All Chapters of Pesona Ibu Susu Anakku: Chapter 51 - Chapter 60
111 Chapters
51. Nama anakku adalah....
Mobil itu tidak digunakan untuk dikendarai, melainkan sebagai tempat untuk membuka isi tas.Mereka berdua memilih untuk melakukannya dengan cara ini agar tidak diketahui oleh Soraya atau orang lain.Setelah mencari-cari di antara beberapa kertas, akhirnya Lily menemukan selembar kertas yang membuatnya terkejut. Kertas tersebut berisi nama bayi yang dia titipkan, dan nama itu adalah Jenny Salsabila.Lily tidak mengetahui nama lengkap Jenny, yang menjadi ibu susu Kaila. Tetapi hanya dengan membaca nama Jenny saja, itu sudah cukup membuatnya terkejut. Nama itu memicu banyak pertanyaan dalam pikirannya. Apakah Jenny adalah anaknya yang selama ini dia cari? Mengapa nama Jenny tercantum di kertas tersebut? Lily merasa perlu mencari tahu lebih lanjut untuk mengungkap kebenaran yang sebenarnya.Lukman merasa penasaran dengan apa yang menarik perhatian Lily. Dia bertanya, "Apa sudah ketemu, Yang?"Lily menunjuk ke arah kertas dengan raut heran dan menjawab, "Ini, Sayang... Masa di sini tertul
Read more
52. Surat gugatan
Lily sudah berjongkok, tubuhnya perlahan turun, hampir menyentuh rambut Jenny. Dia berencana mengambil beberapa helai rambut untuk dijadikan sampel tes DNA.Dalam hati, Lily berharap Jenny tidak terbangun. 'Jangan bangun ya, Jen ... aku hanya butuh beberapa helai saja kok,' pikir Lily dengan cemas.Namun tiba-tiba..."Eekhhem!!" Terdengar suara deheman dari atas ranjang, membuat Lily terkejut. Dia melihat kaki turun dari bawah ranjang.'Ya ampun, ini gawat! Jangan sampai aku ketahuan, bisa-bisa nanti curiga!'Dalam kepanikan, Lily memutuskan untuk menggulingkan tubuhnya ke dalam kolong tempat tidur, berusaha bersembunyi.Lily terus memerhatikan kedua kaki itu yang kini berjalan menjauh dan tak lama masuk ke dalam kamar mandi yang berada disudut ruangan.Dirasa situasinya sudah cukup aman, dia lantas buru-buru keluar dari kolong ranjang, lalu menyentuh rambut Jenny."Aaakkhhh!!"Tanpa diduga, saat proses pencabutan itu dilakukan, Jenny justru terbangun dan menjerit karena takut. Sebab
Read more
53. Aku nggak mau bercerai
"Apa?? Enggak! Enggak! Aku nggak mau bercerai, Pak!!" Soraya menolak keras. Dia menggeleng-gelengkan kepala, tidak bisa menerima kenyataan pahit ini.Dia tidak tahan membayangkan harus berpisah dengan Bima. Dia tidak mau. Apalagi ada Jenny ditengah-tengah hubungan mereka. Bisa jadi perempuan itu akan menggantikan posisinya.Selain itu Soraya juga masih sangat mencintainya dan berharap bisa memperbaiki hubungan mereka.Dengan perasaan tidak percaya, Soraya menatap amplop putih tersebut, merasa seolah dunia berputar di sekitarnya. Dia memalingkan pandangan ke pria yang berdiri di depannya, suaranya hampir tidak terdengar saat dia bertanya, "Apakah Mas Bima benar-benar melakukan ini? Apakah dia benar-benar ingin berpisah dariku, Pak?"Pria itu mengangguk dengan simpati, wajahnya penuh pengertian. "Maaf, Nona. Saya hanya menjalankan tugas saya. Keputusan akhir ada di tangan pengadilan dan Pak Bima."Soraya merasa seolah-olah dia tidak bisa bernapas. Seperti semua harapannya hancur dalam se
Read more
54. Kebohongan baru
