All Chapters of Pesona Ibu Susu Anakku: Chapter 41 - Chapter 50
111 Chapters
41. Ternyata benar
Wanita penjaga kasir menatap foto tersebut sejenak, kemudian keningnya berkerut saat dia menyadari bahwa foto Jenny sangat mirip dengan foto perempuan yang dicari oleh Bima."Lho, kok mirip ya? Apa mungkin Jenny ini adalah perempuan yang sama, yang dicari oleh Pak Bima?" gumamnya sendiri, namun Sri dapat mendengarnya.Hanya saja dia tidak mengerti maksudnya dan bertanya dengan rasa penasaran, "Perempuan yang dicari Pak Bima?? Apa maksud, Mbak?"Wanita penjaga kasir itu mengangguk. Kemudian dia menjawab dengan suara ragu, "Maaf, Bu. Saya hanya mencurigai bahwa foto Jenny ini mirip dengan foto perempuan yang sedang dicari oleh seorang pria bernama Bima. Dia datang ke toko sore tadi lalu mencari perempuan yang tampaknya mirip dengan foto ini."Sri merasa bingung dan khawatir. Tapi jika dingat-ingat, nama Bima sepertinya tak asing ditelinga."Pak Bima?? Apa Pak Bima ini majikannya Jenny? Suami dari Bu Raya??""Ibu kenal sama Pak Bima?" tanya wanita kasir. Sri menggeleng. "Beliau bilang sua
Read more
42. Karena dia selingkuh!
"Pak Bima!! Siapa yang Bapak bawa?" teriak Budi dari belakang, berlari mengejar Bima yang sudah sampai di depan rumah kontrakan. Bima menoleh saat membuka pintu mobilnya, memberi Budi kesempatan untuk melihat siapa yang dia bawa. Dan saat Budi melihat Jenny, matanya membulat karena kaget. "Eh, Jenny??" Budi merasa terkejut melihat Jenny dalam keadaan tak sadarkan diri. "Bapak menemukan Jenny di mana? Kenapa dia pingsan, Pak?" "Bud, kita bicara nanti. Sekarang, bereskan semua barang-barang kita di rumah kontrakan. Kita harus segera pulang ke Jakarta," perintah Bima dengan tegas. "Tapi, Pak, bagaimana dengan nasi goreng yang kita pesan? Saya sudah membayarnya." "Biarkan saja, Bud. Sekarang, masuklah ke rumah. Aku akan menunggu di mobil," kata Bima, membawa Jenny ke dalam mobil dan duduk di sampingnya pada kursi belakang. Budi merasa sedikit kecewa karena harus meninggalkan nasi goreng yang sudah dia bayar. Namun, dia merasa l
Read more
43. Sangat mencintaimu
"Ser-serius, Pak?" tanya Jenny dengan tergagap, terkejut dengan apa yang Bima katakan. "Iya, Jen." Bima mengangguk. Perlahan, dia melepaskan pelukannya, kemudian mengajak Jenny untuk duduk di atas kasur. "Kalau kamu masih nggak percaya, kita bisa melihat buktinya bersama-sama." "Buktinya seperti apa, Pak?" Jenny mengerutkan keningnya, bingung. Sementara itu, Bima segera mengambil laptopnya yang berada di atas meja. Dia memutar sebuah rekaman video yang Ali kirimkan kepadanya. "Lihat rekaman ini, Jenny. Inilah buktinya." Bima menunjuk ke arah monitor. Jenny mengangguk, dan mereka berdua menyaksikan rekaman tersebut.Di sana terlihat seorang pria yang hanya memakai celana boxer, tengah duduk di kursi kecil dengan tangan dan kaki terikat. Pria itu adalah Billy, dan di sebelahnya ada seorang pria berbadan tinggi besar bernama Aldi, yang sedang menodongkan pisau ke lehernya. Artinya, Ali adalah orang yang merekam video
Read more
44. Izinkan aku memilikimu seutuhnya
