All Chapters of Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku : Chapter 11 - Chapter 20
168 Chapters
11
"Tunggu!" Aku mencoba menghentikannya tapi wanita itu terus berjalan."Apa kau bilang tadi, Apa kau coba menghancurkan mentalku sebagai istri Kevin? Tunggu!""Aku tidak punya kewajiban untuk bicara padamu, siapa kau memerintah diriku!" Wanita itu berjalan dengan cepat lalu menghilang di ujung koridor sementara mas Kevin Masih berdiri membeku dan terlihat panik sekali."Ayo pulang dulu, kita bisa bicarakan itu di rumah!" Mas Kevin menggandeng tanganku sementara aku langsung menepisnya.Beraninya dia menarik tanganku setelah dengan santai menggandeng tangan wanita lain, tanpa memikirkan perasaan istri yang menunggunya di rumah."Apa kau masih merasa pantas untuk menyentuhku?""Apa salahnya sih? Dia kan cuman temanku.""Kau dengar apa yang baru dia katakan?!""Dia mengatakannya karena kesal.""Dia bilang kalau kau sering bercerita tentang kehidupanmu yang hambar! ah, sungguh menyedihkan dan kasihan sekali kau ya Mas."Aku berdecih lalu melenggang, sementara dia mengikuti aku di belakang
Read more
12
Saat kututup pintu mobilnya, tanpa perasaan lelaki itu tancap gas meninggalkan diri ini berdiri di trotoar yang dihujani oleh gerimis-gerimis kecil menjelang sore. Gerimis yang turun seolah ikut membasahi hati ini yang mendung oleh luka-luka yang diberikan oleh Mas Kevin.Aku pulang ke rumah menumpang sebuah taksi dengan air mata berderai di sepanjang perjalanan. Terbayang olehku bagaimana wanita itu dan Mas Kevin bercanda, mereka akrab sekali, cara mereka memandang memiliki makna yang penuh dengan cinta dan perasaan. Begitupun saat mereka saling bercanda dan bergandengan tangan, seolah hubungan mereka masih segar dan sedang menggebu-gebunya. Hatiku terbakar, untuk alasan seperti itu saja aku sudah sakit, apalagi harus melihat yang lebih mesra dari itu.*Aku tiba di rumah dengan mata yang sudah sembab, kedua anakku terlihat menunggu di teras dan gelisah."Bunda dari mana saja sepanjang hari aku dan Sinta menunggu di rumah.""Bunda ada urusan.""Sinta menangis bunda," ucap Daffa. Sek
Read more
13
"Berhentilah mengatakan omong kosong untuk membela dirimu, sudah jelas kau tidak berminat untuk membelaku dan lebih memikirkan perasaan wanita itu serta memenangkan dirinya.""Bukan begitu," desaknya."Cukup Mas, jangan torehkan lagi hatiku dengan luka yang baru. Aku terlalu sakit sekarang, cukup sudah.""Baiklah, aku akan diam," balasnya. "Tapi aku mohon Aku tidak ingin ada yang berubah dalam hubungan kita hanya karena prasangka. Aku ingin kita kembali seperti semula."CihDia bilang kekacauan ini hanya karena prasangka? Jelas-jelas aku melihat dia dan wanita itu berjalan dengan mesra, mereka bercanda, tertawa dan saling mengedipkan mata dengan nakal. Apa pantas itu disebut pertemanan? Sepertinya suamiku hendak menipu diri ini mentah-mentah di depan mataku.*Tring!Pukul sembilan malam, aku melihat jam yang berdetak di dinding saat ponsel suamiku berdering. Dia yang juga sudah berbaring di sampingku segera meraih gawai miliknya dan menjawab penggilan."Halo, Bu. Apa kabar?"See, j
Read more
14
Aku tidak mengerti apa yang kurasakan saat menyaksikan suamiku menangis seperti itu dan curhat pada wanita lain tentang kondisi rumah tangga dan bagaimana ruwet pikirannya. Hanya tertegun diri ini dibalik dinding penyekat antara ruang keluarga dan ruang tamu, terpekur menyaksikan dirinya merintih dan menangis.Pertanyaan yang kini timbul dalam benakku adalah, sungguhkah Mas Kevin selama ini merasa kesepian dan kurang kasih sayang? Apakah kesibukanku mengurus dua orang anak telah mengikis waktu dan perhatianku untuk dirinya? Apakah ini murni tentang kesalahanku ataukah dia hanya menjadikan hal itu sebagai pembenaran saja untuk sebuah persahabatan baru dengan wanita lain. Aku yang salah, atau dia yang menjadikan diri ini penjahatnya?Panggilan teleponnya sudah berakhir, lelaki itu menghapus air matanya dan kembali berbaring lagi untuk menenangkan diri. Aku berdiri di hadapannya dan menatapnya dengan sejuta perasaan di hatiku sementara dia langsung tertegun."Sejak kapan kau ada di sana?
