SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS

SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS

Oleh:  Ricny  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
5.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kerjaannya cuma serabutan, masa iya ada temen yang lihat suamiku sedang ada di ruang nasabah prioritas. Terus ngapain kira-kira dia di sana?

Lihat lebih banyak
SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
39 Bab
Part 1
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 1Tring!Sebuah pesan masuk dari Anita. Teman baikku.[Ciee yang sekarang jadi nasabah prioritas.]Keningku mengerut bingung.[Apa sih gak ngerti?] balasku.Tring!Kemudian dia mengirim sebuah gambar.[Itu suami kamu 'kan?]Kuteliti foto itu, foto punggung seorang lelaki berkaos hitam memakai sendal jepit dan celana kolor yang memang mirip dengan suamiku.Dia tengah duduk di depan teller sebuah bank. [Eh iya itu kayaknya suamiku Nit, ngapain ya dia di sana?][Ya nabunglah ngaco. Ngapain lagi? Suka merendah dan pura-pura gitu deh.]Hah? Suamiku nabung? Jadi nasabah prioritas pula? Idiiih gak mungkin. Yang aku tahu, bukannya nasabah prioritas itu gak asal ya? Ada syarat tertentu dan duit yang disimpennya juga tentu harus gede. Ratus-ratus minimanyalah ya pokoknya.Sedangkan suamiku? Kerjaannya aja cuma serabutan. Kadang ngojek, kadang jadi tukang kebun rumah orang, kadang jualan kaos, ah pokoknya apa aja deh, yang jelas duitnya gak akan s
Baca selengkapnya
Part 2
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 2Yang aku tahu, sejak dulu ibu mertua sudah ditinggal wafat oleh bapak mertua. Sebab itulah Bang Jayanta tak tega membiarkan beliau tinggal sendiri di kampungnya, jadilah ibu mertua dibawa merantau oleh suamiku ke kota Tangerang.Dan setelah menikah aku diajak tinggal bersama beliau di rumah sederhana ini, rumah yang sengaja mereka sewa agar setelah kami menikah aku tetap bisa berkunjung ke rumah ibu dan sodara-sodaraku katanya.Sehari-harunya mertuaku hanya mengasuh Nuna anak pertamaku. Dan beliau juga jarang sekali dikunjungi oleh anak-anaknya yang lain karena mereka pada merantau ke pulau seberang. Makanya aku heran, kok mertuaku punya duit sebanyak ini ya? Satu juta rupiah kulihat sekarang ada di tanganku, tentu ini bukan duit yang sedikit bagi kami. Bahkan tak jarang ibu mertua juga suka tiba-tiba beliin Nuna snack mahal. "Nuna kasih ini nih Rin, biar cucu Ibu sehat," katanya waktu itu."Ini 'kan snack mahal Bu, dari mana Ibu pun
Baca selengkapnya
Part 3
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 3"Kamu kok tahu Rin?" tanya Bang Jayanta dengan mata agak melebar."Iya, temen Arin tadi lihat Abang, sampe difotoin segala pas Abang lagi ada di depan teller, emang Abang ngapain sih di sana, Bang?"Bang Jayanta mendadak diam sambil melirik ke arah ibu mertua dengan ekor matanya. "Itu ... anu, Abang ....""Palingan cuma anterin makanan pesenan orang. Kamu katanya sekarang jadi pengantar makanan paruh waktu di restoran 'kan, Jay?" sambar Ibu mertua.Bang Jayanta yang sedang kebingungan kontan mengangguk sambil menjentikan jarinya."Nah iya bener. Bener apa kata Ibu Rin, tadi Abang lagi anterin makanan buat teller di sana," katanya dengan senyuman yang mendadak merekah."Ouuh gitu." Aku manggut-manggut.Kan bener apa kata aku, Bang Jayanta di sana palingan cuma lagi anterin makanan orang. Hmm.***Esok harinya. Aku sudah diantar Bang Jayanta pagi-pagi."Kita mau beli baju di mana Rin?""Pasar ajalah, Bang.""Beneran? Gak mau ke mall?""Y
Baca selengkapnya
Part 4
