All Chapters of MISTERI RANJANG SUAMIKU : Chapter 41 - Chapter 50
115 Chapters
KENAPA TIBA-TIBA BAIK?
Angga tidak terpuaskan dengan Aina. Tahunya cuma kikuk dan menatapnya nanar saja. Berbicara sepatah kata pun tidak. Jelas itu membuatnya semakin marah."Aku nggak peduli dari mana kamu kenal penadah beras itu, tetapi mana uang hasil penjualannya selama ini?" Angga semakin menekan. Permukaan tubuh keduanya saling menubruk.Angga sudah malas untuk bersikap manis dengan istri yang ternyata cuma mau enaknya saja. Dia bahkan sulit sekali menggerakkan bibir untuk memanggil Aina dengan sebutan 'Sayang' lagi. Baginya, Aina cuma sosok yang sudah salah diambil untuk menjadi pasangan hidup. Mau dibuang, tak mungkin juga. Sejauh ini kesalahan Aina belumlah fatal.Aina mengangkat sepasang bola matanya takut-takut. Bibirnya bergetar. "Sudah a- ku trans-fer b- buat Ibu dan Bapak di kam- pung, Mas," balasnya."Hah?" Tak habis pikir. Aina benar-benar culas dan licik. Mementingkan kebutuhan sendiri, sementara orang yang memberi modal sudah engap. Lelaki berperasaan kalut itu menarik surai hitamnya, h
Read more
HUBUNGAN ANTAR MANTAN MULAI MEMBAIK
Semua orang yang berada di ruangan terkejut.Bu Dila dan Ruby tugas menarik Inara yang sudah terpelanting di belakang, sementara barang bawaannya menggelinding semua.Dada Aina naik turun. Bibirnya mengerucut disertai gigi yang merapat. "Mbak Aina apa-apaan, sih?" Inara yang berhasil dibangunkan, membuat Ruby tak perlu lagi menyentuh wanita itu. Kini, giliran saatnya menghakimi si penjahat.Aina menengok ke arah Inara yang sibuk mengusap-usap bokong serta sikunya yang barangkali terasa sakit. Kemudian, netranya menatap tajam ke arah Ruby. Angga belum sempat berbicara, tetapi istrinya itu tiba-tiba saja menjauh. Aina malah keluar ruangan dan entah mau ke mana. Angga taksir dirinya tengah menghindari masalah. Ia tentu tak mau dimarah.Mereka semua dengan ketulusan hati meminta maaf kepada Inara atas perlakuan jahat Aina, kemudian, Angga juga membuka suara tentang Aina yang ternyata jauh dari ekspektasi. Menceritakan perjalanan hidupnya pasca berpisah dengan mantan istri pertama. Seja
Read more
CERAIKAN AINA DAN BALIKAN SAMA INARA
Degh!Angga terdiam sejenak, mengumpulkan pikirannya. Benarkah? Sampai-sampai menampar pipinya sendiri demi memastikan ini kenyataan atau rotasi alam khayal saja."Inara, kamu ajak anak Ibu rujuk?" Tiba-tiba, Bu Dila muncul di dekat mereka. Ruby, adik kandung Angga, juga hadir. Mungkin mereka memang tadinya hendak memasuki grosir atau berada di kawasan itu, sehingga dapat mendengar penawaran Inara terhadap mantan suaminya tersebut."Tetapi, kenapa, Inara?" Netra Angga membeliak kunci.Bu Dila dan Ruby serta merta saling pandang dan tersenyum. Angga sendiri senantiasa bingung dan seakan tak yakin dengan ajakan menggiurkan itu. Dirasa tak mungkin Inara yang kini telah menjadi janda kaya raya sudi memulai hidup dengan lelaki kere dan pernah menyakitinya di masa lalu."Mas, aku nggak tega melihat kamu hidup dengan perempuan jahat seperti Aina. Ya, sebenarnya sudah dari dulu. Cuma aku butuh waktu untuk menetralisir kesakitan yang pernah kau timpakan padaku. Dan, sekarang hatiku telah siap
Read more
CABAI PEDAS MENDARAT DI MUKA
