All Chapters of TERGODA IPAR: Chapter 21 - Chapter 30
74 Chapters
Kecewa
"Win, sepertinya aku pulang larut malam hari ini. Aku akan keluar kota sebentar, tapi tidak menginap," ujar Mas Hendra saat kami sedang sarapan di meja makan.Gerakan tanganku yang sedang menyuapkan makanan ke dalam mulutku terhenti. Aku menoleh ke arahnya. "Baiklah." aku mengangguk, padahal dalam hatiku bersorak. Itu artinya aku akan banyak menghabiskan banyak waktu bersama Firman."Kau tidak perlu menungguku. Jika kau mengantuk, kau tidur saja duluan." sambungnya.Aku melirik ke arah Firman kemudian tersenyum, Firman membalas senyumku. Aku yakin Firman berpikiran yang sama denganku. Aku melanjutkan kembali sarapanku."Aku sudah selesai." Mas Hendra mengelap mulutnya dengan tissue, kemudian mengambil tas kerjanya yang berada di kursi kosong. Dia mendekat ke arahku kemudian mengecup kepalaku, Firman langsung membuang pandangan ke arah lain.Mas Hendra mengangkat daguku agar mendongak menatapnya yang berdiri di sampingku, dari menyeka noda makanan yang tersisa di bibirku dengan ibu jar
Read more
Firman meresahkan
"Win, kenapa kau masih diam di situ, ayo." ajak Mas Hendra saat hendak masuk ke dalam kamar.Aku menghembuskan napas kasar. Mendadak hati ini merasa kecewa saat Firman tidak menepati janjinya.***Aku terbangun tengah malam, rasanya aku ingin buang air kecil. Aku segera turun dari ranjang berjalan keluar kamar. Saat melewati kamar Firman, pintunya tertutup. Itu artinya dia sudah pulang. Tapi entah jam berapa aku tidak tau. KREK! Pintu kamarnya terbuka, aku segera pergi dari sana menuju kamar mandi, untuk buang air kecil. Saat keluar kamar mandi, aku tersentak melihat Firman berdiri di sana. Aku membuang pandangan ke arah lain, enggan bersitatap dengannya. Rasanya hatiku masih gondok. Aku telah berhias diri berjam-jam, namun si pembuat janji malah tidak datang."Sayang..." sapanya.Aku segera berjalan melewati Firman, tanpa menjawab sapaannya. Biarlah dia tau bahwa aku sedang merajuk.SET!Firman menarik tanganku dari belakang. "Winda, tunggu." ujarnya. Aku menoleh, kemudian menatapn
Read more
Siapa wanita itu?
Tidak ada banyak hal yang aku lakukan. Hanya bergulang-guling di ranjang. Sejak dua hari yang lalu hingga saat ini aku masih mendiamkan Firman. Meskipun Firman selalu menggoda dan mengajakku bicara. Tetapi aku hanya menjawab sekenanya saja.Seperti pagi ini. Mas Hendra sudah berangkat sejak pagi. Dan Firman berada di kamarnya, setelah semalaman lembur. Sepertinya dia hanya tidur.Aku menghela napas panjang, kemudian terduduk. Aku segera turun dari ranjang. Keluar kamar. Aku berjalan menuju kulkas, mengambil bahan masakan. Untung saja masih ada stok. Jadi aku tak perlu pergi kepasar ataupun membeli pada kang sayur keliling—Bang Saiful Jamal.Aku sangat malas jika harus bergabung dengan para tetanggaku yang julid. Aku ngambil beberapa potong daging dan juga sayuran yang tersisa.Aku berjalan ke arah dapur. Kemudian mulai mengeksekusi bahan yang ada. Suara kompor ku nyalakan untuk merebus daging yang baru ku potong dadu.Tiba-tiba saja aku teringat saat membuat kue bersama Firman waktu i
Read more
Firman jahat