"Ja-jadi ... Ja-jadi selama ini Raya selingkuh??" Eka terbata-bata dengan ucapannya, dia benar-benar tidak menyangka dengan tayangan yang baru saja disaksikannya.Dadanya terasa berdenyut ngilu, sakit sekali. Tentulah dia ikut sakit hati saat tahu jika selama ini anaknya dikhianati. Matanya pun ikut memanas, dan air mata tak terbendung mulai mengalir di pipinya."Benar itu, Ray?!" tekan Eka, tangannya gemetar saat menyentuh bahu kanan menantunya. Suaranya penuh dengan kekecewaan dan kebingungan.Soraya merasakan kegelisahan yang mendalam. Hatinya hancur berkeping-keping saat melihat ekspresi sedih di wajah ibu mertuanya. Dia merasakan beban yang semakin berat di dadanya, dan rasanya sulit untuk bernapas."Enggak, Bun, semuanya—""Mau sampai kapan kamu terus berbohong, Ray!" sentak Bima dengan marah, matanya melotot. "Bahkan sudah ada bukti, tapi tetap saja kamu mengelaknya!" tambahnya sambil berteriak.Soraya merasa seperti tertusuk pisau. Dia merasa terjepit di antara kebenaran yang i
Read more
55. Tidur bersamaku
Sementara itu, di dalam mobil, Weni dan Jenny duduk di kursi belakang sambil menggendong Kaila di pangkuannya. Setengah jam telah berlalu, tetapi Bima belum juga kembali.Kaila juga sampai sudah tertidur karena kekenyangan menyusu."Mbak... kok Pak Bima lama? Kenapa, ya?" tanya Jenny dengan kegelisahan, sambil memandangi keluar dari jendela mobil."Mungkin mengantre kali, Jen, mangkanya lama," tebak Weni."Iya kali ya, Mbak.""Ohya, Jen. Semenjak kamu pulang ... kamu belum cerita lho sama aku."Jenny perlahan menoleh ke arah Weni. "Cerita apa, Mbak?""Tentang alasan kamu kabur. Dan sebenarnya selama ini kamu di mana, sampai Pak Bima dan Pak Budi kesulitan mencarimu?""Eemmm itu ...." Jenny menjeda ucapannya. Dia terlihat berpikir, untuk berkata jujur atau tidak."Kamu harus jujur lho sama aku," kata Weni yang menyentuh punggung tangan Jenny. Berharap perempuan itu akan bercerita dengan jujur kepadanya. "Kita 'kan deket, Jen. Aku malah sudah menganggapmu seperti adik kecilku sendiri. J
Read more
56. Turuti saja permintaannya
"Dih, Jen. Yang benar saja!" bisik Weni dengan penuh tekanan. Dia segera menarik Jenny untuk masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu dengan rapat, agar apa yang akan mereka bicarakan tidak terdengar oleh Bima.Weni lalu mengajak Jenny untuk duduk bersama di atas kasur berukuran cukup besar di sana. "Masa iya kamu tidur sama Pak Bima? Aneh-aneh saja Pak Bima ini. Lagian kok kayaknya Pak Bima itu seperti suka, ya, sama kamu? Atau memang benar ... dia selama ini menyukaimu tapi nggak berani mengungkapkannya?"Jelas bahwa apa yang Bima katakan tadi menimbulkan tanda tanya besar dan kecurigaan dalam benak Weni. Tapi sebisa mungkin, Jenny akan menepis semua tebakannya."Pak Bima paling hanya bercanda kok, Mbak, ngomong kayak gitu," balas Jenny dengan santai."Bercanda gimana? Orang tadi dia bilang sendiri kok minta kamu tidur bersamanya, sedangkan aku tidur sama Nona Kaila.""Ya kali aku beneran tidur sama Pak Bima, Mbak." Jenny langsung tertawa. "Enggak mungkinlah. Dia 'kan bosku.""Tap
Read more
57. Jangan melakukan hal yang mesuum
"Lho, Yang ... apa yang kamu katakan??" Lily tampak terkejut, saat mendengar apa yang dikatakan suaminya."Memangnya tadi aku kurang jelas, ya?? Kan aku ngomong supaya Raya mengikhlaskannya Bima, lalu menuruti permintaannya.""Enggak, aku nggak mau, Pa!" tolak Soraya dengan lantang dan gelengan kepala. "Kalau aku dan Mas Bima bercerai ... otomatis Jenny akan mengambil alih posisiku. Apalagi Mas sudah terang-terangan mengatakan cinta kepada Jenny. Aku nggak mau, Pa. Aku sangat mencintai Mas Bima!" tambahnya menegaskan."Terus kalau kamu nggak mau ... apakah Bima akan berubah pikiran??"Soraya langsung diam, karena memang dia sendiri tidak tahu."Cinta Bima sama Jenny lagi menggebu-gebu sekarang, Ray. Mangkanya dia nggak sabar dan langsung menggugatmu saat ada masalah," kata Lukman, kemudian melanjutkan. "Kalau pun kamu tetap bersih keras ... rasanya itu nggak akan ada gunanya. Yang ada kamu capek sendiri.""Yang ...." Lily perlahan berdiri sambil menarik tangan Soraya. Kemudian dia men
