All Chapters of Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan: Chapter 41 - Chapter 50
119 Chapters
41. Fakta Bara Virendra
Ruangan dengan dominan cokelat dan putih, yang membuat suasana tenang dan nyaman bagi siapa saja yang memandang.Tetapi tidak dengan pria yang duduk di balik meja besar dengan logo CEO itu, dia tampak begitu gelisah dengan kerutan di dahinya yang semakin dalam seiring lembaran kertas yang dibaliknya.Lalu detik berikutnya, pria itu langsung melempar berkas yang lumayan tebal itu ke atas lantai. “Kenapa bisa seperti ini? Kenapa kita bisa gagal dan rugi sampai milyaran?” tanyanya pada sang asisten dengan kemarahan yang begitu jelas.Sang asisten yang berdiri tak jauh dari meja sang CEO hanya terdiam dan tidak berani menjawab pertanyaan peria itu. Karena dia tahu, jawaban apa pun yang ia lontarkan tetap akan menyulut kemarahan pria itu.Tidak selesai di sana, demi menyalurkan rasa amarahnya pria itu kembali melempar seisi mejanya dengan kasar. Menjatuhkan apa saja yang ada di atas meja itu hingga luruh ke lantai. Dengan cara itu d
Read more
42. Ternyata Tidak Mandul
Suara desahan saling bersahut-sahutan dari mulut yang beradu satu sama lain. Gerakan kasar sang pria menyentak pinggul sang wanita keluar masuk.Dua sejoli tengah bergelut mesra di atas ranjang luas dengan lampu remang yang hanya ditemani lilin putih yang membuat suasana percintaan mereka semakin syahdu dan panas.“Ah, Bara. Pelan-pelan ...” desah Amora mengangkat pinggulnya menerima setiap dorongan yang diberikan oleh Bara. Napasnya memburu dengan desah nafsu yang melambung tinggi.“Kau nikmat sekali, Baby!” puji Bara, dengan tubuh bagian bawah yang terus keluar masuk dari tubuh Amora, sedangkan tangannya berkelana di dada wanita yang dicintainya itu.“I—ini nikmat, Bara ....”Setelah mengatakan kalimat itu, Amora terkulai lemas dengan keringat membanjiri tubuhnya.Tidak jauh berbeda dengan Bara yang langsung terjatuh ke atas tubuh Amora. Meletakkan kepalanya di ceruk leher wanita itu dan menghirupnya dalam. Ini sud
Read more
43. Rencana Terselubung
Bara mendadak syok mendengar pengakuan Amora yang ternyata belum juga hamil karena sengaja meminum pil, bahkan berpura-pura mandul di depan suami dan keluarga suaminya itu.Sungguh, Bara tidak menyangka Amora bisa mempunyai pemikiran sampai sejauh itu.“Lalu apa suamimu tidak pernah curiga?” tanya Bara kembali, masih penasaran dengan kelicikan Amora kepada suaminya tersebut.Amora menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak, karena suamiku terlalu mencintaiku. Aku hanya perlu memberikan tes palsu soal kemandulanku dan dia langsung percaya. Bahkan dia tidak marah sama sekali dengan keadaanku ini, dan menerimanya apa adanya.”Dengan bangga Amora mengatakan pada Bara betapa bodohnya seorang Sean yang begitu mudahnya tertipu olehnya. Pria itu langsung terdiam, wajahnya menggelap di kamar yang remang itu. Amora menipu suaminya dan hanya soal waktu hingga suaminya itu mengetahui semua kebenarannya. Pria itu lalu menegakkan
Read more
44. Perkara Selimut
Valerie mengerjap perlahan, matanya berkedip berkali-kali ketika tubuhnya sakit begitu digerakkan. Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekeliling, dan baru menyadari bahwa suasana remang-remang.‘Apa yang terjadi?’ tanya batinnya, lupa kegiatan apa yang telah ia lakukan sehingga terjebak di tempat asing ini.Sesungguhnya Valerie merasa begitu kelelahan, ingin rasanya ia kembali melanjutkan tidurnya. Terlebih lagi hangatnya selimut yang menyelimuti tubuhnya membuatnya enggan untuk beranjak dari sana.Hingga kemudian sebuah ingatan terlintas di kepalanya. Percintaannya dengan Sean. Oh astaga, dia baru saja bercinta di ruangan kerja Sean, bukan hanya sekali tetapi bahkan berkali-kali. Hingga dia jatuh kelelahan dan tidak sadar seperti saat ini.Dengan gerakan terburu-buru, Valerie bangun dari pembaringannya dan terduduk. Membuat selimut putih yang sebelumnya menutupi tubuhnya kini luruh ke bawah dan memperlihatkan ketelanjangannya.
