All Chapters of Hazel Kesayangan Sergio: Chapter 51 - Chapter 60
232 Chapters
Bab 51
Tampaknya olahraga yang Sergio lakukan selama beberapa tahun ini telah membuahkan hasil. Dia tidak menaruh target untuk mendapatkan fisik yang kekar, hanya murni melakukan olahraga demi kesehatan. Namun begitu dipuji seperti ini oleh Hazel, entah kenapa dia merasakan kepuasan tersendiri di dalam hati.Melihat pipi Hazel yang memerah, mata Sergio berkedip beberapa kali, lalu mendekatkan tubuhnya perlahan.Saat ini, hanya ada satu pikiran yang tersisa di benaknya, yaitu mencium Hazel.Dia tidak tahu bagaimana hubungan pasangan lain, dia juga sadar kalau dirinya terlalu mesum karena menginginkan seorang gadis yang hampir sepuluh tahun lebih muda darinya. Namun, dia masih tidak bisa mengendalikan hatinya.Sebesar apa pun hambatan dan kesulitan yang Sergio hadapi dalam dunia bisnis, dia mampu menghadapinya dengan senyuman.Hanya saat menghadapi Hazel, jantung di dalam dadanya akan kehilangan kendali, seolah-olah seperti kuda liar yang berlari kencang di tengah hamparan rerumputan.Dalam dir
Read more
Bab 52
Butuh waktu lama hingga rasa panas di wajah Hazel menghilang. Baru setelah itulah dia beranjak dari tempat tidur.Saat ini, nada dering ponselnya berbunyi."Hazel, tolong aku!"Suara cemas Winda terdengar dari dalam ponsel, diiringi suara rintihan yang terdengar menyakitkan.Hazel sedikit mengernyit dan berkata, "Winda, jangan panik. Apa yang terjadi?"Winda menghela napas dalam dan menjawab, "Hari ini ada geladi bersih untuk perayaan ulang tahun kampus. Tapi kakiku terluka dan aku nggak bisa tampil buat menari di acara itu!"Kerutan di dahi Hazel makin dalam. "Di mana kamu sekarang? Aku akan segera ke sana!"Winda langsung menjawab, "Aku ada di ruang kesehatan. Jangan khawatir. Lukanya nggak terlalu serius, kok. Tapi kata dokter aku nggak boleh olahraga berat."Hazel berpikir sejenak, lalu mengatakan, "Baiklah. Tetap di ruang kesehatan dan jangan pergi ke mana pun. Aku akan ke sana sekarang."Setelah menutup telepon, Hazel bergegas turun.Ketika melihatnya turun, Adam langsung menyamb
Read more
Bab 53
"Bukannya cuma terkilir? Kenapa sampai berdarah?"Saat membahas hal ini, Winda menjadi sangat marah. "Awalnya memang nggak berdarah, hanya kulitnya saja yang tergores. Tapi kebetulan pagi tadi ada yang memecahkan gelas dan pecahan gelasnya nggak dibersihin sampai bersih ...."Dia benar-benar sial. Hari ini, dia datang ke kampus lebih awal untuk latihan. Dia berharap bisa menyelesaikan latihan lebih awal agar bisa pergi bekerja paruh waktu lebih awal.Tidak disangka kakinya malah terkilir.Hazel yang mendengar itu pun langsung mengernyit, lalu bertanya, "Apa kamu yakin itu cuma kecelakaan? Bagaimana kebetulan seperti itu bisa terjadi?""Awalnya aku pikir ada yang sengaja mencoba menyakitiku. Tapi saat pergi ke ruang CCTV, aku nggak melihat ada sesuatu yang janggal. Jadi, aku menganggap ini memang hari sialku!"Melihat kakinya yang terluka, Winda menghela napas berat.Hazel melihat lukanya dengan hati-hati dan berkata dengan cemas, "Ulang tahun kampus tinggal beberapa hari lagi. Nggak mu
Read more
Bab 54
"Jangan main-main. Kalau melewatkan kesempatan bagus ini, akan terlalu kentara kalau memintanya di lain waktu. Aku saja masih belum tahu mau pakai alasan apa."Hazel berpikir sejenak dan memberinya ide, "Gampang saja! Kakimu yang terluka adalah alasan terbaik."Winda menopang dagunya dan mengangguk setuju, "Benar. Apa menurutmu sudah terlambat kalau aku kembali sekarang?"Dokter muda di ruang kesehatan itu sangat tampan. Alis bagus, mata berbinar, hidung mancung dan perawakannya juga tinggi.Yang terpenting, dia sangat lembut!Itu sangat sesuai dengan semua fantasi Winda tentang sosok pasangan ideal."Lukamu cukup serius, jadi lain kali saja. Aku antar kamu pulang dulu."Winda memeluk lengan Hazel dan berkata dengan genit, "Hazel, aku sudah sejak lama mempersiapkan penampilan ini. Aku nggak rela karena harus berakhir seperti ini!"Hazel tahu alasan Winda menjadi kandidat penampil adalah karena ada penari profesional yang datang untuk menonton pertunjukan.Kalau dia menampilkan yang ter