'Jen ... tolong izinkan aku untuk memilikimu seutuhnya,' batin Bima penuh harap. Dia berusaha sebaik mungkin membuat Jenny merasa nyaman, agar apa yang dia inginkan bisa terwujud sesuai harapannya. Seketika, seluruh tubuh Jenny terasa membeku, hampir tak bergerak sama sekali ketika menerima serangan-serangan cinta dari Bima. Sensasi itu membuatnya seperti melayang dan mabuk, terhanyut dalam gelombang perasaan yang tak terduga. Meskipun di dalam hatinya belum sepenuhnya ingin memberikan dirinya, tapi melihat tubuhnya yang sama sekali tidak menolak, akhirnya dua tubuh itu menjadi saling menyatu, mengikuti aliran perasaan yang membara di dalam mereka.Bima merasakan sensasi yang begitu kuat dan menggetarkan hatinya saat tubuh bagian bawah Jenny menyentuhnya dengan erat.Rasanya seperti aliran listrik yang melintasi tubuhnya, memberinya kepuasan yang tak tergambarkan. Setiap kedutan dan sentuhan Jenny membuatnya merasakan kehangatan dan keintiman ya
Read more
45. Menitipkan bayiku
"Kalau Ibu cari Jenny, Jenny lagi keluar. Nggak ada di sini," tambah Sri sambil melengos begitu saja. Sri hendak masuk ke dalam rumah panti, namun buru-buru Lily menyusulnya. "Aku datang ke sini karena ada keperluan sama Ibu," ucap Lily dengan senyum ramah yang terukir di wajahnya. Sri menghentikan gerakan kakinya, keningnya mengerenyit. "Keperluan apa?" tanyanya. Lily memohon, "Boleh nggak kita ngobrol di dalam, Bu? Nanti aku akan sampaikan tujuanku." Sri ragu sejenak, namun akhirnya mengangguk. Meskipun dia merasa tidak senang dengan kehadiran Lily, dia tidak mungkin mengusirnya. Karena walau bagaimanapun, Lily adalah tamu di sini. "Silahkan masuk," ajak Sri sambil melebarkan pintu rumah panti.Mereka pun lantas duduk di ruang tamu, menempati salah satu sofa yang tersedia. "Ibu mau minum apa? Biar saya buatkan," tawar Sri yang hendak bangkit dari duduknya. Namun, Lily segera menggelengkan kepalanya dengan lembut.
Read more
46. Apa terjadi kesalahan?
"Lho, kok??" Tiba-tiba, Sri terkejut saat berhasil menemukan akta bayi dari 18 tahun yang lalu. Apalagi dengan nama bayi itu yang ternyata adalah Jenny Salsabila."Jadi Jenny anaknya Bu Lily??" Sri membulatkan matanya dengan lebar. Dia tentu ingat bahwa Jenny sendiri mengatakan jika Bu Lily ini adalah Mama dari Soraya yang menjadi istri Bima."Apa terjadi kesalahan? Masa, sih?" Merasa belum percaya, Sri pun memutuskan untuk mencari-carinya lagi.***Hari berganti, dan suara cacing menggema di telinga Jenny, menciptakan suasana yang akrab.Dalam keheningan pagi, rasa lapar yang memenuhi perutnya membangunkannya dari tidurnya yang nyenyak.Dengan gerakan perlahan, Jenny membuka mata dan merasakan tubuhnya yang masih kaku.Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Pikirannya seketika terhanyut dalam kenangan pergumulan panas yang dialaminya dengan Bima kemarin malam. Sebuah perpaduan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, di mana mereka berdua memadu kasih dengan penuh gairah.Awalnya, J
Read more
47. Benar-benar keterlaluan!
"Iya." Bima mengangguk. "Jadi kamu mengenalnya, Jen?" tambahnya bertanya."Iya, Pak," jawab Jenny. "Dia Ibu pantiku dulu sebelum aku diadopsi. Dan kebetulan ... saat aku pergi dari rumah Bapak, aku bertemu dengannya lalu diajak untuk tinggal bersama di rumah panti.""Oohhh." Bima mengangguk-angguk. "Kebetulan ... Budi tadi pagi telepon, terus bilang kalau Bu Sri itu melaporkanmu ke kantor polisi. Sepertinya dia mencemaskanmu yang tiba-tiba hilang, Jen. Nanti kalau kita sudah selesai makan ... kita langsung telepon dia, ya?""Memangnya Bapak punya nomornya Bu Sri?""Punya. Budi yang kirim.""Lagian Bapak juga, sih ... kenapa coba pakai cara bawa aku seperti diculik? Harusnya 'kan nggak perlu, Pak.""Maafin aku, Jen. Tapi kalau nggak begitu... aku nggak yakin kamu mau aku ajak pulang. Aku khawatir malah kamu mencoba melarikan diri pas lihat aku. Cukup susah, lho, cari kamu tuh. Aku sampai keliling dunia.""Aahh lebay sih, Pak. Orang aku ada di Bekasi, masa sampai keliling dunia segala."