"Balikan sama Inara?" Muka Aina menegang.Organ yang berukuran sekepalan tangan orang dewasa, yang berada di bawah rusuk kanan seketika memanas. Berdentam-dentum menyambut kenyataan yang adik iparnya katakan."Betul itu, Mas?" Ritme bicaranya naik.Angga menengok sekilas pada Ruby yang tampaknya tak merasa bersalah sedikitpun. Sesungguhnya, cepat maupun lambat Aina pasti akan tahu.Tak mendapat jawaban, Aina berlari dengan hati yang dipenuhi kemarahan, melintasi jalan setapak menuju rumah Inara. Wajahnya merah padam, dan dalam genggamannya enam buah cabai merah menyala yang sebelumnya diambil dari dapur. Aina tidak lagi dapat menahan diri. Perasaan marah dan frustrasi telah menumpuk selama berbulan-bulan dan saat inilah semuanya meledak. Di kala ia tahu, apa yang dulu direbutnya dari Inara, kini perlahan-lahan kembali lagi pada janda satu itu.Dalam hitungan detik, dia telah mencapai pintu depan rumah Inara. Tanpa ragu, Aina membukanya sendiri tanpa izin dan melangkah masuk dengan lan
Read more
SEBAGAIMANA KAMU MEREBUT SUAMIKU DULU, MAKA AKAN KUREBUT SUAMIMU SEKARANG JUGA
Matahari merayapi langit sebuah desa saat Angga dan Aina berdiri di tengah ruangan yang penuh dengan baju-baju dan barang-barang mereka yang berserak. Udara terasa tegang dan hati keduanya dipenuhi oleh kebingungan dan keputusasaan. Ini adalah adegan pertengkaran mereka yang panas, seperti yang sudah-sudah.Angga rupanya benar-benar mempersiapkan surat perceraian itu. Selembar kertas telah diajukan kepada Aina dan siap untuk ditandatangani. Waktunya relatif singkat. Membuat Aina tertegun dan merasa semakin tersakiti."Mas! Tolonglah kasihani aku. Aku nggak mungkin kembali ke kampung dalam keadaan senelangsa ini" pintanya Aina dengan nada lembut, berusaha mencari jalan damai di tengah badai emosi yang sedang melanda mereka.Angga menoleh, wajahnya terlihat letih, "Aina, apa yang masih harus dipertahankan? Semuanya sudah jelas. Kamu istri nggak becus! Aku capek dituntut dan menghadapi wanita pembohong sepertimu. Inara sendiri yang mengajakku balikan, lalu dengan alasan apalagi aku harus
Read more
PUNCAK DARI SEGALA PEMBALASAN
Lelaki berkopiah hitam telah siap dengan jas yang senada dengan warna pembungkus kepalanya tersebut. Dalaman putih, juga sepatu mengkilap ikut melekat sebagai aksesoris badan.Angga. Pagi ini akan melangsungkan pernikahannya di rumah Inara. Ruby dan Bu Dila juga telah siap dengan kebaya putih dengan payet silver mengelilingi kawasan leher. Keduanya terlihat semakin anggun saat senyum ramah menghiasi wajah.Kata Inara, pernikahan itu tak perlu dipublish. Cukup dihadiri mereka-mereka saja dan beberapa saksi, juga seorang tuan kali. Angga tak mempermasalahkannya, karena yang dia butuhkan hanyalah kata "sah" saja. Tak sabar rasanya ingin memanggil Inara dengan sebutan "Umi" lagi, kemudian bersama-sama mengikuti pengajian.Di mana Aina? Jangan khawatir! Perempuan itu tak akan bisa mengacau seperti janjinya kemarin. Dia telah diungsikan di dalam gudang rumah dengan kondisi kaki diselimuti kayu berantai. Mereka sengaja memasung Aina sejak kemarin dan membekap mulutnya.Sekarang keluarga Ang
Read more
SEMAKIN MEMANAS
Sambaran petir serasa mengenai tubuh Angga dan membuatnya hancur tak berbentuk, padahal terik mentari tak dapat dikalahkan oleh badai pagi itu. Seluruh bagian tubuh membeku. Lelaki bermuka tidak lebih tampan dari sosok tinggi di depannya tersebut melotot.Angga tercekat. Liurnya membeku di kerongkongan. "Su- suami baru?" Nadanya gemetar.Dan, lagi-lagi senyum Inara hadir. Lengkungan bibir yang belakangan ini berusaha menarik perhatian Angga, hingga dia terjerumus cinta."Apa aku kurang jelas?" Jemari lembut Inara terus bergandeng di antara pangkal dan siku tangan orang yang diakuinya sebagai suami tersebut. Seharusnya lengan Anggalah yang kala ini Inara raba lembut seperti itu. "Kamu jangan main-main, Ra! Kenapa ini? Kenapa kamu malah menikah dengan laki-laki lain, sementara kamu sudah berjanji kepada Angga rujuk di hari ini." Bu Dila turut membela anaknya yang telah memucat. Ia dan mantan menantunya itu saling bersitatap."Aku cuma ingin merasakan bagaimana kebahagiaan saat menika
