Istri Kembar CEO Posesif

Istri Kembar CEO Posesif

Oleh:  Kaiwen77  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
117Bab
1.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aruna tak pernah menyangka, bahwa pria yang dia nikahi memiliki sifat bagaikan seorang psikopat! Tak ingin berurusan lebih jauh, Aruna pun memilih untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Namun apa daya, usahanya justru berakhir dengan dirinya yang jatuh ke jurang. Namun, tiba-tiba, seorang pria kaya bernama Erland menyelamatkannya, bahkan mengubahnya menjadi sosok yang tak pernah wanita itu bayangkan.

Lihat lebih banyak
Istri Kembar CEO Posesif Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Dessy M Shanty
ditunggu lanjutan'y
2024-01-12 15:55:05
1
user avatar
yurike
Erland yg kejam aja kalah sama galaknya Aruna
2023-12-27 16:38:53
0
117 Bab
Perselingkuhan & Pembunuhan
"Bagaimana rasanya mencoba tubuh pembantu itu di atas ranjangku, Mas?"Malam itu, betapa terkejutnya Aruna ketika membuka pintu kamarnya dan menyaksikan suaminya berada di atas pembantunya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Melihat itu, amarahnya memuncah. Sementara itu, suaminya sendiri hanya menghela napas sembari meraih pakaian berserak di tepi ranjang."Bu, biar saya jelas--" ucap Tiara, pembantunya, merekatkan kedua telapak tangannya, seolah memohon ampun kepada ArunaMasih merasa emosi, dan tak ingin berurusan lebih panjang dengan wanita itu, Aruna memejamkan matanya, "Keluar." "Bu," sebut Tiara masih berusaha menjelaskan.Namun, Aruna tak kuasa lagi. Wanita itu pun berteriak, telunjuk kirinya menunjuk ke arah pintu. "Aku bilang keluar!"Sempat Tiara mengambil pakaian sebelum berlari meninggalkan kamar. Hal itu membuat mata Aruna menjadi panas, khawatir matanya sudah tak bisa lagi membendung isakan yang sedari tadi dia tahan. Sedangkan Yuda, suaminya, begitu santai duduk dan
Baca selengkapnya
Aku Suamimu, Erland
Malam yang kehilangan kegelapan itu, mulai dihuni oleh suara letup santai yang ditimbulkan oleh terbakarnya mayat. Sedang suara menggelegar terdengar dari mobil yang meledak. Membuat diameter api membara dan memakan seluruh yang terlihat. "Pergi sekarang."Hanya dua kata terlontar oleh bibir tebal itu. Sopir langsung tancap gas meninggalkan tempat yang mungkin akan menjadi arang pada waktu fajar memunculkan diri. Jari-jemari tersebut mengusap lembut, tak peduli dengan darah yang mengikis warna kulit."Lebih cepat.""Baik Tuan Erland," sahut sopir langsung menambah kecepatan.Mulut membisu dengan netra membingkai Aruna yang berada dalam dekap pelukan. Menurut Erland kemiripan ini bukan sebuah kebetulan. Justru bak pinang dibelah dua."Istriku, Irene," sebut Erland dengan tangan meraih sejumput rambut Aruna dan hidung bangir tersebut mulai menghirup.Gigi terdengar saling beradu. "Sial, harusnya aroma sampo menyeruak."Mata sopir melirik sekilas. Jelas tahu alasan sang tuan terlihat ma
Baca selengkapnya
Seperti Orang Asing
Erland? Nama yang cukup asing. Sekali pun pria dengan profesi dokter tadi pernah menyebutnya. Namun, sikap waspada Aruna mulai hilang. Meski tak merasa nyaman dengan tangan yang digenggam oleh sosok pria bernama Erland."Suami?" Mata Aruna melirik Erland sejenak.Sosok yang begitu tampan hingga terasa betah memandang lama. Tapi, anehnya. Pria ini sama sekali tak ada dalam ingatan Aruna. Bahkan, seolah tak pernah ada dalam kehidupannya.Bibir Erland mengulas senyum. "Benar Sayang. Aku suamimu."Aruna menarik napas. "Ini pasti lelucon."Ekspresi Erland berubah sejak saat itu. Wajah yang menegas, namun mencoba untuk bersikap ramah. Semua itu demi bisa meyakinkan bahwa sosok Aruna adalah Irene."Aku punya bukti kalau kita suami istri." Tangan Erland merogoh kantung dan membuka dompet yang terlipat."Lihatlah Irene-ku, Sayang."Mata Aruna membingkai foto yang diletakkan di tempat terpisah. Mustahil! Wajahnya ada di sana memakai gaun pengantin bersama pria ini. Sosok yang mengaku bernama Er