Read more
15
Setelah percakapan menyakitkan itu... aku sudah tidak sanggup untuk memejamkan mata menghabiskan sisa jam 03.00 malam sampai subuh dengan duduk termenung di kamar sambil mengingat kembali seberapa banyak dosa-dosa yang kulakukan sehingga membuat dia tiba-tiba jauh dariku dan batinnya merasa kesepian.Air mata tak henti-hentinya menetes dari pelupuk mata tak bisa menahan kesedihan yang kini berkecamuk di hatiku karena aku sendiri tidak tahu apa yang telah kulakukan sehingga membuatnya kecewa. Aku diam 24 jam di dalam rumah dan melakukan tugas-tugasku sebagai seorang istri yang baik. Jaranglah aku bertengkar atau mendebatnya, apalagi bersikap kasar. Begitupun dengan permintaan uang belanja dan kebutuhan pribadiku, jika dia memberiku uang lebih, maka aku selalu minta izin jika ingin pakaian atau kosmetik baru.Kami harus tidak pernah bertengkar atau mempermasalahkan hal-hal yang sepele. Satu-satunya masalah utamanya aku dan dia terlalu sibuk Jadi kami mulai melupakan kemesraan dan momen-
Read more
16
Suara tangisan wanita cantik dari seberang sana membuat Mas Kevin terdiam, tercenung dirinya seakan tak menemukan kata-kata untuk membalas protes wanita tadi."Akankah kau campakkan diriku begitu saja? Setelah begitu banyak hari-hari yang telah kita lewati?""... Jika kau amat memperdulikan perasaan istrimu, apakah aku adalah binatang yang tidak punya hati, sehingga kau tidak perlu menjaga perasaanku? Bukankah kau berjanji bahwa kita akan saling menjaga apa yang kita jalani sebelumnya?"Mendengar perkataannya, aku jadi tergelitik untuk bertanya hubungan jenis apa yang sudah mereka jalin sampai wanita itu tidak menerima kata perpisahan."Emangnya apa yang kau janjikan dan kau jalani dengan wanita itu sampai dia tidak terima!" tanyaku pada suamiku.Aku tetap duduk di hadapannya dan menatapnya dengan tajam. Mas Kevin tidak memberi jawaban selain halaan nafas dan wajah tegang sembari menelan ludah."Mas, kenapa kau diam saja? Apakah keputusan ini adalah keputusan bulat yang tak akan k
Read more
17
"Mil, Mila tunggu?!" Gadis itu menoleh sesaat tapi dia kemudian mengabaikannya dan pergi begitu saja.Kupikir Mas Kevin akan menyerah dan melanjutkan tujuannya tapi ternyata dia mengejarnya dan meraih tangan wanita itu, aku yang berdiri tak jauh dari mereka terkesiap dengan kejadian itu seolah-olah sedang menyaksikan adegan sinetron penuh drama."Mil!""Lepaskan aku, Mas! Aku sudah mendengar keputusanmu tadi malam dan aku tidak begitu bodoh untuk segera menyadari apa yang kau inginkan! Aku mengerti Maksudmu!""Mil, aku terpaksa Mil, keluarga dan keadaan tidak memberiku pilihan.""Sudah kubilang aku mengerti maksudmu!" ucap wanita itu sambil menyingkirkan tangan mas Kevin dari tangannya. "Sudah cukup petualangan di antara kita berdua sebaiknya aku dan kamu menyelesaikan sampai di sini.""Sebenarnya aku nggak mau kita begini!""Apa kau tidak sadar kita sedang berada di tengah keramaian dan rekan-rekan kita akan melihat ini? Tolong lepaskan aku dan bersikaplah dengan wajar!" Gadis itu
Read more
18
