SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS 의 모든 챕터: 챕터 31 - 챕터 40
50 챕터
Bab 31
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 31POV ARIN"Ariin! Ya ampun Nak, syukurlah kamu udah sadar." Ibu mertua langsung memelukku yang masih dalam pembaringan ranjang rumah sakit.Aku sadar bagaimana kondisiku ketika aku membuka mata. Terakhir aku ingat, aku sedang dicekik oleh Mbak Opi di rumah ibu, mungkin aku hampir mati makanya sekarang aku dilarikan ke rumah sakit.Ya Allah kepalaku juga agak nyeri saat aku bergerak, tapi untunglah aku bisa sadar lagi."Arin, Ibu kata juga apa? Kamu itu jangan gegabah kalau mau pergi ke rumah ibumu, minta temenin Mumun 'kan bisa," kata Ibu mertua lagi, mengangkat dirinya dari dadaku.Ibu mertua tampak khawatir dengan kondisiku, mata beliau bengkak, mungkin habis menangis entah berapa lama."Maaf Bu, tapi Arin udah gak apa-apa kok.""Iya tapi kamu itu berhasil bikin kami semua khawatir selama seharian ini. Dari tadi pagi kamu masuk rumah sakit, baru sekarang kamu sadar. Siapa yang gak khawatir?"Aku mengulum senyum tipis, "maaf ya, Bu. A
더 보기
Part 32
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 32"Iya Jay. Tega banget perempuan itu fitnah adiknya sendiri. Untung aja Arin langsung dapat bukti kebenarannya bahwa dia gak bersalah, kalau nggak, mungkin kamu dan Arin udah entah gimana."Bang Jaya melirik ke arahku."Maafin Abang ya, Abang kemarin sempet kecewa sama kamu, Abang pikir kamu beneran tega karena Mas Agas sendiri ngaku kalau kalian punya hubungan," ucapnya kemudian."Agas itu emang stres Jay. Ibu saksinya kalau istrimu ini gak pernah selingkuh, jadi apa pun yang dikatakan pria itu, kamu gak boleh langsung percaya aja sama dia," kata Ibu mertua lagi.Bang Jaya mengangguk dan langsung menarikku dalam dadanya."Maaf ya.""Abang ih, malu ada Ibu.""Biarin, emang kenapa?"Aku menutup wajah dengan telapak tangan. Duh, merah banget pasti nih pipi karena mesra-mesraan diliatin sama bumer hehe."Nah gitu dong pada akur, apaan kemarin diem-dieman? Ribet Ibu lihatnya juga."Aku dan Bang Jaya menggelak tawa."Eh, besok pada ikut Ibu
더 보기
Part 33
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 33"B-Bu, ini ... ini ... ini gak seperti yang-""Apa semua ini Opi?!""B-Bu!"Plak!Tamparan dari tangan ibu mendarat keras di pipi Mbak Opi. Nyeri dan panas Aku yakin sekarang sedang menjalar ke seluruh tubuhnya. Hmh rasain kamu Mbak, ini baru permulaan."Jadi semua ini adalah ulahmu sendiri Opi? Untuk apa kamu melakukannya, hah?!""Bu, tap-tapi ini ... Opi bisa jelasin. Opi terpaksa melakukan ini Bu, karena Opi kesel sama si Arin sampai saat ini suami Opi selalu ingat dan nyebut-nyebut nama si Arin. Opi gak salah 'kan, Bu? Opi gak salah 'kan?""Diam kamu! Kamu bener-bener udah bikin Ibu kecewa!" sentak Ibu lagi, sebelum akhirnya Ibu masuk ke kamar dan membanting pintunya dengan kencang.Mbak Opi cepat menggedor pintu tersebut."Bu! Bu! Tapi Opi gak salah, Bu. Yang salah itu si Arin Bu, siapa suruh dia selalu jadi wanita idaman suami Opi, Bu! Bu, buka, Bu!"Mataku melebar, tanganku mengepal."Tutup mulut kamu itu, Mbak. Aku gak tahu me
더 보기
Part 34
