Semua Bab Dihina Karena Cacat, Dinikahi Konglomerat : Bab 21 - Bab 30
44 Bab
21. Kala Itu
"Emang segitu traumanya Kafizah dengan gambar atau bentuk yang sama seperti itu meski bukan tato?" tanya Raka pada Salsa."Iya. Karena mungkin dia terlanjur takut dan terbayang-bayang kejadian waktu itu. Di mana saat dia berharap ditolong, ternyata ditinggal begitu saja dan dibiarkan tergeletak tak sadarkan diri.""A-apa benar-benar tidak ada tanda bukti selain tato bentuk love itu?" tanya Raka terbata.Salsa menggeleng. "Tidak ada, bahkan Bapak dan Ibu Kak Nui dihubungi oleh pihak rumah sakit saat Kafizah sudah ditangani oleh Dokter."Bahkan, orang yang menolong Kak Nui pun bersaksi kalau dia tidak melihat kendaraan lain di TKP selain motor Kak Nui yang ringsek parah," lanjut Salsa menjelaskan."Kasian banget sih, nasib Kafizah," gumam Raka perhatian membuat Salsa mengangguk."Iyya. Tapi dia gak pernah putus asa, dia selalu berusaha untuk melupakan trauma itu meski kerap menghantui. Makanya dia jarang buatkan pesanan orang yang suka request
Baca selengkapnya
22. Sebuah Pengakuan
"Kak Nui!" Salsa langsung berlari ke ruangan di mana Kafizah tengah istirahat. "Kak! Kak Nui kenapa?" tanyanya saat melihat Kafizah duduk di tempat tidurnya sambil memeluk lutut dengan gemetaran. "I-itu, o-orang itu pergi, di-dia jahat, a-aku benci orang itu," ucap Kafizah terbata sambil menggigit kedua kuku jari kelingkingnya. Salsa langsung mendekat dan memeluknya. "Kak Nui tenang ya! Istighfar! Orang itu gak ada, Kak! Kakak harus lawan rasa takut itu." "Ta-tapi, ga-gambar itu sama persis," balas Kafizah dengan bola mata yang bergerak ke kiri dan ke kanan. Menatap dengan waspada. "Itu hanyalah gambar, Kak. Gak akan bisa menyakiti Kakak," ucap Salsa menjelaskan. "Ha-hatiku yang sakit," ujar Kafizah lirih dan menangis, sedangkan Salsa langsung membisikkan doa-doa dan kalimat Allah agar Kafizah lebih tenang. Perlahan Kafizah memejamkan mata dan menikmati lantunan surah dari bibir Salsa. "Lawan, Kak! Perbanyak istighfar dan Zikir!" Kafizah mengangguk dan mulai beristigfar meski
Baca selengkapnya
23. Empat Tahun yang Lalu
Empat tahun yang lalu, Raka menemukan sang kekasih tengah berbagi peluh dengan selingkuhannya di sebuah apartemen mewah milik Raka."Dasar wanita murahan!" teriak Raka saat memasuki salah satu kamar di apartemennya dan melihat sang kekasih berada di bawah Kungkungan seorang pria. Di mana kedua insan tersebut dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya.Kedua insan tersebut menoleh secara bersamaan, saat pintu kamar terbuka dengan keras. Wajah keduanya langsung pias dan ketakutan.Kala itu, Raka baru saja kembali dari perjalanan bisnis di luar negeri. Pria tampan itu tidak langsung pulang ke rumahnya,  melainkan langsung ke apartemen yang ia beli khusus untuk Meyla, pujaan hatinya.Pria berambut klimis itu pun tak mengabari sang kekasihnya terlebih dahulu karena ia ingin memberikan kejutan atas kedatangannya lebih awal daripada jadwal sebenarnya.Rencananya ingin memberi kejutan, tetapi malah dia yang dibuat spot jantung ole
Baca selengkapnya
24. Empat Tahun yang Lalu 2
