"Aku akan menyewa rahim kamu seharga 1 milyar. Cukup tidur dengan suamiku dan lahirkan anak untukku!" Valerie Adeline yang putus asa mencari uang untuk biaya operasi ibunya mau tidak mau harus menerima penawaran yang diberikan oleh Amora Tsamara, artis dan model papan atas. Dan sialnya, suami dari Amora adalah Sean Emilio Kyler, CEO Kyler Group. Sekaligus atasan Valerie di tempat kerja. Entah akan menjadi kesialan ataukah keberuntungan Valerie bertemu dengan Sean. Akankah takdir hidupnya akan membaik setelah bertemu dengan Sean ataukah akan semakin hancur karena mencintai suami orang?
View MoreSetelah melewati perdebatan panjang yang penuh dengan drama bersama Sean, pada akhirnya dia berada di sini, dalam taksi yang akan mengantarnya menuju ke rumah sakit. Memang tidak mudah meminta izin kepada Sean karena pria itu begitu keukeuh ingin mengetahui tentang siapa itu ‘suster Anna’. Bahkan lebih gilanya lagi, banyak sekali pemikiran-pemikiran konyol yang keluar dari kepalanya yang dituduhkan kepada dirinya yang baginya sangat tidak masuk akal.Tetapi untunglah ia bisa terlepas juga tanpa harus menjawab jujur segala pertanyaan-pertanyaan yang pria itu lontarkan. Semua itu karena di sela-sela perdebatan mereka suster Anna kembali menghubungi, Sean ingin kembali mengambil ponsel itu tetapi kalah cepat dari Valerie.Alhasil, ia tidak membiarkan Sean kembali berbicara pada perempuan itu. Takut jika tiba-tiba suster Anna keceplosan dan malah membeberkan segala rahasianya. Tentunya hal itu kembali mengundang perdebatan, mengingat sifat Sean yang keras kepala. Ya, typical pria arogan
Sean tidak kunjung beranjak dari sana, ia tetap setia duduk di pinggiran ranjang dengan segudang pikiran yang berkecamuk di dalam kepalanya.Semua itu bermula dari telepon wanita bernama ‘suster Anna’ dan segala perkataannya yang mengundang banyak pertanyaan di dalam kepala Sean.Ternyata selama ini ia hanya mengenal tubuh Valerie, tetapi tidak dengan kehidupannya.Oleh karena itu ia belum pergi karena sengaja menunggu Valerie terbangun. Ia ingin mengulik sedikit kehidupan perempuan itu, agar rasa penasarannya sedikit mereda.Mungkin tidak ada salahnya jika ia terkesan penasaran dengan kehidupan Valerie, toh wanita itu sudah menjadi istrinya dan sebentar lagi akan menjadi ibu dari anaknya.Tidak tahu berapa jam ia bertahan di sana, sampai sebuah pergerakan kecil di susul dengan terbukanya kedua bola mata itu membuat Sean bernapas lega.“Sean?” tanya Valerie dengan suara serak, sembari mengucek kedua matanya untuk menyesuaikan penglihatannya. “Jam berapa ini?”Sean melirik sekilas ke a
Valerie langsung membalikkan tubuhnya setelah mendengar ucapan dari Sean. Tetapi pria itu masih setia memerangkapnya, menyudutkannya dengan pinggiran wastafel dengan tubuh kekar Sean.“Bu—bukankah kalian di hotel?”Sean langsung mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti dengan perkataan Valerie. “Hotel?”Terjawablah sudah kalau gambar itu hasil kiriman dari Amora yang dikirim melalui ponsel Sean. Dan malah berbohong entah karena alasan apa.Valerie segera menggeleng. “Ti—tidak ... bukan apa-apa, Sean.” Sean tersenyum, mulai mencium leher Valerie dan membuatnya kegelian. “Ayo, katakan!” pintanya memaksa.Valerie kembali menggeleng. Mendorong tubuh kekar itu dan terkikik. “Sudah, Sean. Aku kegelian. Tadi aku salah bicara, bukan apa-apa,” ucap Valerie cepat berusaha menghentikan kegiatan Sean di lehernya. Dan mencoba mengalihkan pria itu agar tidak lagi memaksanya mengulang perkataannya barusan.Sean yang pada awalnya hanya bermaksud untuk mengerjai wanita itu, malah ikut terpancing. M
“Sean?” Valerie terbangun dengan rasa sakit di kepala yang menyerang. Semalam ia tidak tahu berapa lama ia menangisi dirinya yang bodoh dan begitu mudah terperdaya dengan segala perhatian-perhatian yang diberikan oleh Sean. Tetapi entah kenapa orang pertama yang dicarinya saat terbangun adalah Sean. Pemikiran bodohnya kembali menganggap jika Sean akan datang seperti malam-malam sebelumnya, tertidur di sampingnya dengan memeluk tubuhnya erat. Tetapi ternyata semuanya nihil, pria itu tidak di sampingnya. Sama seperti apa yang diharapkannya. “Sadarlah, orang yang kau cari tidak ada di sini. Dia tengah berbahagia dengan istri tercintanya.” Dan gambar kemesraan antara Sean dan Amora seketika menyadarkannya. Mengharapkan Sean adalah hal yang tabu, hubungan mereka tercipta karena perjanjian. Jadi, setelah ia berhasil melahirkan anak untuk Sean dan Amora, maka dia juga harus siap kehilangan segalanya. Kehilangan Sean ... dan tentu saja kehilangan darah dagingnya sendiri. Dengan langkah
