“Fal,” panggil Andra sambil mengetuk pintu kamar mandi di kamar Aufal. “Lo nggak papa?”Tak ada sahutan, hanya terdengar suara orang muntah-muntah dari dalam membuat Andra semakin khawatir. Pasalnya, hampir setiap pagi sahabatnya selalu seperti ini. Sudah berkali-kali pula dia mengajak Aufal ke dokter, tapi ditolak mentah-mentah.CeklekPintu kamar mandi terbuka menampakkan Aufal dengan wajah pucat dan berpegangan pada tembok seraya memegangi perut. Tubuhnya terasa lemas. Perutnya juga masih mual, padahal tidak ada yang dikeluarkan.Andra membantu Aufal duduk di ranjang. “Lo kalau masih sakit, nggak usah masuk aja.”Aufal menggeleng. “Gue harus masuk. Kerjaan numpuk di kantor. Gue nggak mau dianggap nggak profesional dan lari dari masalah.”“Tapi lo sakit, Fal. Lo nggak boleh maksain diri.”“Ndra, harus berapa kali sih gue bilang? Gue beneran nggak papa. Jangan terlalu khawatir sama gue.”“Ya ya ya, serah lo, Fal, serah lo! Percuma gue ngomong panjang lebar, tapi nggak lo dengerin.”A
Last Updated : 2024-02-08 Read more