Baca selengkapnya
Mata Segalak Pemiliknya
Belum sempat Aruna mendebat. Bibirnya langsung disesap oleh Erland, membuat tangan Aruna langsung mendorong tubuh pria ini. Namun, Erland menyudutkan dirinya hingga membentur dinding.Ciuman Erland begitu menggebu, sedang tangan merambat di pinggangnya. Berusaha memasuki cela bajunya. Ingin Aruna menampar kembali, namun sorot mata Erland bagai elang. Hingga berhasil mencengkram tangan Aruna."Apa yang kau lakukan!" serunya marah.Erland tersenyum meski mendapat bentakan. Reaksi Aruna benar-benar sesuai ekspetasi. Apalagi mata yang melotot, membuat Erland mengusap wajahnya. Tapi dengan kasar Aruna menepis."Apa kau tidak mendengar ucapanku? Telingamu tuli?" ocehnya.Lagi, pria ini malah tersenyum. Kemudian menyenderkan kepala pada dadanya, membuat Aruna tertegun. Napas Erland sedikit menembus hingga kulit dada terasa hangat."Aku sangat merindukanmu Sayang," gumam Erland sangat pelan, bahkan tak sampai ke telinga Aruna."Kau sedang apa? Menyingkir dariku," tegasnya.Perlahan Erland men
Baca selengkapnya
Sebuah Pertemuan
Erland benar-benar memejamkan mata. Bahkan napas yang menerpa puncak kepalanya terasa lebih halus dan damai. Aruna mencari kesempatan untuk lolos, namun pelukan Erland tak mampu ia singkirkan."Kau sungguh tidur? Nyaman dengan posisi membuat aku terjepit begini?" komennya.Terdengar sedikit tawa dari Erland. "Sudahlah Sayang, ayo kita tidur."Aruna menghela napas. Bobot tubuh Erland hampir separuhnya diberikan padanya dan terasa sangat berat. Aruna menjadi kesal dan berbalik, berniat memukul namun melihat wajah damai pria ini. Membuat niatan Aruna sirna sudah.Jantung yang terdengar melambat merajai malam sunyi. Namun, ada suara denyut yang lebih kencang di hadapannya. Mata Aruna fokus menatap dada Erland, selaku sumber suara itu."Sepertinya kau sungguh mencintai aku ya?" tanyanya.Erland menunduk sejenak untuk mengecup keningnya, kemudian menyahut dengan lembut, "sangat.""Bahkan jika harus mencarimu di tengah samudra, aku rela menghabiskan seluruh harta untuk mengarunginya," lanjut
Baca selengkapnya
Neraka Jaminannya
Mulut pembantu sampai berteriak sedang netra Aruna mengecap gila pada Yuda yang baru saja berdiri di hadapan taksi. Sopir taksi begitu cekatan menginjak rem hingga tak sempat terjadi kecelakaan, meski sopir ini menunjukkan ekspresi kaget."Apa kau bosan hidup!" seru sopir taksi terlihat kesal.Yuda menunjukkan tangan, meminta kesempatan untuk bicara. Sopir taksi mendengkus kesal, tapi sedikit menepi. Pembantunya langsung menghalangi Yuda yang membuka pintu dan melongok ke dalam."Aruna," sebut Yuda menunjukkan raut seolah menemukan mainan lama.Pembantunya menjadi marah. "Siapa yang kau sebut Aruna! Lalu kenapa kau tidak sopan--"Kepala Aruna menoleh dan netra membingkai tangan Yuda yang membungkam mulut pembantunya. Kemudian menarik paksa tangan Aruna hingga keluar dari taksi."Kau gila!" serunya sembari berusaha memberontak.Yuda mendorong tubuhnya hingga membentur pintu taksi. Akses keluar yang tertutup, membuat pembantu geram. Lantas memutuskan untuk keluar dari sisi lain demi bis
Baca selengkapnya
Nafkah Batin Jangan Ditolak