Read more
48. Perempuan kegatelan
"Jadi ternyata Mas Bima ada di sini, ya??" sergah seseorang perempuan yang sontak membuat Bima dan Jenny terkejut, sebab dia adalah Soraya. Perempuan itu pun sama terkejutnya saat menyadari kehadiran Jenny di sana. Dan rasa emosi di dalam dadanya seketika memuncak. "Oohh ... ternyata Mas berhasil menemukan perempuan kegatelan ini, ya, dan bisa-bisanya Mas membawanya ke mari??"Soraya dengan cepat turun dari mobil yang dia tunggangi bersama Lily. Dengan segera, dia mendekat ke arah mereka dan mencengkram lengan Jenny."Aakkhh!""Apa yang kamu lakukan, Ray!!" bentak Bima marah. Dia langsung menarik kasar tangan Soraya, lalu berdiri menutupi Jenny yang masih di dalam mobil. "Jangan coba-coba menyakiti Jenny, ya!!" tambahnya mengancam dengan tatapan nyalang."Kenapa kamu kasar sekali sama istrimu sendiri, Bim??" Lily mendekati mereka, tentulah dia membela Soraya karena perempuan itu adalah putrinya."Istri??" Sebelah alis mata Bima terangkat, sebuah senyuman miring pun terbit diwajah tamp
Read more
49. Nggak pantas aku pertahankan!
komentarnya jangan lupa tinggalkan....***"Iya, Pak. Nona Kaila pasti baik-baik saja," jawab Jenny dengan anggukan kepala. Dia juga terlihat mengulas senyum, tapi sungguh itu semua membuat Soraya makin membencinya.**Setibanya di rumah sakit, mereka bertiga langsung menuju ruang perawatan khusus bayi dan anak. Karena sebelum sampai, Bima sempat menelepon Eka dan wanita itu memberitahu dimana cucunya dirawat."Kenapa dengan Kaila, Bun? Kenapa dia bisa demam dan mencret?" tanya Bima saat melihat Eka duduk diluar berdua dengan seorang perempuan seusia Soraya. Dia memakai stelan baju berwarna pink."Bima ...." Eka berdiri, lalu pandangannya seketika teralihkan kepada Jenny. Sebuah binar kebahagiaan pun terpancar jelas pada kedua bola matanya. "Perempuan di sampingmu itu Jenny 'kan, Bim?" tanyanya kemudian."Iya, ini Jenny, Bun," jawab Bima seraya merangkul bahu Jenny, tapi dengan segera perempuan itu menyingkirkan tangannya."Nanti Bunda ceritakan tentang kondisi Kaila. Sekarang kamu i
Read more
50. Berjanjilah padaku
Bima terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Erwin, jelas terlihat bahwa ayahnya lebih memihak kepada Soraya daripada dirinya."Ayah pasti akan menyesal karena telah melakukan ini padaku! Apalagi demi untuk membela Raya!" Bima merasa geram, yakin bahwa ayahnya akan menyesal karena perlakuannya ini. Tanpa ragu, Bima langsung menarik Jenny dan pergi meninggalkan tempat tersebut.Erwin ingin menyusul dengan penuh emosi, namun Eka segera menghentikannya. "Ayah, kendalikan emosi Ayah," tegur Eka memberi nasihat. "Ingatlah... Kaila sedang sakit dan sangat membutuhkan Jenny."Erwin menggertakkan giginya dan mengambil napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosinya yang ingin meledak. "Orang yang sedang kasmaran memang sering kehilangan akal, Pak Erwin," kata Lily. "Kita harus mencari jalan keluar agar rumah tangga Raya dan Bima bisa membaik."Eka dan Erwin mengangguk setuju, sementara Soraya terpaku di tempat, tiba-tiba teringat akan bukti yang akan diberikan Bima kepada Erwin.'Aku haru
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status