All Chapters of Istri Kembar CEO Posesif: Chapter 71 - Chapter 80
117 Chapters
Kamu Hampir/Menuju Jadi Penghianat?
Aruna langsung melepaskan tanaman stroberi dengan raut wajah kesal."Bisa kan bicara baik-baik," keluhnya.Rasanya Aruna ingin menangis. Padahal sudah biasa dibentak seperti ini. Baik oleh Yuda atau Erland sendiri. Hati Aruna biasanya begitu kuat menerima semuanya.Tapi, hari ini, berbeda. Aruna benar-benar ingin menangis, hingga Erland menjatuhkan cangkul sembarangan. Segera berjongkok untuk meraih tubuh Aruna dan memeluk."Apa aku membuat kamu takut, Sayang?" bisik Erland.Melihat Aruna yang menangis, para pembantu langsung berhenti dari kegiatan mereka. Meski begitu, mereka sama sekali tidak melirik atau berniat mendengarkan pembicaraan di antaranya dengan Erland."Aku hanya ingin menangis."Saat Aruna ingin mengusap matanya. Erland langsung meraih tangan Aruna. Membuat mata saling tatap satu sama lain."Mengusap wajah pun tidak dibolehkan," keluh Aruna masih ingin menangis.Erland sudah tak merasa cemas lagi. Malah bibir mengulas senyum. Pasalnya, tahu alasan Aruna yang menangis.
Read more
Pisau Yang Memotong Nadi
"Tuan, ini ruangannya." Daffa berhenti melangkah dengan tangan menunjuk sebuah ruangan. Tubuh Erland juga otomatis berbalik, lantas mendekati sang sekretaris.Berdiri dengan mata memandang ke arah pintu yang dikunci rapat. Rumah sakit jiwa sudah sedikit sepi karena penghuni kembali di ruangan mereka masing-masing."Aku dengar dia dirantai karena sering mengamuk," singgung Erland.Daffa yang memegang kunci, membuka pintunya dengan pelan. Begitu sudah terbuka, langkah kaki Erland memasukinya.Bibir mengulas senyum saat melihat Yuda meringkuk di atas ranjang tanpa dilapisi selimut. Apalagi saat pria ini menolehkan kepala dan berakhir dengan menghela napas panjang."Sialan. Hari-hari tenangku jadi rusak karena kedatanganmu.""Bau apa ini?" gumam Daffa pelan.Mata Erland melirik sejenak, sang sekretaris yang mengusir aroma yang mampir ke hidung. Lantas, Erland menatap Yuda. Aroma tak sedap berasal dari tubuh pria tersebut. "Kasihan sekali, sepertinya rantai ini tidak cukup dibawa sampai
Read more
Ini Jelas Pembunuhan
Aruna menatap Erland lekat. Ia tahu ada yang sedang tidak beres, sampai suaminya terlihat cemas begini. Namun, Aruna memilih mengangguk dan menyetujui permintaan suaminya."Baiklah, aku mengunci pintu dan tetap tidak keluar jika ada yang datang, kecuali dirimu."Erland tersenyum puas karena Aruna menurut. Meski, dia melihat jelas dari raut wajah sang istri yang merasa heran dan ingin banyak bertanya.Meski Aruna tetap istri dari Yuda. Tapi, Erland yang tidak ingin Aruna kepikiran memilih untuk tidak memberi tahu. Hal itu dia anggap demi kebaikan sang istri dan janin yang dikandung.Erland pun mengantar Aruna ke cafe. Biasanya dia akan ikut masuk dan mampir sejenak di sana. Tapi, kali tersebut berbeda. Erland langsung tancap gas."Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa dia tidak kelihatan seperti biasanya," gumam Aruna menatap sedikit cemas ke arah mobil suaminya yang mulai tak terlihat.Erland tidaklah pergi ke kantor sesuai perkataan yang Aruna dengar. Dia terburu datang ke rumah
Read more
Pemicu Mimpi Buruk
