All Chapters of Janda Milik Sang Aktor: Chapter 11 - Chapter 20
102 Chapters
11. Bukan Power Rangers
"Lari! Cepat!"Tara harus mendorong Noah agar pemuda itu tersadar dan meniti langkah seribu. Baru saja keluar dari kafe Alaska, terdapat segerombolan anak sekolah yang membawa seperangkat alat lukis. Tara terhenyak, dilepaskan jaket ungu muda yang dikenakannya untuk menutup wajah Noah."Weh! Apa-apaan!""Diam atau saya tendang lagi anumu, Noah!"Noah menurut. Keduanya langsung berlari berkeliling kota seperti berada dalam serial kartun Shinchan. Tentu saja yang menarik ialah Tara, sebab Noah sibuk menyembunyikan wajahnya di bawah naungan jaket milik wanita muda itu—sembari memastikan kedua matanya bisa melihat jalan.Setelah melalui beberapa belokan dan memasuki salah satu area perumahan yang dekat dari lokasi pertama berlari, keduanya baru merasa aman. Tara melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Noah, lantas mendudukkan diri di bawah pohon besar. Wanita muda itu menilik sekitar. Area perumahan yang disambanginya ini cukup sepi."Aman."Tara mengembuskan napas lega. Di
Read more
12. Kok Kelihatan Seksi?
"Lihat apa?!"Noah memalingkan muka. Baru saja dia mendapati potensi terpendam dalam diri Tara, wanita muda itu malah menamparnya dengan sahutan dingin yang menyebalkan. "Cih! Percaya diri banget! Memangnya aku ngelihatin kamu? Tapi ... ternyata boleh juga ....""Apanya yang boleh juga?! Mau kulempar pakai heels?!" Ancam Tara sembari melepas salah satu heels-nya.Noah terlonjak, cepat-cepat berlindung di balik sofa yang sebelumnya diduduki. Kemudian menyadari bahwa beberapa karyawan melihat ke arahnya. Tara tidak jadi melemparkan heels yang sudah dilepas tadi. Wanita muda itu malah tertawa pelan, merayakan satu kemenangan—remeh—lagi.Berdeham, Noah merapikan jasnya. Berpura-pura mencari cermin. Salah satu karyawan datang dan menyodorkan sebuah cermin bundar. Setelahnya, pemuda itu menatap Tara dengan dagu terangkat tinggi."Jangan salah, Tara! Aku nggak melihat kamu untuk mengagumi kamu atau apa pun itu, aku cuma sadar kalau kamu nggak ada apa-apanya sama artis-artis kenalanku di luar
Read more
13. Kembali Direcoki
Menjelang pukul sepuluh malam, Tara merasakan kedua kakinya nyaris mati rasa. Terlalu lama berdiri dalam tumpuan heels setinggi sepuluh sentimeter, memang definisi merepotkan diri sendiri. Wanita muda itu mengambil segelas air mineral, lalu mendudukkan diri di sisi ruangan yang menyediakan beberapa sofa.Mata lentik Tara menyapu sepenjuru ballroom yang ramai dan saling bersahut-sahutan bagaikan latar suatu drama urban yang sedang ditontonnya. Dia tidak sabar untuk pulang dan merebahkan diri. Sekembali dari negeri tetangga, seharusnya dia mengistirahatkan diri di balik rumah kecilnya, menikmati malam dengan secangkir kopi sembari membaca buku. Atau barangkali langsung tertidur sampai keesokan harinya. Akan tetapi, gara-gara kebohongan menyebalkan yang diperbuat Noah, Tara masih harus menjelma sebagai manusia robot."Capek, Tara?"Tara memejamkan mata, enggan mendongak untuk mengetahui rupa si penanya. Dia sudah tau suara siapa itu. Yang jelas, lelahnya makin bertambah saat dia harus be