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 4Astagfirullah. Apa jangan-jangan mereka itu sebenernya orang jahat yang sedang menyamar jadi orang biasa? Mereka lalu menjadikanku mangsa mereka agar mereka bisa melancarkan aksi mereka?Eh tapi, aksi apa? Apa tujuan mereka melakukan ini? Dan kenapa harus aku? Apa hubungannya mereka sama aku?Enggak! Ya ampuun Ariniii lebay amat deh ini otaknya mikirnya. Mereka baik gitu sama aku. Mana ada mereka orang jahat, kebanyakan nonton sinetron emang nih aku."Iya Bu, maaf. Tadi itu Mbak Mumun tiba-tiba aja dateng nepuk pundak. Jaya juga sampe kaget, biasanya 'kan Mbak Mumun gak belanja ke pasar Sifon." Suami bicara lagi.Aku kembali menguping."Hih ada-ada aja sih. Kalian hati-hati dong, ujian kita buat Arini itu belum selesai. Masih ada beberapa tahap yang harus dia lewati."Hah, ujian? Ujian apaan dah? Kenapa gitu aku mesti diuji?"Iya iya. Ya udah ah, Jaya mau ke kamar dulu. Capek."Bang Jayanta terdengar bangkit dari kursi. Cepat-cepat aku
Baca selengkapnya
Part 5
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 5"Ibu! Cukup ya. Dulu Arin hampir nikah sama Mas Agas yang kaya raya itu, tapi siapa yang menggagalkannya? Ibu dan Mbak Opi 'kan? Ibu nyuruh supaya Arin ikhlas dan diam gak usah banyak omong ketika Mbak Opi ketahuan selingkuh dengan Mas Agas. Terus sekarang ketika Arin berusaha ikhlas dan menata hidup Arin dengan pilihan Arin sendiri, Ibu malah sering mempermasalahkannya hanya karena menurut Ibu, Bang Jaya itu orang miskin. Emang apa salahnya sih Bu kalau suamiku itu miskin? Miskin bukan berarti hina 'kan?" cecarku panjang lebar.Geram banget aku tuh, baru aja dateng ibu udah ngerusak suasana dengan membeda-bedakan kasta."Dan Ib-""Permisi." Ucapanku terpotong saat mertuaku muncul. Aku cepat menoleh."Ya, Bu. Ada apa? Apa perlu sesuatu?" "Rin, bisa jaga Nuna sebentar? Ibu mau numpang ke toilet.""Oh iya Bu, sini. Toiletnya ada di belakang ya," kataku sambil menunjukan arah toilet. Aku mengambil Nuna dari gendongan mertua, beliau lalu
Baca selengkapnya
Part 6
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 6"Iya uangnya biar buat Ibu aja, tadi 'kan kita gak bawa apa-apa buat Ibu, jadi biar uang arisan itu untuk hadiah Ibu aja," kata Bang Jaya yakin."Lah kok gitu sih?"Kesal, aku pun bangkit menarik tangan suami sebentar keluar."Abang, apaan sih, kok duit arisannya malah mau dikasih ke Ibu? 'Kan kita juga butuh Bang buat periksa rutin dan beli-beli makanan sehat buat utun."Bang Jaya mengibas tangan, "kalau soal buat belanja sehari-hari dan periksa utun, kamu tenang aja Rin, Abang ada uang kok.""Ya tapi, Bang-""Bener apa kata Jaya Rin, kasih aja uangnya ke ibumu, biar kalian nggak dihina-hina dan dibedakan lagi," potong Ibu mertua yang tiba-tiba sudah ada di teras."Eh Bu, udah pulang?""Udah cuma muter sekitaran sini aja, Nuna juga udah tidur nih.""Oh tidur ya Bu. Ya udah kita langsung balik aja kali ya, arisannya juga udah selesai.""Ya udah ayok.""Bentar Arin pamit dulu ke dalam." Aku berbalik badan. "Tapi eh, seriusan ini uang ari
Baca selengkapnya
Part 7
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 7"Soal yang katanya kamu mau dijodohkan sama anak juragan jengkol, yakin kamu gak mau nikah sama dia? Dia pasti mau kok meski sekarang kamu udah punya anak Rin. Kamu 'kan masih muda, cantik dan kuat.""Astagfirullah Ibu, apaan sih. Mikirnya kok sampai ke sana? Jelas aja Arin gak mau, Bu. Jangankan sekarang saat anak udah mau anak dua. Andai Arin jadi janda sekali pun, Arin gak akan mau nikah sama dia," terangku panjang lebar."Loh kenapa? Kan dia kaya raya Rin, gak seperti anak Ibu yang hanya ...." Ibu mertua berubah sedih.Aku cepat mengusap bahu beliau."Gak penting Bang Jaya orang kaya atau bukan Bu, karena bagi Arin, Bang Jaya itu spesial. Lebih dari siapa pun. Dan posisinya jelas gak akan bisa digantikan oleh siapa pun. Jadi tolong berhenti nyebut-nyebut nama lelaki lain ya, Bu. Kita fokus aja ke kehidupan kita. Keluarga kecil kita. Nuna yang lagi lucu-lucunya dan utun yang berapa bulan lagi akan siap meramaikan rumah kita juga. Oke
