All Chapters of Gulai Ari-Ari Untuk Anakku : Chapter 51 - Chapter 60
71 Chapters
Tidak Ingin Tau
Gulai Ari-Ari Untuk anakku"Ketrin. Kamu harus kuat, jangan tidur." Ucap Istri kepala desa, yang bernama Ningrum."Ketrin, bangun jangan tidur. Kita akan bawa kamu kerumah sakit besar dikota." Lirih ibu-ibu, yang lainya."Saya mau suami saya," Ucap Ketrin lemah. Tubuhnya semakin lemah, dan nafasnya hanya tinggal satu, dua saja.Rama, yang baru saja tiba dirumhanya datang dengan sendiri, dan tanpa Mbah Inem. Permisi ada apa ini?" Tanya Rama heran, Karna dirumahnya sudah ramai orang."Bayimu Ram." Ningrum tidak sampai hati mengatakannya."Kenapa bayi saya? Istri saya kenapa? anak saya sudah keluar kan?" Tanya Rama. Semua terdiam, dan tidak menjawab. Mata Rama tertuju kepada sebuah baskom, yang isinya kepala anaknya. Seketika ia berteriak, sehisteris mungkin."Aaaaaaaaakkkkh, apa ini?" Pekik Rama. Airmatanya buyar seketika. Tubuhnya bergetar hebat, dan darahnya seakan terasa dingin."Maafkan aku Mas," Lirih Dara. Ia terduduk lemah, dan ketakutan disudut pojok kamar Ketrin."Aa, yang kam
Read more
Rencana Dara Dan Atika
Suasana dirumah Ketrin begitu ramai, semua keluarga dari pihak, Ketrin, dan suami berdatangan."Kamu ngapain terlalu sok, kepintaran?" Pekik wanita tua, yang usianya sudah memasuki 50 tahun itu. Norma Ibunya Ketrin yaitu, Budenya Dara juga."Maafkan saya bude. Saya cuma mau ngebantu Ketrin," Dara menjawab dengan pelan. Nada bicaranya sangat jelas kalau ia sedang takut."Kamu sudah menghilangkan 2 nyawa sekali Gus." Pekik Wanita tua itu lagi."Sudahlah. Ini semua diluar dugaan. Kita harus ikhlas apapun, yang terjadi. Mungkin Dara hanya ingin membantu Ketrin, namun ia tidak sengaja melakukan kecerobohan itu "Sambung Ayah Ketrin."Tapi dia harus tetap dihukum," Pekik ibu Ketrin, yang bernama Norma itu."Bude. Maafkan aku. Mas, Rama tolong jangan bawa aku kepenjara." Lirih Dara. Ia menagis sejadi-jadinya."Aku tidak tau Ra! apa aku bisa memaafkanmu. Aku cuma memintamu menjaga Ketrin, dan bukan menyuruhmu memaksa Ketrin lahiran."Tapi tadi Ketrin sudah nggak tahan. Bayinya berhenti diteng
Read more
Untuk Yang Pertama
Gulai Ari-Ari Untuk anakku#53Atika tampak terus menatap kearah Diwan. Sudah setengah jam didalam kamar, bukanya tidur Diwan malah tampak gelisah. "Mas, kamu kenapa?" Tanya Atika. Saat melihat Diwan merasa gelisah."Mas, cuma kedinginan." Lirih Diwan. "Ya dipakai selimutnya.""Kan selimut Mas, kamu." "Apaan sih, Mas! Atika salah tingkah, mendengar ucapan Diwan."Ayo, nggak ada waktu lagi. Segeralah lakukan," Bisikan Mbah Rondo mulai terdengar ditelinga Atika.Sepertinya Diwan punya firasat tidak enak, buktinya ia malam ini terlalu mengawasi Atika."Sebentar ya Mas, aku kekamar mandi dulu." Ucap Atika. Ia membawa ponselny kedalam kamar, mandinya."Gimana Bu? apa sudah berangkat?" Tanya Dara setelah menerima panggilan dari Atika, diponselnya."Sepertinya saya nggak bisa malam ini. Kamu mau uang lebih nggak? saya akan kasih kamu 50 juta kalau kamu berhasil mengambil ari-ari itu, dari perut sepupumu itu." Ucap Atika."50 juta? serius buk?" Seru Dara. Ia tampak kesenangan saat mendengar
Read more
Di Kejar Warga