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 34POV OPI"Astaga! Apa-apaan ini? Bu Hamidah kenapa komen begini di statusku?" Aku terkejut dan langsung bangkit dari kasur ketika membaca komentar Bu Hamidah tetangga seberang rumah ibu.Dasar gak waras. Bisa-bisanya dia bilang katanya aku udah gak sanggup balesin komentar dan semuanya hanya fitnah. Tahu dari mana dia semuanya hanya fitnah? Cepat kubalas saja komentarnya itu.'Gak usah sotoy deh Bu, gak tahu kenyataannya mening diem!'Klik!Dia langsung membalas lagi.'Saya tahu kenyataannya dan saya punya buktinya. Selain fitnah ternyata kamu juga tega ya mau menghabisi nyawa adikmu sendiri. Ih naudzubillah, terbuat dari apa hatimu itu Opi??'Mataku makin melotot, dadaku bergemuruh. Aku makin meradang saja rasanya.'Apa maksud Bu Hamidah? Gak usah asal ya kalau ngomong. Yang tahu kebenarannya 'kan saya. Ngapain situ yang sotoy?''Loh saya tahu loh kebenarannya. Saya udah lihat videonya. Apa perlu saya share juga bukti-buktinya kalau k
더 보기
Part 35
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 35POV IBU "Bu, tapi semua ini 'kan adalah rencana Ibu!" Langkahku mendadak mati ketika mendengar teriakan si Opi."Ya Bu, semua ini Ibu yang nyuruh 'kan? Semua ini Ibu yang rencanakan 'kan? Kenapa Ibu sekarang malah nyalahin Opi? Dan kenapa Ibu biarkan Opi dihukum seorang diri? Harusnya kita sama-sama dihukum 'kan, Bu?" cerocosnya lagi membuat tubuh ini refleks berbalik ke arahnya."Apa maksud kamu Opi?!" desisku geram.Dia menatapku tajam, "kenapa? Ibu gak mau ngaku? Kita sama-sama salah loh, Bu. Sekarang meningan Ibu akuin semuanya di depan si Jayanta," balasnya. "Ngaku apa? Salah apa? Jangan asal ngomong kamu ya!" sentakku kasar."Siapa yang asal ngomong sih, Bu? Ibu lupa kalau semua yang terjadi ini atas saran dari Ibu? Ibu 'kan yang nyuruh Opi jahatin si Arini biar dia gak banyak tingkah lagi? Ibu bilang, kalau Opi bisa sampai bikin si Arini mati, itu lebih bagus."Seketika mataku melotot penuh. Dadaku kembali bergemuruh. Apa-apa
더 보기
Part 36
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 36Astaga Arin. Anakku, kenapa dia nanya begitu? Dan kenapa raut wajahnya dingin banget?"Rin, Ibu mau jelasin sesuatu sama kamu," kataku pelan.Si Arin masih membuang pandang."Rin, sumpah Ibu gak salah Rin. Sumpah Ibu gak ikut-ikutan Mbakmu berbuat jahat apalagi sampai nyakitin kamu dan cucu ibu. Buat apa juga? Ibu gak mungkin tega 'kan?" kataku lagi.Si Arini memutar bola matanya. Sejurus dengan itu mertuanya juga menatapku dengan mata memicing."Tunggu-tunggu! Apa-apaan ini Arin? Apa yang ibumu ini katakan? Dia bilang menyakiti kamu dan cucunya? Emang ini ada apa? Kok dia bilang gitu?" cecarnya kemudian.Si Arin hanya menarik napas panjang, sementara si Jayanta yang bicara."Ibu mertua Bu, tega-teganya terlibat kejahatan yang dilakukan Mbak Opi sama Arin dan Nuna. Selain menyuruh Mbak Opi masuk ke rumah untuk mencekik Arin, ternyata motor yang hampir bikin Ibu dan juga Nuna terserempet itu juga suruhan mereka," terangnya."Apa?!" Mert
더 보기
Part 37
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 37"Ah kenapa penyesalan selalu datang belakangan sih?" Aku mengusap wajah tatkala bayangan si Arin melintas terus menerus.Anakku itu, dulu sangat penyayang dan dekat sekali denganku. Tapi semuanya berubah sejak aku mengizinkan kekasihnya yang tak lain adalah si Agas itu menikah dengan mbaknya.Aku nyesel. Bener-bener nyesel sekarang. Si Arin yang tersakiti tapi harus nerima paksaan dariku kala itu.Aku pikir menikahkan si Opi dengan si Agas adalah keputusan yang tepat, karena mereka juga udah saling suka secara diam-diam. Tapi ternyata aku salah.Percuma juga aku menikahkan si Opi dengan lelaki itu, nyatanya pernikahan mereka sekarang malah hancur berantakan.Si Agas gak sesuai ekspektasiku. Kupikir dia lelaki baik, kaya dan bertanggungjawab. Tapi nyatanya nggak, si Agas lebih buruk dari yang kukira.Hah, tapi untunglah dia gak jadi berjodoh sama si Arin. Si Arin anak baik-baik, sabar dan penyayang. Cuma sekarang aja dia berubah karena