Read more
14. Telepon Pertama
"Kamu kenapa, Noah? Habis dari gym?" tanya Radu pada Noah saat melihat keringat yang membanjiri kaus hitam milik pemuda itu. Selesai mengambil naskah web drama yang akan menjadikan Noah sebagai pemeran utama, Radu mengirimkan pesan untuk segera datang ke tempat parkir agensi, menunggu di mobil. Namun aktor muda setengah berandal yang dijaganya itu malah datang seakan habis berolahraga. Noah berdecak kesal, lantas menyuruh sopir untuk menaikkan suhu pendingin. "Sial! Ini gara-gara Tara!""Ha? Tara? Kenapa bisa gara-gara dia? Kamu ketemu sama Tara, Noah?" tanya Radu penasaran."Nggak sengaja ketemu, tapi yang jelas dia seneng banget karena bikin aku kerepotan kayak gini." Noah mendengus kesal. Kalau bertemu lagi, dia akan melayangkan balasan pada wanita muda itu. Seenaknya saja sudah membuat orang-orang berlarian ke arahnya! Noah tidak akan tinggal diam. Dia akan membalas dendam pada Tara.Akan tetapi, di tengah rencana licik yang sedang perlahan dibuat itu, Noah malah mendapat tabokan
Read more
15. Sosok Lalu
Tara cepat-cepat menggapai segelas air yang berada di sisi meja lainnya. Sembari memegangi dadanya, ponsel wanita muda itu digeletakkan di samping piring. Selesai meminum segelas air dan meredakan keterkejutan, Tara menatap horor nomor milik Noah yang masih tersambung panggilan suara dengannya itu."Halo, Tara?"Suara pemuda bajingan itu kembali menyapa rungu. Tara mendengus kesal. Haruskah pemuda itu mengganggu harinya dengan lontaran kalimat yang membuat jantungan?"Tara? Kamu masih di sana? Oh! Apa jangan-jangan kamu udah siap-siap?""Siap-siap buat apa?""Foto nude.""Wah, wah," Tara menggelengkan kepala tak percaya. "Baru kali ini aku benar-benar mau membunuh seseorang lho! Coba kalau kamu bukan aktor yang sedang terkenal, pasti aku akan datang ke rumahmu untuk melancarkan serangkaian pembunuhan berencana."Di seberang telepon, Noah tergelak. "Kamu kan memang sudah membunuh sebagian besar hasratku, Tara. Jadi kamu harus membantu riset yang satu ini. Omong-omong, gitu dong, nyebut
Read more
16. Ruang Nonton
Selesai bertemu dengan ketua panitia, Tara melenggang secepat mungkin dari kafe Alaska. Sebelum segerombolan pegawai yang tadinya memasuki restoran ayam di seberang jalan keluar, dia harus cepat-cepat pergi. Gedung agensinya masih sama ramai seperti hari biasa. Terlebih para penggemar kerap menunggu di luar untuk memotret kedatangan idola ataupun aktor dan aktris kesayangan mereka.Kalau sudah begini, biasanya Tara harus berdesak-desakan sebelum memasuki pintu utama lobi. Terlihat dari papan kecil yang terangkat tinggi-tinggi, sepertinya penggemar yang menghalangi jalannya itu merupakan penggemar si bocah mesum—siapa lagi kalau bukan Noah."Kok belum datang ya? Bukannya katanya Noah bakalan datang sama Malvin jam segini?" tanya salah seorang penggemar. Tara menggeleng-gelengkan kepala. Entah dari mana mereka bisa mengetahui jadwal pribadi Noah maupun Malvin. Terkadang Tara tidak paham, bagaimana bisa mereka senekat itu hanya untuk sekadar melambaikan tangan. Tapi bodo amatlah! Dia se