"Re—Renata?" lirihku.Ada hubungan apa Firman dengan Renata? Mendadak pikiranku berkecamuk. Aku segera bersembunyi di balik tembok. Memperhatikan mereka dari jauh.Terlihat Firman melepaskan tangan Renata dari pinggangnya. Terlihat juga mereka terlibat adu mulut. Apa maksud semua ini? Mengapa Firman tidak memberitahuku jika dia mengenal Renata? Atau mungkin Renata adalah kekasihnya?Ahh! Aku merasa pusing. Aku meremas rambutku sendiri. Jika memang Renata adalah kekasih Firman, apa Firman juga tau jika Renata adalah selingkuhan Mas Hendra.Atau mungkin Firman sengaja mendekatiku untuk balas dendam? "Akhh!" pekikku. Kepalaku terasa pusing memikirkan semua ini. Aku sekarang merasa—di permainkan. Di permainkan oleh kakak beradik.Aku melihat ke arah Firman, Renata telah pergi dari sana. Aku tak sempat menguping pembicaraan mereka. Aku masih kalut, memikirkan semua ini. Aku masih bingung, aku harus segera menyelidiki semua ini. "Sayang, kau disini. Lama sekali ke toiletnya, sampai aku ja
Read more
Lingerie merah
Firman mengangguk, "Bagaimana caraku agar membuatmu percaya?"Aku menatapnya dalam. Tatapan kami terpaku. Tangisku mulai mereda, aku langsung memeluk Firman.Firman mengusap rambut panjangku, "Awalnya aku memang hanya ingin membuatmu berpaling darinya. Namun, ternyata perasaan itu hadir, melupakan dendamku. Dan sekarang, aku ingin memilikimu." ujarnya.Aku yang masih sesegukan memukul pelan dada bidangnya."Cup, cup! Jangan menangis. Maaf telah membuatmu bersedih, tapi aku sudah tidak punya hubungan apapun lagi dengan Renata."Firman mengusap air mataku, kemudian mengecup punggung tanganku berkali-kali."Udah jangan nangis lagi, jelek. Ingusnya keluar tuh, ih jorok."Aku mencebik, kemudian mencubit pinggangnya. "Aw, sakit.""Hatiku lebih sakit!" ujarku."Iya, maaf. Aku kira kamu nggak liat. Ternyata ngintip." balasnya.Aku mengusap pipiku dengan kasar. kemudian berusaha untuk bangun. Firman membantuku, aku menopang pada lengannya.Setelah aku berdiri dengan tegak, Firman mengambil kota
Read more
Di perk0sa
Kami menonton televisi bersama setelah melakukan pergul@tan p@nas beberapa menit yang lalu. Aku telah membersihkan diri agar tidak tercium oleh Mas Hendra. Kemudian memakai piyama milikku.Aku dan Firman duduk di ruang televisi, aku menyandarkan kepala di bahu Firman. Kami menonton sinetron bersama di Chanel ikan tongkol. Sambil sesekali menyuapkan cemilan. Firman mengelus rambutku, aku merasa nyaman dalam posisi seperti ini. Firman terlihat sangat menyayangiku begitu pun sebaliknya.Saat sedang asyik menonton, tiba-tiba perutku terasa mulas, aku hendak bangun dari kursi namun Firman mencegahku. Dia malah semakin erat memelukku. Akhirnya aku duduk kembali, bersandar Kemabli di bahunya.Aku meringis saat sesuatu seperti hendak keluar. Dan tak lama kemudian.PRET! PROT!Firman yang semula serius menonton televisi menoleh ke arahku. Aku berpura-pura asik menonton televisi."Winda," panggilnya."Kamu kentut sayang?""A-apa? Kamu ngomong apa sayang? Bentar, bentar lagi seru." Aku berpura-p
Read more
Hadiah
Kami sarapan bersama, tak ada yang membuka percakapan entah aku, Mas Hendra bahkan Firman sendiri. Kami semua diam, larut dalam pikiran masing-masing.Hingga selesai sarapan Mas Hendra pergi setelah aku mencium punggung tangannya. Kini tinggal aku dns Firman di rumah. Firman pun bangun dari kursinya. Kemudian menghampiriku, "Mbak, aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik di dalam rumah," ucapnya, lalu pergi setelah mengecup keningku.Setelah kepergian mas Hendra dan juga Firman, aku duduk bersantai di ruang tamu sambil memegang sebuah album pernikahan kami. Aku mau buka setiap lembar yang ada di sana. Memandang wajahku saat pertama menikah, di sana terlihat aku bahagia bersuamikan Mas Hendra.Namun kini pernikahan kami sudah berantakan, Mas Hendra telah berselingkuh. Begitupun juga denganku telah membagi hati pada pria lain, yang tak lain adalah adik kandungnya sendiri.Aku sedikit merasa bersalah, namun semuanya sudah terlanjur. Aku tak mampu membohongi perasaanku kepada Firman. Bahwa a