Read more
58. Benar-benar membuatku gila
Dengan mata terbelalak kaget, Jenny segera mendorong Bima sekuat tenaganya menjauh dari dirinya. Pria itu, dalam keadaan terkejut, berlari menyelamatkan diri guna bersembunyi. Dan tujuan utamanya adalah ke kamar mandi yang terletak di sudut ruangan. Jenny berdiri tegang, wajahnya memerah, dan napasnya terengah-engah. "Mbak Weni!" Jenny hampir berteriak saat melihat sosok Weni berdiri di ambang pintu. "Kenapa Mbak masuk tanpa mengetuk pintu dulu?" "Maaf. Tapi kamu habis apa memangnya, dan kenapa tegang begitu?" Weni tampak bingung memerhatikan Jenny yang tampak sangat terkejut dengan kehadirannya. "Oh, enggak apa-apa, Mbak," jawab Jenny dengan cepat, sambil berusaha menyembunyikan kegugupannya dan berusaha membereskan kancing bajunya yang terbuka. "Tapi habis ngapain kamu, kok buka kancing baju segala? Apa tadi Nona Kaila bangun?" Weni mendekat ke arah Kaila, mengeceknya. Tapi dilihat bayi perempuan itu masih terlelap. "Iya, tadi baru aja Nona Kaila minta nyus
Read more
59. Obat dari segala obat
Hari pun berganti.Sebelum datang ke pengadilan, Bima menyempatkan diri untuk mengantarkan Jenny ke sekolah."Terima kasih ya, Pak, udah nganterin aku. Padahal Bapak 'kan sibuk," kata Jenny seraya memakai tas ransel dipunggungnya. Dia yang bersiap untuk turun seketika terhenti saat Bima menahan lengannya."Kamu nggak mau ngucapin apa-apa gitu ke aku, selain terima kasih? Padahal hari ini adalah sidang pertamaku, Jen," ucap Bima, yang terlihat berharap.Sebetulnya hari ini dia sangat bersemangat sekali. Tapi sepertinya, semangat itu akan bertambah dua kali lipat jika Jenny mengucapkan sesuatu untuknya.Jenny tampak menatap dalam mata Bima, kemudian mengulas senyum. "Eeemmm ... aku tau, momen ini cukup berat untuk Bapak. Tapi aku yakin ... Bapak bisa melalui semuanya. Aku juga yakin bahwa apa yang Bapak lakukan adalah hal yang terbaik. Jadi Bapak harus semangat, ya?""Tentu saja aku semangat, Jen!" Bima langsung menarik tubuh Jenny ke dalam pelukannya. Sebuah kecupan pun menyentuh punca
Read more
60. Itu nggak mungkin!
Eka dan Erwin saling pandang, kemudian mereka menggelengkan kepala dan pergi meninggalkan Soraya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Rasa kecewa keduanya telah membuatnya kehabisan kata-kata untuk berhadapan dengan Soraya. Lebih baik mereka mengacuhkannya, daripada membuat emosi mereka memuncak."Sabar, Ray!" Lukman langsung menahan tangan Soraya saat melihat perempuan itu hendak berlari mengejar Eka dan Erwin. Tak akan dia biarkan perempuan itu mengemis, karena menurutnya itu tidak ada gunanya."Tapi, Pa ... kalau misalkan hak asuh Kaila nggak berhasil aku dapatkan gimana??" Soraya menangis sesenggukan, lalu menyentuh dadanya yang terasa sakit karena tak ingin kehilangan Bima. "Aku nggak mau kehilangan Mas Bima dan melihatnya bersama Jenny, Pa.""Jangan berpikir hal seperti itu dulu." Lukman langsung menarik Soraya ke dalam pelukannya. Dia pun mulai mengelus-elus punggungnya, mencoba untuk menenangkan. "Kamu harus yakin kamu bisa. Apa pun caranya kita juga harus menghalangi Bima dan J
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status