Pak Odi berdehem saat melihatku dan Mas Latif beriringan menuju mobil. "Sukses ya, Mas," liriknya pada Mas Latif yang masih tersenyum lebar. Mereka saling pandang kemudian melirik ke arahku. "Gimana? Mau kuantar pulang atau ikut Pak Odi?" tanyanya pelan sambil mengangkat-angkat kedua alisnya. "Pak Odi," jawabku singkat. "Sabar, ya, Mas. Perempuan memang begitu, kadang jual mahal." Pak Odi kembali melirikku sambil menepuk pundak Mas Latif pelan. Aku baru akan memasuki mobil saat tiba-tiba terdengar panggilan seseorang. "Latif tunggu! Aku mau bicara," panggilnya. Aku menoleh ke belakang. Tampak Viona berlari kecil ke arah kami. Aku melirik Mas Latif yang masih begitu santai mendengar panggilan teman kuliahnya itu. "Kenapa, Vi?" tanyanya singkat saat perempuan itu sudah berdiri di hadapan kami. "Bisa bicara empat mata kan, Tif?" Dia melirikku dan Pak Odi seolah meminta kami agar tahu diri. "Ayo Pak, kita pulang duluan," ajakku pada Pak Odi yang masih berdiri di samping Mas Lati
Last Updated : 2025-09-21 Read more