"Apa yang kalian lakukan sialan!"Sepanjang berlari keluar cafe. Yuda memaki dan berteriak, membuat Daffa menoleh. Mata Yuda menangkap sosok sekretaris dari Erland yang terang-terangan memerintah beberapa orang berhenti merusak mobil."Ada apa ini? Kenapa Anda merusak mobil saya?" Yuda bertanya dengan mata nyalang.Kepala Daffa menoleh, menatap Yuda begitu santai. Lantas menunjuk mobil warna hitam di depan kendaraan Yuda dengan tatapan."Tuan Erland tak suka ada kendaraan yang menghalangi."Tangan Yuda mengepal marah. "Apa Anda bercanda? Di mana-mana parkir selalu ada yang terdepan dan belakang!""Benarkah? Kalau begitu jadikan ini sebagai pelajaran. Tuan Erland tidak suka ada mobil lain yang parkir di dekatnya, termasuk dari segala sisi."Tatapan Yuda mengikuti Daffa yang memasuki cafe dengan penuh amarah. Namun, ada hal yang perlu Yuda pertimbangkan untuk menyerang. Pria itu jelas membutuhkan pekerjaan yang sekarang untuk menyambung hidup. Membuat masalah dengan sekretaris serta Er
Baca selengkapnya
Seperti Peliharaan Dalam Kandang
Sempat tertegun sejenak. Tapi, Erland yang sangat harus menyangkal, langsung mengulas senyum. Kemudian mencampakkan pekerjaan dan beranjak dari meja kerja."Tentu saja ada, itu pun jika kau yang meninggalkan kamar dari balkon atau jendela," sahut Erland.Aruna menarik napas. "Aku tidak sebodoh itu. Rumah disediakan pintu tentunya untuk keluar, lantas kenapa aku harus membahayakan diri sendiri."Erland tersenyum. "Benar, kau sangat pintar hingga aku tak perlu cemas."Mata Aruna membingkai tubuh Erland yang mendekati bar kecil, hanya terpisahkan oleh sekat dinding saja. Semakin melihat seluruh kamar, Aruna meyakini sesuatu. Bahwa ini adalah kamar yang suram.Erland berjalan mendekatinya dengan secangkir gelas berisi air putih. Menduduki sofa yang sama, namun sedikit memberi jarak. Selagi meneguk habis minuman, mata Erland tak berhenti menatapnya.Seolah sedang menilai. Bahwa tak akan ada Irene kedua yang rela menjatuhkan diri dari balkon kamar ini. Hanya demi sebuah kebebasan yang tak p
Baca selengkapnya
Irene Mati, Siapa Dia?
Mentari pagi itu nampak malu-malu mencuri pandang melalui jendela. Berbeda dengan Erland yang begitu antusias, memenjarakan sosok Aruna dalam retina mata. Apalagi kegiatan dirinya adalah berganti pakaian.Wanita yang sewaktu di rumah sakit begitu marah ketika dicium. Pagi tersebut sangat santai, meski diintip secara terang-terangan."Bukankah kau sedang bersiap ke kantor?" singgung Aruna sembari menoleh ke belakang.Erland tertawa sinis, lantas tangan melepas dasi yang belum terbentuk sempurna. Lantas, kaki Erland mendekati Aruna dengan santai. Merengkuh tubuh juga terobsesi menghirup lehernya."Aku berubah pikiran," ujar Erland."Soal apa?" Aruna menyelesaikan mengancing kemeja.Mata Erland membingkai cermin. Benda itu memantulkan sosok Aruna yang dibalut pakaian milik Erland. Terlihat oversize, namun tak membuat sang istri terlihat aneh."Bisakah pakai celana saja?" Dan Erland mulai menego penampilan Aruna.Wajah Aruna mulai terlihat kesal. "Kau kira aku anak remaja? Aku wanita mode
Baca selengkapnya
Buku Catatan Irene
Erland terlihat menduduki sofa panjang di ruang tamu. Lantas, mengambil secangkir teh yang disandingkan. Mata membingkai sosok ayah mertua yang lebih baik, ketimbang dua bulan setelah kehilangan."Senang rasanya melihat nak Erland akhirnya berkunjung.""Tentu saja, sebagai anak aku harus sering datang," sahut Erland dengan suara santai.Lantas mata Faisal melirik sekeliling, membuat Erland mengikuti. Foto-foto Irene yang tersenyum malu terbingkai di beberapa pelosok dinding rumah. Faisal tersenyum sendu. "Apa di rumah Nak Erland juga, masih terpasang foto-foto Irene?"Kepala Erland mengangguk. "Sosoknya jika boleh aku awetkan pun, akan kulakukan, Ayah."Pria munafik, itu perumpamaan yang Erland berikan pada sang ayah mertua. Pasalnya, pria ini yang paling ngotot melarang Irene jatuh pada tangan Erland. Hanya dengan ancaman, barulah dia mendapatkan sosok Irene.Tapi, pada akhirnya tak bisa memaksa Irene untuk mencintai Erland. Bahkan lebih memilih mengakhiri hidup ketimbang menjalin b
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status