Valerie menelungkupkan kepalanya di atas meja makan. Di depannya tersaji hidangan steik yang kini sudah mulai dingin, bahkan lilin yang akan menemani kesyahduan makan malam mereka kini hanya tersisa setengahnya.Ada perasaan sedih yang menyelimuti perasaannya pasalnya ia sudah mempersiapkan segalanya dengan segenap hati, hanya untuk menyenangkan hati dan perasaan Sean. Akan tetapi pria itu tak kunjung datang.Pada mulanya masih ada keyakinan besar kalau Sean akan muncul meskipun ia tak membalas pesan dan mengiyakan ajakannya tersebut. Tetapi saat jam dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari Valerie semakin yakin kalau Sean memang tidak pulang.Katai saja dirinya bodoh yang tetap menunggu sesuatu yang sia-sia, karena dia memang bodoh. Rasanya enggan untuk berdiri dari tempat itu, takut jika ia masuk ke dalam kamar dan Sean datang. Dan ia tidak ada di sana untuk menyambut kepulangannya.Ya, dia memang masih berharap sesuatu yang sia-sia.Hingga suara pesan masuk ke dalam ponselny
“Cium aku!”“A—apa?”Permintaan gila macam apa ini? Baru saja mereka bersitegang dan tiba-tiba istrinya itu malah meminta ciuman. Bagaimana mungkin?“Kenapa?” tanya Amora marah. “Salahkah aku sebagai istri sah meminta ciuman dari suamiku, huh?”Sean menggeleng-gelengkan kepalanya. Kesal karena Amora malah meminta ciuman, padahal ia benar-benar tidak mood. Pikirannya masih di tempat Valerie, dan jika ia melakukan ini pada Amora itu hanya menjadi keterpaksaan.“Sudahlah, Amora. Aku benar-benar tidak mood, sebaiknya kita istirahat saja,” ujar Sean menolak permintaan istrinya tersebut.Kemarahan langsung menguasai Amora, bisa-bisanya ia malah ditolak mentah-mentah oleh suaminya tersebut. Tidak pernah ia menerima penolakan selama pernikahan mereka yang sudah berjalan empat tahun. Tetapi tiba-tiba kali ini Sean malah menolaknya dan itu semua karena Valerie.“Kau menolakku karena memikirkan Valerie, bukan? Akui saja bahwa kau sudah mencintainya dan mulai melupakanku.”Lalu dengan ahli Amora
Sean tampak mondar mandir di dalam kamar. Barusan ia mencoba menghubungi ponsel Valerie tetapi hanya operator wanita yang menjawab pertanda ponsel itu tidak aktif.Rasa bersalah menyelimuti perasaan Sean, pemikiran tentang apa yang wanita itu lakukan sekarang terus mengganggunya.“Sialan!” pekiknya kesal pada dirinya sendiri.Amora yang baru keluar dari kamar mandi merasa jengah melihat Sean yang seperti punya beban pikiran. Sudah sejak tadi pria itu mondar mandir dengan ponsel di tangannya dan tampak tengah berusaha menghubungi seseorang.Apakah Sean bak orang gila karena memikirkan Valerie?Dengan kasar Amora langsung menarik ponsel itu dari tangan Sean dan mengecek siapa gerangan yang suaminya itu hubungi. Dan benar saja, ternyata Valerie yang ia coba hubungi.“Apa yang kau lakukan, Amora?” pekik Sean kesal karena Amora malah ikut campur dengan urusannya.Dengan wajah menantang, Amora balas menatap Sean dengan marah. “Justru aku yang harus bertanya, Sean. Apa yang kau lakukan denga
Makan malam itu berjalan dipenuhi dengan keheningan. Selalu seperti itu dan tidak ada kehangatan di dalamnya. Hal itulah yang terkadang membuat Amora heran kenapa keluarga Sean begitu suka mengadakan makan malam bersama dan hanya keheningan yang menyelimuti.Wanita paruh baya yang masih cantik di umurnya yang sekarang menatap ke arah Amora untuk memulai pembicaraan. “Jadi, bagaimana?”Kali ini Sean yang mengangkat suara, “Bagaimana apanya, Mom?”Tentu saja dia tahu akan ke arah mana jalan pembicaraan ini. Karena tentu saja ini bukan pertama kalinya pertemuan makan malam hanya diisi pertanyaan perihal tentang anak yang justru akan menyakiti hati dan perasaan istrinya tersebut.“Tentu saja tentang anak, Sean.” Juliet kembali mengalihkan pandangan ke arah Amora yang sejak tadi begitu santai dan menikmati makan malamnya. “Jadi, kau sudah memeriksakan diri?”Mendengar hal tersebut, Sean langsung mendengkus pelan. Sejujurnya dia mulai jengah jika yang diangkat dalam pembicaraan mereka hanya
“Aku membawa hasil pemeriksaan rahim Valerie.”Kalimat itu menjadi pemecah sunyi di antara mereka, sekaligus mengganggu konsentrasi Sean yang tengah menyetir dan serius menatap ke arah jalan raya yang lumayan padat. Perjalanan ke rumah orang tuanya cukup jauh dan menempuh perjalanan beberapa menit.Sean menoleh sekilas, sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke arah jalan. “Untuk apa?” tanyanya keheranan.Amora kembali menjawab, “Ya, tentu saja untuk memperlihatkan pada ibumu bahwa aku baik-baik saja. Bukan perempuan mandul yang selama ini dituduhkan padaku dan juga aku akan mengatakan kalau sebentar lagi kita akan punya anak.”Sungguh, entah kenapa Sean tidak menyukai ide Amora. Oleh karena itu, dengan nada tidak suka ia kembali membalas perkataan istrinya.“Jadi, kamu menggunakan hasil pemeriksaan Valerie untuk membohongi orang tuaku?”Amora yang sejak tadi tampak santai kini mulai ikut terpancing dengan perkataan Sean. Seakan pria itu tidak menyukai dirinya yang menggunakan hasil
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.