Read more
45. Hangatnya Sebuah Hubungan
Malam ini gelap dengan jalanan yang ramai seperti biasa. Namun, keriuhan di jalanan yang dilalui mobil itu berbeda jauh dengan suasana di dalam mobil. Kedua manusia itu tampak canggung. Sehingga hanya keheningan yang menyelimuti mobil tersebut. Valerie lebih memilih menatap ke arah luar jendela, sedangkan Sean serius mengemudikan mobil. Meskipun begitu berulang kali ia mencuri pandang ke arah wanita itu. “Masih marah?” tanya Sean tidak bisa lagi menahan mulutnya untuk tidak bersuara. Setelah berganti baju hingga sekarang, Valerie tidak berbicara walau satu patah kata pun padanya. Wanita ini terlihat masih marah padanya akibat kejadian tadi."Valerie, kamu masih marah, ya?”Sekali lagi Sean mengulang pertanyaannya karena tak kunjung dijawab oleh wanita itu. Hal itu malah membuat Valerie mendengkus jengkel, sudah jelas ia marah kenapa masih bertanya. Malahan pertanyaan dari pria itu makin membuatnya kesal luar biasa. Sean segera memutar otaknya, mencari cara agar kemarahan Valerie k
Read more
46. Mulai Penasaran
Menelan rasa penasarannya akan kehidupan Valerie sebelumnya, Sean merasa jika sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengulik masa lalu perempuan itu.Mereka tengah berada di mall, jadi kenapa dia tidak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang saja. Sekaligus menyenangkan Valerie, karena tadi dirinya telah diberikan kepuasan yang tiada terkira.Sean langsung menarik tangan Valerie, membuat wanita itu yang sejak tadi menunduk mendongak segera.“Kita akan mulai dari toko pakaian dulu,” ucap Sean menatap dalam ke arah Valerie. “Merek apa yang kamu sukai?” tanya Sean kembali saat mereka berjalan bersisian di lantai dasar mall, tempat toko merek mewah berada.Ditanya soal merek pakaian yang ia suka, Valerie terdiam. Ia bahkan tidak tahu merek pakaian apa yang ia kenakan sekarang pemberian dari Sean. Selama ini ia tidak pernah melihat merek, selama nyaman dipakai Valerie akan menyukainya.Kebetulan beberapa pakaiannya ia beli di toko
Read more
47. Selalu Tergoda
Valerie berusaha mengabaikan kedutan di hatinya yang semakin terasa sakit setiap mengingat Sean dan Amora. Entah apa yang terjadi padanya, kenapa dia harus merasa tidak suka pada hubungan mereka. Padahal Sean dan Amora adalah pasangan suami istri yang sah di depan Tuhan dan hukum, tidak seperti dirinya yang hanya dinikahi karena sesuatu alasan.Valerie segera menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan diri dari angan semunya yang tentu saja akan berakhir sia-sia. Oh hati, tenanglah! Kau hanya alat untuk melahirkan anak Sean, tidak akan lebih.Melihat Valerie yang terdiam dan tampak melamun, karyawan wanita itu yang sudah mulai tidak sabaran langsung menariknya masuk ke dalam bilik tersebut. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, oleh karena itu dia harus bergerak cepat dan memaksa wanita ini untuk segera mengenakan dress pilihannya.“Biar saya bantu Anda menggantinya, Nona!” tawar karyawan tersebut bersikap ramah.Valerie menggeleng dan menolak tawaran karyawan tersebut
Read more
48. Berusaha Menahan Diri