Read more
Terbongkar
Aku terbelalak, mataku mengerjap berkali-kali mencari alasan."Katakan, Winda. Jam tangan siapa ini?!" sentaknya.Aku menggaruk tengkuk yang tak gatal, "E—em, i-itu jam tangan milik—Firman." ucapku tergagap.Mas Hendra berjalan mendekat dengan tatapan tajam dan sulit ku artikan. Dia terus menatapku lekat. Kemudian terdengar suara tawa dari mulutnya, "Hahahaha, kenapa kau tegang seperti itu, sayang?""Tentu saja, aku tau ini jam tangan milik Firman. Tapi..... Kenapa bisa ada di kamar kita?" sambungnya.Napasku memburu, mataku bergerak liar mencari alasan."Ke—kemarin Firman kemari, dia bilang ingin meminjam charger milikmu. Jadi... Aku menyuruhnya untuk mengambil sendiri, dan mungkin saja, jam tangannya terlepas." katakut, aku masih harap-harap cemas memandang Mas Hendra yang tampak sedang berpikir."Oh begitu rupanya. Yasudah nanti biar aku kembalikan.""Tidak perlu, Mas.""Kenapa tidak perlu?""E—em, maksudku. Biar aku saja yang mengembalikan jam tangan itu. Kau mandi saja. Sini," ka
Read more
Menghapus jejak
Prok prok prok!"Bagus, Bagaimana rasanya bercint@ dengan istriku selama ini, Hem?" ujar Mas Hendra melirik tajam ke arah Firman dan aku.Tu buhku bergetar hebat, akhirnya aku ketahuan."Kakak, Kau—" belum sempat Firman berbicara Mas Hendra sudah menarik kerah baju Firman kemudian memukulinya.Aku meringis ketakutan melihat kakak beradik berkelahi di depanku."Kur@ng aj4r! Beraninya kau Firman!"BUGH, BUGH! Mas Hendra memukuli Firman secara terus menerus tanpa henti, membuat Firman tak dapat membela diri."Adik si@lan! Beraninya kau men!duri istriku," Mas Hendra terlihat begitu marah, wajahnya memerah dengan rahang yang mengeras."Kumohon, Kak. Ceraikan Mbak Winda, biarkan dia bersamaku." pinta Firman saat dirinya tumbang di lantai.Aku duduk di tepi ranj@ng menyaksikan pergul@tan keduanya. "No, no, no! Tidak akan! Aku tidak akan pernah menceraikan Winda," tukas Mas Hendra.Firman bangkit, kemudian menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Dia memegangi perutnya yang terasa sakit. Bekas
Read more
Merasa kosong
Aku segera bangun dan turun dari ranjang."Akhh..." pekikku saat merasakan organ intimku yang terasa perih. Sekuat tenaga aku melangkahkan kaki. Rasanya tidak sabar ingin melihat kondisi Firman.Dengan langkah tertatih aku keluar dari kamar. Aku segera berjalan menuju teras. Disana, aku bisa melihat Firman yang tengah berdebat dengan Mas Hendra."Mbak Winda!" panggil Firman, dia tersenyum melihatku yang berdiam di ambang pintu. Mas Hendra langsung menoleh. Kemudian berjalan dengan cepat menghampiriku."Masuk ke dalam!" sentak suamiku itu."Tidak, Mas. Aku ingin bertemu dengan Firman." Aku menatap ke arah Firman yang sedang memandangku. Dengan wajah yang penuh luka itu dia berjalan mendekat."Stop, Jangan mendekat!" ujar Mas Hendra.Firman yang semula hendak menghampiri kami langsung berhenti di tempat."Kak, ceraikan Mbak Winda. Biarkan dia bersamaku." lirihnya. Aku menatap Firman dalam, begitupun sebaliknya."Winda milikku. Dia masih sah sebagai istriku. Dan kau—" tunjuk Mas Hendra k
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status