Aruna cemas di tempatnya, sampai gigi menggigit jemari. Suara pertengkaran di depan pintu ini, masih saja terus berlanjut. Rasanya Aruna ingin segera pergi."Sayang, sekarang buka pintunya secara perlahan ya."Mendengar perintah itu. Tangan Aruna yang gemetar, mulai mengarahkan kuncinya pada lubang pintu. Namun, suara kunci terjatuh begitu terdengar."Sayang, tenangkan dirimu dan buka pintunya ya."Suara Erland masih terdengar lembut, seolah memberi Aruna kekuatan untuk menjadi kuat meski sejenak saja. Setelah berhasil membuka kuncinya, pintu langsung didorong oleh suaminya.Ketika Aruna ingin keluar. Tubuhnya langsung direngkuh dan Aruna yang berharap bisa melihat sekitar, Erland justru memeluk dan menahan kepalanya untuk tidak melihat."Erland," sebutnya dengan nada protes."Tidak Aruna, aku mohon kita jalan lurus ya. Kamu jangan lihat ke mana pun."Kepala Aruna mengangguk. Mungkin Erland seperti ini karena ingin melindungi dirinya, pasti pertengkaran itu menciptakan luka dan tubuh
Read more
Anak Minta Ditengok Papanya
Erland menarik napas dengan kesal. Tidak mengira kalau sang istri lebih memilih membahas bisnis dengan Daffa. Ketimbang dengan suami sendiri."Jadi, boleh tidak sih?" Nada suara Aruna lebih kencang.Hanya wanita ini yang berani pada Erland. Hingga membuat beberapa karyawan menoleh, dan saling berbisik pelan. Takut Erland mendengar."Iya Sayang boleh." Pada akhirnya Erland hanya bisa menuruti.Sesuai dugaan Erland, begitu dapat persetujuan. Aruna langsung ceria dan memeluk lengan Erland dengan erat.Erland yang bekerja di ruang kerja. Sementara Aruna dibawa ke ruang kerja Daffa, letaknya tidak begitu jauh dari ruangan milik Erland."Jadi, bisnis apa yang Anda rencanakan, Nyonya. Katakan saja pada saya." Dengan ramah Daffa memulai percakapan.Aruna menatap Daffa lekat. Dahi kakak iparnya ini sampai mengerut karena heran dengan reaksinya."Sebenarnya apa yang terjadi kemarin?""Ya? Apa maksud Nyonya?"Aruna menarik napas. "Semalam Erland bermimpi buruk, dia juga kelihatan cemas dan takut
Read more
Menjadi Tawanan Kembali
Erland mencium bibir Aruna dengan sangat rakus. Aruna sendiri tidak begitu mempedulikan napasnya yang sudah terengah. Karena Aruna menikmati permainan dari suaminya.Tangan yang sudah meraba dan bibir mulai menciuam beberapa tubuh Aruna. Raanya Aruna sudh sepenuhnya tergoda hingga meraih kepala Erland yang mula berada di antara kakinya."Eland berhenti," pinta Aruna.Mata Erland yang sudah dipenuhi hasrat, tertuju pada Aruna dengan pandangan heran."Ada apa Aruna, Sayang?"Dengan malu-malu, Aruna mengusap wajah suaminya. "Berhenti menggoda, sepertinya aku sudah siap."Bibir Erland langsung mengulas senyum mendengar perkatan dari Aruna. dia tahu apa artinya itu hingga langsung menaiki tubuh Aruna lagi. Tapi bukan untuk menindih sepenuhnya.Erland masih bisa berpikir dengan jernih,kalau sang istri sedang mengandung. Erland memberi jarak antara perut sendiri dengan Aruna."jadi, aku bisa langsung masuk, begitu maksud kamu, Sayang?"Aruna mengulas sen
Read more
Membuang Atau Menukar Anak Itu
Kandungan Aruna semakin besar. Sudah waktunya untuk melahirkan. Malam yang ditemani rembulan penuh di atas langit, Aruna berada di atas bangkar rumah sakit yang didorong oleh Erland dan perawat sepanjang lorong."Erland," sebut Aruna dengan raut wajah kesakitan, namun berusaha tetap tersenyum."Aku akan baik-baik saja, kam tidak usah ikut masuk ke dalam ya," pinta Aruna.namun, kepla Erland langsung menggeleng. Menolak permintaan darisang istri. Apalagi dokter mengizinkan Erlad jika ingin masuk."Aku akan ada di samping kamu Sayang, mendukung kamu dari samping ya."Aruna sudah tidak tahu lagi, harus dengan cara apa. Meski Aruna juga ingin ditemani seperti pasangan lainnya. Tapi, Erland bisa saja kembali kesulitan bernapas karena melihat darah.Aruna memilih diam, karena perutnya semakin sakit saja. Aruna menarik napas dengan teratur. Ternyata begini rsanya kontraksi, padahal belum juga proses melahirkan. Tapi, rasanya sangat menyakitkan.Erland memasuki r
