna baru bisa istirahat sejak semalam. "Hah, apa aku pergi sendiri saja?" tanya Dominic bimbang. Setelah memikirkan banyak hal, pria itu ak
Baca selengkapnya
208. Anak Tiri
Awan mendung mengiringi acara pemakaman Carolina. Setelah semua prosesi selesai, Dominic mengambil alih semuanya untuk memakamkan ibu mertuanya dengan layak. Dia juga sudah bertukar kabar dengan Elena di New York, setelah menceritakan perjuangan panjang mereka untuk menemukan Carolina. Awalnya, Elena memaksa untuk terbang ke London menemani Anna yang sedang berduka, tetapi Anna melarangnya. Dia tidak mau ada orang lain yang melihat betapa menyedihkan hidupnya. Bahkan di saat-saat terakhir Anna masih sempat meminta agar dia bisa bersama ibunya. Namun, sayangnya Tuhan berkehendak lain. Dominic merengkuh pinggang Anna dari belakang dengan erat. Tidak ada sanak saudara, membuat mereka akhirnya merasa sedih berkali-kali lipat, hingga membuat mereka saling memeluk satu sama lain. Akan tetapi, apa mau dikata. Sejak kecil, Anna memang tidak tahu siapa keluarga ibu dan ayahnya. Pantas saja mereka membenci Anna. Ternyata karena kehadirannya, baik Frank ataupun Carolina sama-sama dibuang
Baca selengkapnya
209. Jangan Dibedakan
Anna terbangun saat mendengar suara berisik beberapa saat yang lalu dari luar kamar. Setelah cuci muka dan menggosok gigi, akhirnya Anna memutuskan untuk keluar kamar saja, dan dia baru sadar jika sekarang mereka sudah tiba di apartemen. "Mama," panggil Anna pada Elena saat membuka pintu, yang mana membuat wanita paruh baya yang sedang duduk itu langsung menoleh. "Mama, kapan sampai? Kok, tidak membangunkan aku, Dom?" Anna bertanya pada Dominic yang entah kenapa justru mendengkus kesal. "Ah, Mama tidak mau mengganggu waktu istirahatmu, Sayang." Elena segera menghampiri Anna, dan membawa gadis itu untuk duduk. Sedangkan Dominic hanya bisa menghembuskan napas dengan kasar. Tidak mau mengganggu? Padahal tadi Elena tidak percaya saat Dominic bilang kalau Anna masih tidur, dan justru membuat keributan. Menyadari jika putranya sedang kesal, Hamilton mengusap punggung lebar milik Dominic dengan berbisik, "Sabar, wanita memang seperti itu. Mereka selalu benar."Menyadari tatapan putra s
Baca selengkapnya
210. Pria Tidak Peka
Di Vermont, Daniella masih berusaha membujuk Austin untuk memberikan kunci rumah padanya. Dia ingin kembali ke rumah dan bekerja dengan normal di Sky Crystal lagi, tetapi Austin tetap pada pendiriannya. Yang berbeda hanya sikap Austin yang tidak sekasar seperti pertama kali mereka tidak di Vermont. "Aku mau pulang, brengsek!" maki Daniella lagi. Sudah hampir dua minggu, Daniella menghabiskan hari-hari dalam kurungan penjara yang tanpa sengaja Austin buat. "Aku tidak akan membebaskanmu, sebelum kau berhenti bersikap seperti ini padaku."Daniella mencibir perkataan Austin. Memangnya apa yang pria itu harapkan dari sikap Daniella, yang sudah dipaksa berulang kali untuk membantunya melampiaskan nafsu? Jangan bermimpi! Sampai kapan pun, Daniella tidak akan bersikap lunak lagi seperti dulu. "Kau berharap aku menurut dan menjadi budakmu?" Austin langsung menatap tajam ke arah Daniella setelah mendengar perkataan gadis itu. "Apa aku pernah bilang jika aku ingin kau menjadi budakku, Dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
27
DMCA.com Protection Status