Lagi dan lagi hari ini Sean menyerangnya di tempat umum. Menyudutkan tubuhnya di dinding, mencium dan menjelajahi isi mulutnya, menjilat, menghisap dengan tangan yang bergerak bebas menyentuh dadanya. Kulitnya yang terbuka akibat dress yang memang tidak menutup sempurna di tubuhnya, dimanfaatkan dengan baik oleh Sean. Tangannya bergerak liar dari punggung ke pinggang hingga beralih turun ke pahanya.Valerie hanya bisa memejamkan mata merasakan setiap sentuhan itu, mendesah pelan dengan menggigit bibir dalamnya agar suara desahannya tidak sampai keluar. Tentu saja ia sadar bahwa mereka di tempat umum, bukan tempat seharusnya mereka melakukan hal gila seperti sekarang ini.Akan menjadi masalah besar kalau mereka ketahuan berbuat mesum di salah satu tempat pergantian pakaian di dalam toko dan Valerie tidak mau sampai itu terjadi.Ingin rasanya Valerie menolak sentuhan itu, tetapi mau bagaimanapun usahanya tubuhnya sama sekali tidak mau bekerja sama dengannya. Ia justru kembali terhanyut
Read more
49. Mulai Terlena
“Shit!” umpat Sean tanpa sadar.Karyawan pria di hadapannya itu langsung berubah syok, takut jika dari perkataannya tadi ada yang menyinggung Sean dan akan berakibat fatal pada pekerjaannya. Alhasil karyawan itu buru-buru mengoreksi kalimatnya.“Ma—maafkan aku, Tuan! Akan saya panggil teknisi untuk perbaikan AC-nya. Sekali lagi maaf atas ketidak nyamanannya!”Permintaan maaf itu langsung membuat Sean kembali berdecak. Bukan salah AC-nya, tetapi ada pada dirinya yang tidak bisa mengendalikan nafsu besarnya terhadap Valerie.Sialan!Sean lalu mengibaskan tangannya, dan berusaha melupakan segala pikiran kotornya. “Tidak perlu! Lupakan saja. Oh iya, bagaimana dengan pesananku?” tanya Sean, sebelum mengambil tempat duduk di sofa, mencoba merelakskan diri.Karyawan itu langsung memasang wajah ceria kembali. “Sudah, Tuan! Semuanya sudah saya siapkan.”Sean mengangguk sekilas, sebelum pikiran mesumnya kembali mengambil alih. Valerie terlihat cantik dan begitu menggoda saat menggunakan dress
Read more
50. Kesalahan yang Tak Berkesudahan
Valerie berlarian keluar dengan air mata yang terus membasahi kedua pipinya dan baru berhenti ketika sampai di loby Mall. Seketika ia mendadak bingung, dia datang bersama Sean, lalu bagaimana dia bisa pulang sendiri? Wanita itu lalu mengusap air mata di pipinya, berusaha menyembunyikannya dari orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Tampak ada yang penasaran dengan keadaannya yang begitu kacau, ada pula yang hanya acuh tak acuh, seakan tidak peduli dengan keadaannya.Ini semua karena Sean!Valerie kembali menoleh ke belakang, lalu menghela napas pelan. Lagi pula sepertinya pria itu juga tidak peduli padanya, buktinya Sean sama sekali tidak mengejarnya. Sebenarnya apa yang Valerie harapkan dari pria itu? Meyakinkan diri, akhirnya Valerie berjalan keluar mencari taxi. Jalan raya malam ini terasa ramai, mungkin sebab itulah ia tidak juga mendapatkan taxi yang dicarinya sejak tadi. Bagaimana dia bisa pulang kalau begini?Tetapi dia harus segera pergi dari sini apa pun caranya, se
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status