Gulai Ari-Ari Untuk anakku#54"Akhirnya selesai juga." Lirih Dara. Wajahnya sudah dipenuhi darah, dan tanah. Ari-Ari yang ia harapkan sudah ada didepan matanya."Kata Bu, Atika cara ngambilnya harus menggunakan mulut, dan tidak boleh terkena tangan. Menjijikan sekali! membobolnya saja aku mual, apalagi harus menjumput menggunakan mulutku." Dara mulai membuka lebar perut Ketrin, yang sudah membelek lebar. Semua isi perutnya sudah kelihatan, usus-usus sudah terbuyar keluar, dan putus akibat hantaman cangkul tajam."Howek," Lagi-lagi isi perut Dara keluar banyak saat menatap, dan mencium bau amis, yang begitu menyengat.Dara mulai memungut ari-ari itu menggunakan mulutnya. Sembari menahan mual ia meletakan ari-ari itu kedalam kantongan keresek berwarna merah."Aku haru segera menutup liang ini kembali. Takut ada, yang curiga nanti. Jam juga sudah mulai pagi." Gumamnya. Dara segera meraih cangkul yang ia gunakan tadi, dan menutup kembali makan Ketrin."Untung aku bawa ganti baju." Dara b
Read more
Selamat Dari Maut
Gulai Ari-Ari Untuk anakku#55"Siala*! bu, Atika menjebakku." Pekik Dara. Ia berlari semakin menjauh dari rumah Atika. Kakinya terseret-seret, akibat terkilir."Kalau aku didapatkan warga, aku bisa mati konyol, dan percuma uang ini. Atika memang kurang ajar! Dia sudah mendapatkan yang dia mau, tapi tidak mau menolongku! keterlaluan." Gumamnya. Keluar kamu maling. Keluar!" Pekik Warga. Dara yang. Bersembunyi dibalik pohon kelapa, merasa ketakutan, karna warga sebagian membawa tombak, dan senapan angin."Gila! mereka ternyata ingin menghabisiku beneran. Mereka kira aku hewan buruan kali," Lirih Dara."Jangan-jangan itu pencuri ari-ari!" Pekik Mereka."Iya betul! kan kemarin ada, yang meninggal.""Tapi kan, pembeli ari-ari itu sudah, habis kita masa." Pekik yang lainya."Iya mana tau, kan Masi ada komplotannya. Sebaiknya kita pulang, dan pastikan kalau kuburan semua aman." Ucap salah satu, dari mereka."Ayo! kita pulang semua. Kalau memang benar, kita akan memperketat penjagaan." Merek
Read more
Kecurigaan Agus
"Sebaiknya kita mandikan kembali Jenazahnya." Ucap Ayah Ketrin. Ia menyuruh warga untuk mengangkat Jenazah Ketrin."Ibu nggak terima pak! ibu mau laporkan ini kepolisi." Pekik Norma. Ia terus menangis menumpahkan segala kesedihan, beserta kekesalannya."Sabar Bu. Nanti biar warga yang menangani nya, kita mana ada uang buk lapor polisi. Makan saja susah." Ucap suami Norma."Tapi kasian Ketrin pak! bapak tega melihat anak kita seperti ini?" Pekik Norma lagi. "Bapak nggak tega buk. Cuman kita nggak bisa berbuat apa-apa, selain ikhlas. Nanti biar warga, yang mencari pelakunya buk." Suaminya yang bernama Riko itu terus menengkan Norma, sang istri."Sabar buk. Nanti biar kami, yang menangani kasus ini, sepertinya memang ada yang tidak beres." Ucap salah satu warga."Saya menemukan pakaian ini ditepi sungai," Sahut salah satu warga, yanga baru datang."Astaghfirullah. Ini pakaian siapa? kok banyak darahnya? jangan-jangan ini pakaian sang pelakunya," Ucap mereka serempak."Sepertinya setelah
Read more
Fitnah Baru
"Mbah, saya mau yang bernama Daut mantan suami saya itu menderita. Saya nggak rela dia menghancurkan saya." Lirih Atika. Ia sedang berbicara, dengan suara Mbah Rondo didalam kamar rahasianya."Kamu mau dia menderita seperti apa?" Suara Mbah Rondo tiba-tiba menggema diruangan itu."Saya ingin dia gila! saya sangat tidak menyukainya Mbah," Ucap Atika lagi. Perkataanya begitu yakin, saat mengatakan itu. Padahal ia tau Daut adalah ayah dari anaknya sendiri."Itu saja?" "Saya juga ingin yang bernama Yuni itu bangkurut, dan terpuruk." "Kalau itu mudah. Kamu ambil saja tanah kuburan yang masih baru, lalu lemparkan kerumahnya." Mbah Rondo tertawa, hingga membuat Atika sedikit ngeri. "Tanah kuburan?" "Iya, tanah kuburan baru. Usahakan kamu mengambilnya saat malam Jumat keliwon, dan segera melemparkannya. Nanti saya akan kasih mantranya." "Terimakasih Mbah," Atika tersenyum puas, saat Mbah Rondo ingin mengabulkan permintaanya."Darimana?" Tiba-tiba Diwan memergoki Atika, saat Atika keluar
