All Chapters of TERGODA IPAR: Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
Patah hati
"Sayang, siapa yang datang?" seketika mataku langsung terbuka.Seorang wanita yang ku kenali datang menghampiri kami."Re—Renata," kataku terbata.Aku melihat ke arah Firman dan Renata secara bergantian, kenapa mereka tinggal di tempat yang sama? Rumah siapa yang ku datangi ini?Renata melihat sinis ke arahku. Dia bergelayut di lengan Firman. Aku menggeleng, ini tidak mungkin, tidak mungkin Firman kembali pada Renata."Sayang, kenapa wanita ini datang kemari?" ujarnya.Aku menatap Firman dengan penuh tanya, "Firman, apa maksud semua ini?" tanyaku dengan tu buh yang sedikit bergetar.Firman menghela napas kemudian membuang pandangan ke arah lain."Ada juga aku yang harus bertanya, ada apa Mbak Winda ingin bertemu denganku?""Tidak, katakan dulu, Kenapa Renata ada di sini? Ini rumah siapa?" tanyaku lagi. Jantungku berdegup kencang menanti jawaban Firman."Ini rumahku." jawabnya."Lalu, Renata..." Aku melirik ke arah Renata sekilas."Istriku," jawabnya datar.Aku menggeleng kuat, "Tidak,
Read more
Mencoba bangkit
Di tempat lain, setelah pergi dari rumahku Mas Hendra menemui seseorang. Dia mendatangi sebuah tempat, yang mirip dengan markas."Halo, Bos. Ada perlu apa kemari?" ujar seorang pria berpakaian seperti preman."Aku ada pekerjaan untuk kalian." ujar Mas Hendra."Pekerjaan apa? Membunuh seseorang?""Ah, tidak. Aku hanya ingin kalian mengawasi pria ini." ujarnya, sambil menunjukkan foto Firman."Mengawasi bagaimana?""Awasi setiap pergerakannya. Dimana dia pergi dan dengan siapa, kalian bisa, bukan?" Preman itu mengangguk."Ya, aku mengerti.""Baiklah, aku pergi dulu. Jangan lupa kabari jika ada hal yang penting," pamit Mas Hendra, kemudian langsung pergi dari sana.***Pagi ini aku sangat tak bersemangat, bingung harus apa, Aku harus punya pemasukan untuk menyambung hidup. Namun aku bingung harus melamar pekerjaan ke mana. Sedangkan... Ijazah yang ku miliki hanyalah lulusan SMA. Aku juga tidak punya pengalaman bekerja sebelumnya.Aku tak mungkin mengandalkan Mas Hendra, dia sudah bukan
Read more
Hampir di lecehkan
"Winda..." sapanya.Mataku mengerjap untuk beberapa saat."K—kau?!" Aku tergagap."Ka—kamu ngapain kesini, Mas?" tanyaku pada sosok Mas Hendra yang berdiri di hadapanku."Aku kesini...." ucapannya tergantung, Mas Hendra melihat ke arahku yang sibuk membersihkan tai ayam."Ada hal, yang ingin aku bicarakan denganmu.""Tentang apa?""Tidak enak jika bicara disini, apa kau tidak ingin mengajakku masuk ke dalam?""Bukannya tidak mau, Mas. Hanya saja—" Aku berdiri kemudian menatapnya dengan lekat, "Aku tidak enak dengan tetangga, mereka taunya aku tinggal seorang diri. Meskipun mereka tidak tau bahwa statusku sebentar lagi akan menyandang janda.""Oh iya, ngomong-ngomong.... Kapan kau akan mendaftarkan perceraian kita ke pengadilan agama?" sambungku. Sejak kemarin aku ingin menanyakan ini pada Mas Hendra. Tapi selalu lupa.Mas Hendra terlihat menghela napas."Justru aku kesini untuk membicarakan itu.""Hem,tunggu sebentar!" tukasku. "Ayo, kita bicara di teras saja." Aku mendahului Mas Hen
Read more
Kecelakaan