더 보기
Part 38
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 38"Ibunya Arin!" panggilnya lagi.Terpaksa aku berbalik badan dan gegas mendekat pagar rumah."Ya, Bu. Kenapa?""Gak belanja? Tumben," basa-basinya."Nggak Bu, masih ada sayuran kemarin," jawabku bohong."Oalah, saya kira libur masak."Aku nyengir saja."Sini dulu bentar ibunya Arin," ajak Bu Nur. Dia agak maksa sampai bela-belain mepet ke pagar."Mau apa ah saya males, mau masak," tolakku beralasan."Ih bentar aja. Cuma mau nanya, itu si Opi gimana sekarang? Beneran dipenjara?"Aku menarik napas berat. Ibu-ibu di sini emang pada gak punya perasaan, kalau nanya asal jeplak aja. Gak dipikir atau disaring dulu. Mentang-mentang kepo, seenaknya aja asal nanya. Astaga males banget deh."Ibunya Arin! Malah bengong." Dia melambaikan tangannya tepat di depan wajahku.Aku mengerjap dan buru-buru menguasai diri."Eh maaf. Tapi nanya apa tadi, Bu?" tanyaku balik. Pura-pura saja aku tak denger."Si Opi gimana? Beneran dipenjara?"Aku hanya menganggu
더 보기
Part 39
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 39POV Jayanta."Pak, Bapak baik-baik aja? Ibu juga?" tanya Mumun, ketika kami baru saja tiba di rumah. Aku baru saja mengantar Nuna vaksin ke rumah sakit bersama ibu hari ini."Apa maksud kamu Mun? Kok nanya gitu?" Ibu yang tengah kerepotan menggendong Nuna turun dari mobil balik bertanya."Loh tadi ... Nyonya Arin pergi naik ojek, katanya ...." Mumun tampak bingung."Katanya apa? Pergi kemana sampe harus naik ojek? Bukannya kamu suruh tunggu mobil dateng aja Mun," tanya Ibu lagi."Tapi Bu, tadi Nyonya bilang katanya Bapak sama Ibu kecelakaan, makanya Nyonya buru-buru pergi.""Apa?!" Aku dan ibu menyahut bersamaan karena saking kagetnya."Kecelakaan gimana? Kami baik-baik aja. Tadi menantu saya mau pergi kemana katanya?" cecar Ibu cepat. Air mukanya mendadak cemas."Nggak tahu Bu, tadi Nyonya gak sempet bilang karena ojeknya udah jalan.""Astagfirullah Jaya, kemana si Arin pergi? Dapat info dari mana dia kita kecelakaan?" Ibu mengguncang
더 보기
Part 40
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 40"Bu, meningan sekarang Ibu pulang aja. Ibunya Jaya lagi gak stabil," kataku pada Ibu mertua.Mulut beliau mengatup-ngatup, "loh tap-pi Jay, Arin gimana? Ibu mau tau keadaannya?""Kami sedang berusaha mencari Arin Bu, tolong jangan khawatir. Nanti Jaya kabari lagi perkembangannya ya."Dengan langkah berat, ibu mertua pun akhirnya kembali menyebrang.Aku tak tega sebetulnya, kulihat wajahnya sangat cemas ketika tadi beliau datang. Tapi gimana lagi? Ibuku malah ngamuk-ngamuk kalau ibunya Arin ada di sini."Mun, tolong bawa Ibu ke kamarnya ya," titahku pada Mumun. Dia mengangguk dan gegas membawa ibuku ke atas.Sementara itu aku kembali berjibaku dengan ponselku. Aku menghubungi teman-teman Arin melalui media sosialnya satu-satu.Meski akhirnya lagi-lagi aku harus kecewa, dari 30 orang yang kuhubungi, tak ada satu pun dari mereka yang memberiku kabar baik.Arin tak bersama atau mengunjungi mereka katanya, bahkan sudah nyaris tak pernah ket
더 보기
이전
12345
DMCA.com Protection Status