Baca selengkapnya
Part 8
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 8Karena kedengaran makin sengit, aku pun bangkit menengok dari kaca jendela. Mertuaku masih ngomel-ngomel dan adu mulut rupanya sama ibu-ibu rempong itu.Ah, aku jadi terharu. Entah kenapa, mertuaku sebaik itu. Beliau bahkan bersikap layaknya seorang ibu kandung yang sedang membela anaknya."Rin." Aku mengerjap dan cepat mengusap sudut mata yang sudah basah.Bang Jaya tiba-tiba sudah ada di dekatku. Dia baru pulang. Aku sampai tak sadar saat dia naik ke teras."Kenapa? Ngapain di sini?""Gak apa-apa, Bang. Tumben udah balik jam segini?" Aku balik bertanya."Gak, Abang cuma mau ngasih ini buat kamu. Terus mau berangkat lagi." Bang Jaya memberikanku plastik dari minimarket yang setelah kutengok ternyata isinya beberapa dus susu ibu hamil."Abang beli susu ibu hamil sebanyak ini? Duitnya dari mana? Abang 'kan baru jalan.""Adalah tadi Abang dapet rejeki," jawabnya santai. "Rejeki dari mana, Bang? Ini 'kan susu mahal. Terus Abang juga 'kan
Baca selengkapnya
Part 9
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 9Tak punya harta maksudnya. Tapi kalau soal hati dan lainnya, mereka kaya banget."Ah kamu nih, sabar dong Jay, tinggal dikit lagi rencan-""Ehek ehek ehek." Nuna terbangun.Aku tepok jidat. Astagfirullah Nak, kenapa mesti bangun sekarang sih? Tanggung dah ah 'kan jadinya.Karena Nuna udah terlanjur bangun, cepat aku menggendongnya dari atas kasur. Tak lama Bang Jaya juga masuk ke dalam kamar."Nuna bangun ya Rin?""Iya, Bang." "Sini. Biar Abang yang gendong. Kamu mandi aja gih takut belum mandi."Aku mengangguk dan buru-buru pergi ke kamar mandi. Selesai melakukan ritual bersih-bersih yang terhitung hanya 3 menitan itu aku gegas balik ke kamar. Udah punya anak gak ada banget waktu buat lama-lama di kamar mandi. Gak tenang aja rasanya. Takut Nuna nangis. Padahal ada mertua sih yang jaga. Tapi tetep aja gak tenang."Udah sana pergi. Jangan-jangan bener apa kata Mbak Mumun, perempuan itu emang gak tahu malu. Sini biar Nuna Ibu yang jaga.
Baca selengkapnya
Part 10
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 10Aku akhirnya urung mengejar ibuku. Sementara Mas Agas cepat menghampiri kami."Kamu gak apa-apa Rin?" tanyanya dengan wajah yang agak cemas."Gak apa-apa," jawabku kecut."Maaf ya Rin, Mas gak tahu Ibu bakal marah-marah gitu. Tahu gitu Mas gak akan anter Ibu ke sini."Aku hanya diam."Mau Mas anter ke dokter gak? Takutnya kenapa-kenapa sama janin kamu.""Apaan sih gak usah," ketusku."Agaasss! Buruan balik. Ngapain sih kamu masih di sana. Ketularan miskin baru tahu rasa kamu!" teriak Ibuku dari luar pagar.Astagfirullah. Andai bukan ibuku, udah kulakban saja mulutnya itu. Bikin malu."Ya udah kalau gitu Mas permisi ya Rin," pamit Mas Agas kemudian.Aku tetap diam sambil membuang muka. Mas Agas berbalik badan dan baru akan pergi saat ibu mertua kembali memanggilnya."Agas.""Ya, Bu?" sahutnya sambil kembali memutar badan ke arah kami."Bilang sama mertuamu itu, andai besok kami jadi orang kaya, maka haram hukumnya dia menginjakan kaki d
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status