"Pria kaya? Jadi kamu mau denganku hanya karena aku ... aku kaya? Kalau aku tidak kaya kamu tidak mau gitu? Kamu hanya mau hartaku lalu bebas tidur dengan pria lain, begitu?" Raka melempar pertanyaan berutun pada Meyla yang langsung tercekat. "Bu-bukan itu, Sayang. Kamu salah paham." Meyla mendekat dan menyentuh bahu Raka yang terguncang karena menahan tangis. "Jangan pernah menyentuhku!" Raka melepaskan tangan Meyla dengan kasar. "Dasar wanita murahan! Menjijikkan!" "Sayang! Please ... aku benar-benar menyesal! Aku berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi!" ujar Meyla dengan memasang wajah memohon. "Shit ... berjanji pada dirimu sendiri, bukan padaku karena apa pun itu. Aku sudah tidak sudi lagi bersamamu! Sekali lagi kutekankan. Kemas barang-barangmu sekarang juga atau kutendang kau dari sini tanpa sehelai benang pun!" titah Raka dengan sorot tajam dan mengancam. "Aku tida
Baca selengkapnya
25. Empat Tahun yang Lalu 3
"Sayang! Ini minumanmu ya! Aku minum ya," ucap Meyla sambil menunjuk gelas yang di atas meja. "Enak aja! Pesan sendiri!" Raka meraih gelas itu dengan kasar dan meneguknya hingga tandas. Senyum seringai diperlihatkan oleh Meyla karena merasa menang kali ini. "Sebentar lagi, kamu akan jatuh di pelukanku! Aku akan menikmati keperkasaanmu dan siap-siaplah untuk menikahiku," bisik Meyla dalam hati dengan penuh kemenangan. "Aduh ... Argghhh ...." Raka memegang kepalanya yang terasa berat. Kali ini dia sangat pusing dan mendadak tubuhnya panas dingin. "Sayang, kamu kenapa," pekik Meyla pura-pura panik dan memeluk Raka. "Lepasin! Menjijikkan!" Sembur Raka, tetapi Meyla tetap saja berusaha membantu Raka untuk bangkit dari duduknya. "Tidak usah pegang-pegang! Aku bisa sendiri!" omel Raka sambil melepaskan tangan Meyla yang melingkar di pinggangnya.
Baca selengkapnya
26. Tato Khusus
"Raka tenangkan dirimu!" titah Pak Jupri seraya mendekat ke arah Raka yang terluka dan berdarah. Pria yang rambutnya sudah ada dua warna itu mendekat dan ingin membersihkan darah yang mengalir dari tangan Raka dengan menggunakan tisu. "Biarkan saja seperti ini, Ayah!" tolak Raka dengan menepis tangan Pak Jupri. "Tanganmu berdarah, Nak. Nanti infeksi," tunjuk Pak Jupri. "Darah yang keluar dari luka ini, belum sebanding dengan penderitaan Kafizah, Ayah!" tandas Raka menahan tangis. "Ayah nger--" "Ayah tidak mengerti sama sekali, bagaimana perasaan Kafizah! Ayah tidak merasakan jadi Kafizah, hidup hanya dengan satu kaki, masa depannya hancur karena tidak ada yang mau menerima kondisinya! Ayah egois dan a-aku ... yang lebih egois." Raka berlutut di lantai dengan air mata yang tak tertahan lagi. Kaum Adam adalah makhluk yang paling susah untuk
Baca selengkapnya
27. Pria Tiada Akhlak
Tiga hari sudah semenjak kejadian traumatis Kafizah di tokonya. Raka belum pernah bersua dan bertatap mata dengan gadis itu sampai hari ini. Hingga ada rasa gelisah dan bimbang yang menimpa dirinya."Kali ini, aku harus menemuinya," gumam Raka di dalam kamar sambil menatap langit-langit kamarnya.Sehabis mengobrol dengan ayahnya waktu itu, Raka sempat kembali ke toko bunga milik Kafizah sesuai janjinya kalau ia akan menemui Kafizah lagi.Sesampainya di sana, ternyata Kafizah sudah pulang ke rumahnya dan diantar oleh Salsa. Raka menyesal telah datang terlambat waktu itu. Inginnya, dia yang mengantar Kafizah pulang ....Kembali lagi pada harapan yang tidak melulu berjalan sesuai rencana.Raka ingin menyusul dan menemui Kafizah di rumahnya, tetapi ia takut kalau kehadirannya akan menganggu waktu istirahat gadis itu dan menjadikan Pak Rahman merasa tak nyaman, jadi ia urungkan niatnya itu.Sehari setelahnya, pria tampan itu datang lagi ke toko bunga. Akan tetapi, Kafizah tidak datang ke t