"Terima kasih jika kau mau sadar dan berubah.""Aku berjanji akan mengubah segalanya tentang diriku Fathia.""Iya, berubahlah untuk menjadi lelaki yang lebih baik," balasku sambil tersenyum. Dia memeluk diriku membiarkan aku tertidur di dadanya, sementara ia masih melanjutkan untuk menonton film tadi. *Esok pagi, Usai salat subuh, hatiku dipenuhi dengan bunga-bunga saat kudapati meja makan sudah disiapkan sarapan, ada setangkai mawar tergeletak cantik di sana, di atas piring makanku, dan rumah sudah dibersihkan.Tumben sekali mas Kevin mau melakukan itu untukku, padahal dia tidak menyukai tugas domestik dan malah menyuruhku untuk mengambil seorang asisten jika aku merasa kerepotan. "Apa kau melakukan semua ini untukku?" Aku menyapanya saat lelaki itu sedang sibuk mengaduk kopi di meja dapur. "Ya, aku menyapu dan mengepel lantai, lalu menyiapkan sarapan dan mencuci pakaian.""Apa kau lakukan itu untuk mengambil hati dan membuatku merasa bahagia?"Ia tak menjawab dengan ucapan, t
Read more
19
"Kasihan sekali kamu ya ... hanya bisa mencela dan menghujat orang tanpa melihat apa latar belakang dari peristiwa yang terjadi. Kau boleh menyebutku bodoh tapi ada yang lebih bodoh dari diriku...""Benarkah?""Mas Kevin mengejar dan terus minta maaf, ia meyakinkanku bahwa dia bisa meyakinkanmu untuk menerima hubungan kami. Sudah ya, kau hanya anjing baginya."Jangan lancang!""Itu mas Kevin sudah datang. Jangan menelpon lagi, karena aku akan mematikan ponselnya."Klik!Dia langsung mematikan ponsel suamiku dan Meski aku berusaha untuk mengulang panggilan dengan segala kemarahan dan kepanikan di hatiku, tapi nomornya sudah sudah tak aktif lagi. Aku lemas terduduk di kursi dekat meja makan. Aku ingin menangis, tapi air mata itu tidak keluar hingga menyisakan rasa sesak di hatiku. Aku ingin menyusul suamiku tapi jarak antara rumah ke bandara sama seperti pergi keluar kota, jauh sekali. Ah, hatiku sakit. Ya Allah, keterlaluan! Dengan segera aku menelpon ayah mertua. Begitu dia menga
Read more
20
Remuk redam hatiku mendengar teriakannya. Mungkin ini salahku, yang menunggunya pulang dengan langsung membuat drama ingin minggat ke rumah orang. Poin dari pembicaraan itu tidak sampai pada kesimpulannya jawabannya tidak kutemukan Apakah dia benar menjemput wanita itu atau tidak. Namun, aku tidak perlu pembuktian, dengan Mila yang menjawab ponsel Mas Kevin, dan berkata bahwa setiap hari mereka semua mobil dan berangkat bekerja bersama sepertinya aku tidak perlu harus bertanya lebih jauh lagi. "Selamat Mas, kau berhasil membohongiku mentah-mentah. Kau menipu, kau berpura-pura baik denganku, tapi ternyata kau mempermainkanku!" "Siapa yang bermain?""Kemarin di hadapan semua orang kau berjanji akan mempertahankan keluarga tapi paginya kau menjemput wanita itu dan semua mobil dengannya. Dan ya, tidak mungkin bila akan berbohong padaku dengan alasan dia ingin memisahkan kita! Lagi pula kau tidak sebodoh itu untuk mengenal jenis perempuan apa yang cocok denganmu."Dia terdiam mendengar
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status