Read more
Cemburu
"Aduh! Mas. Tolong buatkan obat untuk luka ini Napa!" Pekik Dara. Lukanya semakin parah, dan semakin berbau, akibat tidak dibawa berobat."Kenapa kmu nggk berobat saja? uangmu kan banyak!" Jawab Agus."Aku masih males keluar rumah.""Kenapa? kamu takut kalau warga akan melihatmu?" Selidik Agus."Apa, sih! kamu kenapa ya? jadi terus memojokkanku? kamu itu bukan membela istri, malah menuduh." Pekik Dara."Tok, tok, tok.""Siapa lagi sih itu!" Pekik Dara. Ia segera berjalan kearah pintu depan, dan segera membuka pintunya. Tampak seorang wanita paruh baya sedang berdiri membelakanginya."Mbak Risa? ada apa mbak?" Dara sembari menutupi luka dikeningnya menggenakan selendang."Kamu pasti tau kedatangan saya kesini untuk apa.""Maksut Mbak Risa?" Dara merasa heran."Kamu ingat waktu kita beli baju tidur, yang kemarin di pasar? dan aku nggak jadi beli yang samaan denganmu?" Ucap Risa."Baju? iya kenapa mbak emangnya?" Dara masih belum kepikiran."Kamu masih menyimpan baju itu?" "Masih, emang
Read more
Dibuat setengah Mati
"Keluar kamu!" Pekik warga."Ada apa ini?" Tanya Daut. Ia mengerutkan keningnya."Jangan sok, polos kamu Daut! Kami tau kamu kan, yang bermain pesugihan itu?" Pekik salah seorang warga."Persugihan apa? saya nggak mengerti maksut kalian." Timpal Daut."Tidak usah berpura-pura! Kami sudah tau, harusnya sedari kemarin kamu itu diberi pelajaran." Pekik mereka."Ini maksutnya apa? saya nggak mengerti. Apa belum puas kalian memfitnah, serta menghakimi istriku?" Sahut Daut."Siapa yang memfitnah? istrimu saja nggak bisa memberikan keterangan. Dan kalau bukan istrimu yang mengulah mana mungkin kami main hakim sendiri."Ayo, kita geledah saja rumahnya." Pekik mereka."Geledah apa? kalian mau cari apa? jangan main-main dengan saya. Kalian bisa saya tuntut, karna sudah memfitnah." Pekik Daut lagi."Halahh, nggak usah dengarkan dia! ayo, kita geledah saja. Aku yakin dia ini bersekutu dengan setan." Pekik mereka. Semua manusia yang berada disana sudah seperti iblis yang siap menerkam mangsanya.
Read more
Ada Hubungan Apa?
"Gimana sayang? sudah siap?" Tanya Diwan. Ia sangat terlihat gagah saat memakai kaos oblong andalannya."Sudah Mas," Jawab Atika. Ia tampak berbeda sekali hari ini ia menggenakan gaun sebatas Mata kaki."Buk, jangan lama-lama ya perginya," Lirih Mail. Wajahnya memang tidak murung sama sekali, karna dirumah ada Ijah yang menemaninya."Nggak lama sayang. Ibu cuma satu hari saja, Ijah saya titip Mail ya." Ucap Atika."Baik buk. Mail sama bi, Ijah dulu ya," Ijah mengelus-ngelus pucuk kepala Mail.Saat mereka ingin melangkahkan kaki keluar rumah, tiba-tiba ada sosok pria berdiri membelakangi mereka. "Sandi? ada apa?" Tanya Atika binggung."Wah, ada yang ingin pergi berbulan madu." Ketus Sandi."Nggak usah basa-basi! maksutmu kesini ngapain?" Sahut Diwan. Ia berbicara tanpa menoleh, dan melihat kearah Sandi."Santai, nggak usah buru-buru." Jawab Sandi santai."Maaf San. Kami mau pergi, kalau ada keperluan lain kamu bisa datang besok-besok," Ucap Atika."Enak sekali, besok-besok. Aku kesini
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status