Semua Bab Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi: Bab 211 - Bab 220

Mereka yang tidak bodoh tidak akan melakukan hal dungu yang tidak akan bisa diperbaiki lagi.Kayla langsung teringat pada perkataan Martin semalam mengenai warisan peninggalan ibunya. Pantas saja ada drama hari ini. Wanita itu mengambil kartu yang terjatuh di pahanya. Dia ingin tahu perusahaan apa yang sudah menggelontorkan dana secepat itu tanpa memeriksa latar belakang dari peminjam dan berani memberikan dana sebesar 400 miliar.Di sini kelihatan bahwa ini adalah jebakan untuk mengambil warisan dari tangan Kayla.Kayla sudah tidak tahan harus menunggu beberapa hari lagi. Hatinya terasa sangat galau."Kami bukan melihat wajah Martin, melainkan kamu, Nyonya Oliver. Meskipun sudah bercerai, kalian pernah menjadi pasangan suami istri. Keluarga Oliver adalah keluarga yang sangat berpengaruh. Mereka nggak mungkin hanya diam menyaksikan mantan nyonya mereka dikejar-kejar utang."Kayla lantas menolak dengan sinis, "Aku nggak punya uang untuk membantunya membayar utang. Aku juga nggak memilik

Selama beberapa waktu ini, Axel bersikap sangat sopan kepada Kayla. Sekarang pria itu malah membalas dengan tegas, "Aku adalah asistennya. Aku nggak bertanggung jawab untuk kehidupan pribadinya. Selain itu, luka yang diderita oleh Pak Theo bukan aku penyebabnya. Aku masih ada kerjaan lain. Aku pergi dulu!"Setelah Axel mengatakannya, dia pun mengendarai mobil Theo pergi dari tempat itu.Mobil itu melesat di hadapan mereka berdua. Sorot mata Theo ketika melihat Kayla sangat datar. Pria itu pun berkata, "Kamu sudah membuat sopirku marah dan pergi meninggalkanku."Pria itu pun mengangkat tangannya. Setelah beberapa waktu berlalu, luka yang ada di tangannya pun berubah menjadi lebih mengerikan dibandingkan sebelumnya. Potongan kulit yang terlepas akibat hantaman kunci pas itu, tadinya masih merah. Sekarang malah sudah berubah kebiruan. Korengan darah yang membeku entah kapan kembali terbuka sampai darah merembes keluar. Darah itu mengalir dan menetes di lantai.Dilihat dari kondisi lukanya

Tangan kanan Theo terluka sehingga pergerakannya pun terhambat. Lalu, pria itu malah memesan makanan yang mengharuskannya menggunakan pisau.Meskipun Kayla tidak melihat menggunakan sudut matanya, dia tetap bisa merasakan orang-orang yang kepo dan antusias. Wanita itu menggertakkan giginya dan membisikkan sesuatu di telinga Theo, "Apa kamu sedang sakit?"Theo mengangkat tangannya supaya wanita itu bisa melihat perban di tangannya dengan jelas sambil berkata, "Aku memang sakit. Makanya aku datang mencarimu, bukan?"Maksudnya memang seperti itu, tapi kalau didengar rasanya aneh sekali.Keributan kali ini benar-benar heboh. Davin yang berada di kantor sampai kaget. Bisa dikatakan bahwa sekretarisnya sampai memanggilnya keluar.Melihat kedua sosok yang berdiri di sana dan terlihat sangat serasi itu, sorot mata Davin pun berubah gelap. Setelah beberapa detik, dia pun berjalan mendekat."Pak Theo, setengah jam lagi kami akan ada rapat. Kayla sepertinya nggak bisa membantumu makan." Setelah d

Kayla melihat Eka Daryadi dan Yuna yang sudah mulai menggila. Meskipun demikian, mereka masih belum mabuk dan butuh beberapa saat lagi untuk mabuk.Dia pun berkata, "Sudahlah!"Wanita itu lantas menenggak habis anggurnya dan setelah mengatakannya, dia pun berjalan keluar bersama Liska.Ketika mereka berjalan melewati toilet, Liska berkata, "Kayla, perutku tiba-tiba sakit. Aku ke toilet dulu. Kamu tunggulah aku!""Baiklah!"Di setiap ruangan pribadi terdapat toilet khusus. Jadi, tidak ada seorang pun di toilet yang ada di luar ini.Kayla bersandar di dinding dan merasa agak pusing. Mungkin dia kebanyakan minum. Sekarang kepalanya sangat pusing. Lalu, pemandangan di hadapannya juga semakin lama semakin kabur.Kayla menggelengkan kepalanya, lalu bermaksud untuk pergi ke wastafel dan mencuci wajahnya supaya lebih segar. Akan tetapi, baru berjalan dua langkah kakinya tiba-tiba saja lemas. Dia tidak bisa mengendalikan diri dan terjatuh di lantai. Dia sama sekali tidak pingsan. Sekujur tubuhn

Saat ini akal sehat pria itu seolah diguncang dengan kuat yang membuat tangannya tidak stabil dan hampir menyentuh tempat lain. "Kayla ...."Kesadaran wanita yang namanya dipanggil oleh Theo telah menghilang seperti air pasang. Tatapannya tertuju pada bibir tipis pria itu dan yang bisa dia pikirkan hanyalah keinginan untuk menciumnya.Kayla mengernyitkan dahi dan bergumam, "Aku merasa nggak enak, Davin ... aku nggak enak badan."Ingatannya masih melekat pada kata-kata Davin yang mengangkatnya dari kasur dan berbisik di telinganya, "Kayla, aku Davin."Gerakan tangan Theo terhenti dan jantungnya berdegap. Dalam sekejap, semua akal sehat dan kesabaran omong kosong telah hilang. Sial, keinginan kuat untuk menghancurkan dan posesif muncul di benaknya, kemudian perlahan menyatu menjadi sebuah ide, yaitu dia ingin mulut wanita ini tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Kayla merasa seolah sedang dilempar tinggi. Rasa tidak berbobot yang kuat membuatnya tanpa sadar mengencangkan jari-jarinya