"Aaaaaaaa!" Aku terkejut saat dia menarik tanganku membawaku ke dalam pelukannya."Berani kalian menggangunya lagi, akan aku habisi kalian!"Aku menatap ke arahnya, siapa dia?Dua pria yang hendak membawaku itu tersungkur di tanah, memegangi perut dan juga sudut bibirnya yang terluka.Mereka berdua seperti ketakutan, dan akhirnya tergesa-gesa pergi meninggalkan kami.Aku masih terdiam, menatap pria yang menggunakan topeng itu dengan sedikit takut. Takut, jika dia hendak menyakitiku juga.Setelah kepergian dua pria yang mirip dengan preman itu. Pria di hadapanku ini melepas topengnya. Mulutku menganga, aku menatapnya tak percaya. Benarkah yang berdiri di hadapanku ini adalah...."Firman...." lirihku. Aku sedikit merasa senang setidaknya Firman masih perduli padaku."Mbak, mbak tidak apa-apa? Apa mereka menyakitimu?" Firman menangkup pipiku dengan kedua tangannya.Aku menatap lekat wajah Firman, ada raut kekhawatiran disana. Bukannya menjawab pertanyaannya. Aku malah tersenyum dan teru
Read more
Selamat tinggal
KREK!Setelah menunggu selama 30 menit akhirnya pintu ruangan terbuka. Semua mata memandang ke arah dokter pria yang baru keluar dari ruang IGD."Dokter, bagaimana keadaan adik saya?""Kalian?""Kami keluarganya, Dok. Bagaimana keadaan adik saya di dalam?"Dokter itu menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Luka di kepalanya cukup parah, dan saat ini pasien telah sadar, dia ingin bertemu dengan keluarganya. Terutama yang bernama Firman,""Saya, Dokter." ujar Firman."Anda boleh masuk, Pak. Tapi sebelum masuk ke ruangan tolong pakai atribut rumah sakit.""Baik, Dokter."Setelah memakai atribut rumah Sakit, Firman masuk ke dalam ruangan di mana Mas Hendra berada. Kondisi Mas Hendra sangat parah beberapa selang menempel pada tubuhnya.Mata Firman memanas, dia mendekat ke arah Mas Hendra yang terbaring lemah di atas ranjang."Kakak!" lirihnya tercekat.Mas Hendra yang semula terpejam membuka matanya."Fi—Firman hh..." Dia kesulitan bicara, suaranya seperti tercekat
Read more
Kebenaran
Firman pulang kerja lebih cepat, tidak seperti biasanya. Dia langsung masuk ke dalam rumah tanpa menekan bel lebih dulu. Firman hendak masuk ke dalam kamar, namun dia tak sengaja mendengar Renata sedang berbicara dengan seseorang.Firman terkejut, dia mengurungkan niatnya. Dia hanya menguping di depan pintu kamar yang sedikit terbuka. Firman terkejut melihat perut Renata yang rata. Bukankah wanita itu sedang hamil 5 bulan. Mereka rutin memeriksakannya. Atau selama ini Renata hamil hanya pura-pura?Ya, semenjak menikah Firman tak pernah menyentuh Renata. Meskipun wanita itu mengaku hamil anak Firman. Rasa cinta yang menggebu-gebu dahulu telah musnah. Bahkan untuk sekedar bermesraan saja Firman merasa enggan. Jadilah dia tidak tau jika Renata hanya hamil pura-pura."Ya, untung saja Firman yang bod0h itu percaya padaku!" ujar Renata dengan ponsel yang menempel di telinganya.Firman tercekat, jadi benar selama ini Renata hanya pura-pura hamil. Antara kesal dan senang mendengarnya. Firman
Read more
Mimpi jadi nyata
"Firmaaaan!" Aku terduduk, napasku tersengal. Aku mimpi buruk tentang Firman. Aku melirik ke arah jam di dinding menunjukkan pukul 4 sore.Tok tok tok!Aku mendesah pelan, "Ah, siapa lagi ini."Dengan mata yang masih mengantuk berat aku berjalan ke arah pintu.Mataku yang memang mengantuk berat terbuka sedikit, "Firman!" gumamku dalam hati.Terlihat Firman tersenyum sambil bersandar di pintu, dengan sebelah tangan menopang kepalanya."Selamat sore, Mbak Winda." sapanya, masih dengan tersenyum. Kemudian mengedipkan sebelah matanya."Tidak, tidak! Aku pasti masih bermimpi. Ini pasti mimpi lanjutan. Aku yakin itu, sudah lama aku tidak pernah bertemu dengan Firman, jadi mana mungkin Firman datang ke rumahku!" gumamku lagi.Aku mengabaikannya, kemudian masuk ke dalam. Aku menguap kembali, aku merbahkan tubuh kembali di ranjang berharap segera bangun."Bisa, bisanya aku bermimpi bertemu Firman." Aku memejamkan mata kembali."Hi hi hi hi, fffttthh!" Aku mempertajam indra pendengaran. Suara s