Read more
Kekuatan Dari Suami
Aruna kembali menangis di pelukan suaminya. "Aku membencinya, karena wajahnya mengingatkan aku pada sosok Yuda.""Pria itu sudah mati. Kenapa wajah anakku harus seperti dia."Erland diam dengan tangan mengusap kepala Aruna. Dia tak berniat melarang istrinya untuk terus bicara, paling menasihati kalau Aruna bicara hal yang buruk."Rasanya aku sangat bersalah padamu, Erland."Jemari Erland semakin mengusap lembut. "Hst. Tidak Sayang, jangan katakan itu ya. Karena aku sama sekali tidak merasa dirugikam."Erland mengecup dahi Aruna dengan lembut. "Aku dapat istri yang cantik dan perhatian, kemudian anak yang sehat dan lucu. Siapa yang tidak senang coba?"Mata Aruna menatap suaminya dengan mata sedikit memerah karena banyak menangis. Kemudian, Aruna mencari gara-gara dengan mengelap ingus di baju suaminya. Namun, Erland sama sekali tidak marah dan hanya mengusap wajahnya saja."Sudah lebih tenang, hm?''Kepala Aruna langsung mengangguk. "Kamu tidak berboho
Read more
Berhenti Ikut Campur
Erland menarik napas dengan kesal. Kenapa pria tua itu kepikiran datang ke kantor. Pemikiran Erland hanya tertuju pada Aruna, pasti sang ayah datang karena itu."Perlu kita tutup akses untu masuk, Tuan?" daffa bertanya dengan ekspresi serius.Kepala Erland menggeleng. ''Tidak, biarkan saja. Aku ingn lihat dia datang ke sini untuk apa."Daffa nampak tak setuju, karena sangat tahu kalau pria tua itu datang untuk menyinggung perihal Aruna. Namun, tatapan mata Erland yang tajam, membuat Daffa mengangguk dan segera keluar untuk menyambut."Kamu juga kembali bekerjalah.""Baik Tuan."Ruang kerja Erland pun langsung kosong. Dia menyumbang udara dengan helaan napas, Erland memang harus menghadapi pria tua itu demi kelangsungan pernikahannya dengan Aruna.Tak begitu lama, pintu ruang kerja dibuka oleh Daffa. Diikuti ayah Erland di belakang, tatapan Erland menjadi tajam. Apalagi melihat emosi di wajah sang ayah."Aku dengar Irene sudah melahirkan," singgung sang ayah dengan raut kesal."Tutup p
Read more
Rahasiakan Pembunuhnya
Erland tertawa senang. Melihat sang istri hanya bisa mengomel tanpa bergerak dari atas ranjang. Aruna pun baru akan memukul jika Erland berada dalam jarak yang sangat dekat."Aku bicara faktanya, kalau seorang wanita sudah berubah jadi ibu. Pasti suaranya akan berubah lantang."Aruna menatap suaminya tajam. Namun, saat melihat Fira yang menangis karena waktunya disusui. Aruna pun langsung mengangkat sang putri dengan hati-hati.Ketika Aruna membuka bra untuk menampakkan dadanya. Bukan hanya Fira yang nampak menantikan. Tapi, Erland pun menatap sangat antusias ke arah sana."Ingat, aku kan belum boleh disentuh,'' ujarnya mengingatkan.Erland langsung tersenyum. "Sayang, siapa juga yang ingin menyentuh saat kondisi kamu seperti ini.""Baguslah kalau kamu sadar."Aruna menatap Fira yang begitu lahap meminum susu. Bibirnya mengulas senyum, gadis secantik ini bagaimana bisa Aruna berpikiran untuk menyia-nyiakan. Jemari Aruna mengusap wajah putrinya."Lahap ya Sayang, kamu haus ya?""Iya Ma
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status