Read more
AKHIR CERITA
"Apa maksud kamu, Inara?"Wanita itu hanya mempertontonkan senyum. Beberapa detik setelahnya, Inara menjawab, "Ikuti saja nanti!"Inara memahami bagaimana kegelisahan serta penasaran yang tak terbendung dari dua wanita di hadapannya. Namun, yang paling utama adalah mereka harus menangani Angga yang syok dan berujung pingsan tersebut.Bu Dila, Ruby, dan Inara duduk bersama di ruang tunggu rumah sakit. Mereka tak lagi membahas perihal pernikahan. Bu Dila dan Ruby sibuk membicarakan tentang Angga, sedangkan Inara memejamkan mata sambil sesekali telinganya mendengar obrolan orang di sebelah. Dokter pada akhirnya keluar. Ibu serta adik Angga sibuk bertanya bagaimana kondisi terkini dari pria tersebut. Ternyata tak ada yang perlu khawatirkan. Hanya butuh beberapa waktu lagi untuk memulihkan tenaga, lalu Angga pun terbangun.Kemudian, Inara membisikkan sesuatu kepada lelaki berkacamata tebal tersebut. Sosok itu mengangguk mafhum. Tak lama setelahnya, Angga yang masih belum sadarkan diri itu
Read more
KELANJUTAN KISAH KELUARGA ANGGA
"Makasih, Bro! Hahaha. Caiiiir!"Wanita dengan balutan tunik hitam mengernyitkan dahi, memandang sosok pria berusia 25 tahun penuh tanda tanya. Lelaki itu baru saja menerima sesuatu dari rekannya. Memuat wajahnya sumringah dan gelagat bahagia tak dapat disembunyikan. Ia melewati perempuan yang tadi menatapnya lamat tanpa peduli barang sedikit pun. Seakan tak ada orang di sana. Entah tak tahu atau memang berpura-pura tidak melihat."Mas!" sentak hawa berambut berhijab moca.Yang dipanggil tersadar dan membalikkan badan. "Apa?" tanyanya singkat.Perempuan bermata bulat itu menatap selebaran kertas merah yang teronggok di tangan lelaki di hadapan."Uang dari mana?" Tiba-tiba muka pria itu melengos. Bola matanya berputar dengan bahu yang terangkat. Ia kemudian pergi begitu saja tanpa berniat unguk menjawab pertanyaan lawan bicaranya. Ruby. Kini dia telah berusia 23 tahun dan resmi menjadi istri orang sejak tujuh hari lalu. Ia dan keluarganya berhasil keluar dari kampung terpencil set
Read more
ADA YANG BERUBAH ADA PULA YANG TIDAK
Angga saling menggosok kedua tangannya dan bergegas pergi dari lokasi cafe. Rencananya dia akan menemui ibunya terlebih dahulu. Angga menaiki motor matic yang ia beli secara second sewaktu di kampung terpencil lalu. Kendaraan yang kadang ngadat itu menjadi temannya melakukan aktivitas sehari-hari. "Bu!" pekiknya.Sosok yang dua tahun lebih menua dari sebelumnya tergopoh-gopoh memenuhi panggilan sang putra. Ia berdiri persis di sebelah Angga."Ada apa sih kamu jerit-jerit begitu? Nggak sakit apa tembolokmu?" ujarnya yang tak suka mendengarkan kebisingan.Angga cengengesan. Tangannya sibuk menarik benda dari saku, lalu memamerkan apa yang baru dia dapat. "Lihat nih, Bu! Hahaha." Tawanya banter.Mata Bu Dila turut membesar seiring uang sebesar satu juta itu diagung-agungkan Angga. Tangannya bersiap-siap meraih."Eits!" Angga membelokkan barang berharga tersebut ke lain arah, membuat bibir ibunya manyun."Buat ibu 400 ribu saja, ya!" "Kenapa begitu?" Alisnya saling bersenggolan."Aku
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status