Read more
Ending
Menjadi janda ternyata tidak enak rasanya, para tetangga baruku mulai terlihat sinis. Bahkan ada yang mengataiku sebagai janda gat*l, sebab suaminya selalu menggodaku. Aku merasa tidak nyaman, selalu menjadi bahan gunjingan mereka. Selama 3 hari ini aku berpikir keras untuk menerima lamaran Firman. Kurasa sudah waktunya, aku juga tidak dapat membohongi perasaanku. Ingin selalu dekat dengan Firman. Bahkan setiap malam, aku tak bisa tidur memikirkannya.Sore hari, Firman datang ke rumahku. Dia menanyakan perihal lamarannya tempo lalu. Aku mengiyakannya. Aku menerima lamarannya. Firman terlihat senang, dia langsung memelukku.Seminggu kemudian pesta sederhana tergelar, sesuai dengan keinginanku meminta pesta yang biasa saja. Untung saja para tetanggaku tidak tau jika Firman adalah adik dari mendiang mantan suamiku. Jadi aku tak terlalu malu.Firman menatapku tak berkedip saat memakai kebaya putih, dengan rambut di sanggul. Tak lupa juga menggunakan make up tipis-tipis agar tak nampak ku
Read more
Extra part
Aku begitu kewalahan mengurus si kembar tanpa pengasuh. Terkadang yang satu menangis yang satunya juga ikut menangis. Satu tidur yang satunya juga ikut tertidur. Mungkin memang karena mereka kembar jadi ... Semuanya harus sama.Oekkk .... Oekk... Oekkk..."Duh, kenapa menangis semua," lirihku.Aku sedang menenangkan Fira, dan tak lama kemudian Farah juga ikut menangis."Mas, Mas Firman!" teriakku memanggil suamiku.Tak berselang lama Firman datang sambil menggendong putra sulung kami.Namun ada yang membuatku geli, yaitu diapers yang berada di kepala keduanya."Ada apa sayang?" ujarnya menghampiriku."Fira dan Farah menangis terus sejak tadi, aku tidak bisa menenangkan mereka. Itu kamu, kenapa memakai diapers di kepala?" Aku menahan tawa."Kami sedang bermain."Oekk.... Oekk...Firman menurunkan Farhan yang berada dalam gendongannya, "Sayang, tunggu sebenta ya, Ayah mau gendong adik kamu dulu." ujarnya.Farhan mengangguk, untung saja putra sulungku itu sangat penurut."Sini, Fira biar
Read more
TERGODA IPAR Season 2
POV Author Lima tahun berlalu ...Pernikahan firman dan Winda sudah terbilang bahagia. Dengan ketiga anak-anak mereka. Farhan si sulung, dan juga si kembar Fira dan Farah.“Hei, jangan bertengkar!” teriak Winda kelimpungan, melihat kedua anak perempuannya berebut sebuah boneka.Fira dan Farah terkejut mendengar teriakan yang menggema, bocah lima tahun itu mendekat ke arah Firman yang tengah bersantai di sofa.“Papa, Fira takut, Mama serem.” ujar bocah kecil itu sambil menyentuh lengan Firman.Winda menatap sinis, pasti mereka akan mengadu pada ayahnya.“Papa, Farah juga takut.” lirih Farah ikut menimpali.Firman menggendong keduanya, mendudukkannya di paha kanan dan kirinya.“Siapa yang seram?” tanya Firman. Winda yang tak jauh dari sana mencebik. Firman melirik sekilas ke arah istrinya, kemudian beralih menatap Fira dan Farah bergantian.“Mama!” seru keduanya.“Jadi, Mama seram begitu?” tanya Firman tatapan mata lekat ke arah mereka, dia menanyai putrinya dengan sangat serius.“Iya,
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status