Baca selengkapnya
28. Kafizah ke Psikolog
"Raka! Turunin, gak!" pekik Kafizah sambil berontak, tetapi pria itu tidak peduli dengan permintaan Kafizah."Kalau kamu gak mau turunin aku, setelah ini ... aku tidak akan menemui kamu lagi dan perjodohan kita batal!" omel Kafizah membuat Raka langsung berhenti dan menurunkan gadis itu."Enak aja, main gendang-gendong segala tanpa izin!" gerutu Kafizah yang meminta Salsa membawakan tongkatnya karena dia sudah berada di depan toko."Supaya kamu gak repot keluarin tenaga lagi buat jalan," balas Raka enteng."Gak bisa gitu, dong. Kita itu bukan muhrim, jadi gak boleh bersentuhan," protes Kafizah dengan wajah kesal."Kenapa baru sekarang protesnya, waktu itu aku pernah gendong kamu juga kan seperti tadi?" tanya Raka mendadak bingung."Waktu itu aku dalam keadaan darurat hampir pingsan. Mana bisa jalan sendiri. Kalau bukan karena keadaan terdesak ya, aku juga gak mau digendong sama kamu," balasnya."Jadi, kalau dalam keadaan emergency, bo
Baca selengkapnya
29. Kejujuran
Sepanjang perjalanan menuju toko, Kafizah dan Raka tidak terlibat obrolan apa pun sama sekali. Dua insan tersebut saling sibuk beradu dengan pikiran masing-masing.Kafizah mendadak cemas dan khawatir kalau traumanya kali ini akan menjadi alasan Raka lagi untuk membatalkan lamaran sesungguhnya.Walaupun, Kafizah menolak dan sempat terpaksa menerima Raka karena tidak ingin pria itu merasa dipermalukan di depan orang banyak. Akan tetapi, setelah dua hari tidak melihat Raka, ada rasa yang aneh mendadak muncul di hati dan pikirannya."Kenapa aku mendadak gelisah gini, ya?" batin Kafizah bertanya-tanya."Apa aku, mulai ada rasa dengan pria sombong ini?" Kafizah sesekali melirik pria yang fokus mengemudikannya mobilnya."Ah, kayaknya gak mungkin, deh. Aku bukan wanita yang ia harapkan. Aku cacat dan memiliki penyakit aneh yang hampir sama seperti orang gila," batin Kafizah dengan mata yang berkaca-kaca.Jika, Kafizah sedang gelisah dengan perasaannya yang sebenarnya, lain lagi dengan Raka.
Baca selengkapnya
30. Kecewa
Raka menarik napas panjang. "Nanti malam aku akan datang ke rumahmu bersama Ayah dan Mama untuk melamarmu sungguhan." "Sungguhan? Jadi ... lamaran di depan banyak orang itu hanya pura-pura?" tanya Kafizah yang menuntut jawaban serius.Kafizah pikir, Raka akan membicarakan hal penting apa sampai harus membuatnya berjanji dulu."Eh ... bukan! Itu lamaran serius. Serius banget.""Lalu?""Aku merasa kamu tidak serius menerimaku, makanya kita akan bahas secara privat bersama orang tuaku," balas Raka menatap Kafizah dengan intens."Lamaran kali ini, anggap aku bukanlah pria yang sama, yang telah menolak lamaran saat kita pertama kali bertemu. Anggap aku orang baru! Pria baru yang benar-benar datang karena Allah," lanjut Raka dengan seulas senyum tipis.Kafizah terdiam beberapa saat karena mendadak lidahnya keluh dan tak bisa berkata apa-apa. Hanya anggukan yang ia perlihatkan lalu segera pergi dari hadapan pria yang sudah membuat perasa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status