Read more
17. Aku Tidak Serendah Itu!
Plak!Suara tamparan yang terdengar bersamaan dengan adegan gebyuran air itu tak terdeteksi oleh barisan staf di depan. Namun bagi Cell, tamparan yang dilayangkan oleh Tara kepada Noah barusan tentunya sangat menyakitkan. Noah mematung. Rasa perih yang menjalari pipi kirinya seakan menyadarkan pemuda itu bahwa pertanyaannya tadi mengandung seribu satu luka yang tak dapat Tara tahan. Deru napas wanita muda yang menamparnya itu beradu dengan pendingin ruangan yang berada tepat di atas mereka. Entah mengapa, Noah jadi enggan mendongak untuk memastikan bagaimana raut wajah seorang Hantara Gantari yang baru disulut emosinya itu."Aku tau kamu memang kaya dan bisa membayar wanita panggilan manapun untuk berada di bawah kamu, Noah. Tapi asal kamu tau, enggak semua perempuan mau merendahkan dirinya buat kamu. Perlukah kamu ketahui? Kamu sendiri adalah bocah kemarin sore yang kebetulan mempunyai paman dan bibi di dunia hiburan, lalu mendulang kesuksesan dengan cara menjual tampang?"Tara meng
Read more
18. Tom & Jerry
Tara pikir, dia takkan bertemu dengan Noah setelah mengkritik akting pemuda itu. Maka dengan semangat membara, Tara tak keluar dari kubikelnya barang sejenak. Wanita muda itu mulai mengirim proposal dalam berbahasa Latin, mengenai kunjungan ke salah satu agensi milik penyanyi Kuba terkenal.Selesai dengan tugas terbesarnya itu, Tara berniat untuk berkeliling kantor. Suasana hatinya sedang masih terombang-ambing, maka membutuhkan waktu ekstra untuk menaikkan anak panah yang berada dalam meteran suasana hatinya untuk perlahan naik. Omong-omong, dia jadi bersyukur telah menjadi seorang interpreter di agensi seterkenal dan sebesar Hacer. Pekerjaannya di hari-hari biasa tak terlalu banyak, namun jika sudah saatnya, tidur pun bisa terlupakan. Seperti sekarang ini, dia sedang mencecap kebebasan lantaran telah menyelesaikan seluruh tugas yang disodorkan Señora Rosalie padanya. Dengan gaji yang masih sama besar, malah bisa lebih besar lagi saat turun ke lapangan langsung. Tara menyambut seka
Read more
19. Mereka Bertemu
Mau tak mau, Noah mengantarkan Julian dan manajer pria muda itu untuk menemui Heru di ruangannya. Anehnya, setelah Julian memasuki ruangan sang paman, Noah tak kunjung pergi. Justru pemuda itu menyandarkan tubuhnya pada dinding yang berada tepat di samping papan penanda ruangan.Noah memiringkan kepala, dengan bodoh malah mencabut anak rambutnya satu per satu. "Aduh! Ini aku kenapa sih? Kenapa malah nungguin di sini? Ck! Ada yang nggak beres nih! Kayaknya aku lapar? Atau butuh tidur ya?"Mengabaikan ketidakberesan yang menyerang, Noah melangkah perlahan meninggalkan lorong tersebut. Namun baru saja berbelok, tidak taunya dia berpapasan dengan Tara yang terlihat akan menuju ruangan sang paman. Lagi pula, tidak ada ruangan lagi pada lorong yang dijejakinya selain milik paman dan bibinya."Eh! Mau ke mana?!" Tau-tau saja, Noah menghadang langkah kesekian yang akan Tara tempuh. Wanita muda itu menyimpan ponsel pada saku kardigan, kemudian melayangkan tatapan tajam. "Seharusnya aku yang t
Read more
20. Mengusik Kesenangan
Begitu keluar dari ruangan Heru, Tara terlonjak mundur saat mendapati Noah yang menyandarkan dirinya pada kerangka pintu. Julian yang berada tepat di belakang Tara pun menahan punggung wanita muda itu agar tidak terjengkang. Tara berbalik, bertemu tatap dengan Julian. "Te-terima kasih, Pak! Eh? Mas? Kak?"Julian tersenyum meneduhkan. "Panggil Julian saja, sepertinya kita seumuran kok!" Tatapan pria muda itu beralih pada Noah. "Kamu kenapa bikin kaget Tara sih, Noah?"Noah berjengit tak suka. Pemandangan macam apa yang sedang tersaji di depannya ini? Apakah ini salah satu adegan dalam web dramanya yang ditampilkan secara nyata? Baru saja hendak membuka mulut, Tara malah menyelanya dengan segenggam kalimat yang membuat kesal. "Ya mau bagaimana lagi ya, Jull? Anak ini memamg sukanya membuat saya jantungan. Biasa, bocil kemarin sore."Noah melotot, sedangkan Julian terlihat menahan senyum entah karena apa. Merasa sudah tak memiliki kepentingan apa pun, Tara pamit undur diri. Sesungguhny
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status