Read more
Bab 55
"Jangan memujiku begitu. Aku masih sadar diri!" Winda dibuat senang oleh pujian Hazel. Dia mengangkat dagunya, lalu melanjutkan, "Ya. Kecantikanku memang berada di batas rata-rata."Hazel tidak bisa menahan tawanya saat mendengar itu.Winda teringat sesuatu, yang membuat ekspresinya langsung berubah serius. "Hazel, bukannya ayahmu masuk rumah sakit?""Ya. Kenapa kamu bisa tahu?"Ketika Hazel kembali ke rumah orang tuanya beberapa hari yang lalu, dia sangat marah atas sikap pilih kasih Krisna. Saat itu, Hazel banyak mengucapkan kata-kata kasar, yang membuat emosi Krisna terpancing dan mengalami serangan jantung.Namun, Hazel tidak merasa bersimpati. Dibandingkan dengan penderitaan yang dia dan ibunya alami, semua itu masih jauh dari kata cukup.Kalau dipikir-pikir, mungkin itu karma untuk Krisna.Winda menjawab jujur, "Pagi ini Dania telepon, katanya dia nggak bisa menghubungimu. Dia juga mengeluh kalau kemarahanmu membuat ayahmu jatuh sakit."Hazel menjawab, "Kalau dia telepon lagi, ab
Read more
Bab 56
Menjelang siang, Hazel naik ke panggung untuk berlatih.Penampilan yang dia bawakan adalah biola, sebuah musik yang manis dan anggun, yang dimainkan dengan keterampilan yang luar biasa.Saat lagu berakhir, penonton bertepuk tangan meriah.Banyak penonton yang bersorak dan pujian pun menggema dari setiap sudut.Namun, Hazel tidak merasa senang karena lagu ini adalah lagu favorit ibunya semasa hidup.Dari apa yang dia tahu, latar belakang lagu ini adalah kisah cinta yang menyedihkan.Mungkin karena pengaruh musik, perasaan Hazel menjadi sedikit murung setelah latihan.Winda hanya bisa menghela napas saat melihat Hazel yang jadi tidak fokus.Dia mencoba menghiburnya, "Hazel, semuanya sudah berlalu. Kita nggak boleh terus melihat ke depan dan berpikir ke arah yang baik-baik. Mungkin di surga nggak ada yang namanya rasa sakit, nggak perlu juga menanggung siksaan apa pun. Ini bisa jadi hal yang baik untuk Tante."Hazel mengangguk dan menjawab sambil memaksakan senyum, "Aku nggak apa-apa, kok
Read more
Bab 57
Sopir itu sudah bekerja cukup lama dengan Sergio, jadi dia langsung paham maksud isyarat mata Sergio.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil, entah apa yang dia katakan kepada orang-orang yang mengambil foto Hazel dan Sergio. Kekecewaan tiba-tiba muncul di wajah mereka, lalu melihat ke dalam mobil dengan enggan.Jarang ada mobil semewah ini di lingkup kampus mereka.Bahkan hanya ada satu dua saja di Kota Palapa.Apalagi sosok pria dan wanita di dalam mobil itu begitu luar biasa, bak selebritis. Jadi, keberadaan mereka sangat menarik perhatian.Hanya ada dua orang di dalam mobil, Hazel dan Sergio. Jadi, suasananya sangat canggung.Hazel menunduk, menggenggam ujung roknya dengan jari-jarinya dengan gelisah. Dia tidak berani mendongak dan melihat ekspresi Sergio saat ini.Saat ini, Sergio tiba-tiba menggodanya, "Nggak disangka seorang Hazel jadi orang yang sangat pemalu saat besar. Seingatku saat itu ...."Sergio tiba-tiba menghentikan kata-katanya, sorot muram muncul di matanya.Hazel t
Read more
Bab 58
Sopir kembali masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Dia mendengar pembicaraan mereka dan sempat melirik mereka beberapa kali melalui kaca depan.Awalnya dia hanya menyadarinya sekilas. Namun, saat ini dia melihat Sergio yang selalu pemarah itu tersenyum bahagia.Sopir itu tidak percaya dengan apa yang dia saksikan, jadi melirik mereka lagi beberapa kali.Sergio yang duduk di kursi belakang pun memperhatikan tatapannya dan melirik sekilas.Sorot matanya terlihat tenang, tetapi mampu membuat sopir itu bergidik hebat.Dia langsung membuang muka dan berkonsentrasi mengemudi, tidak berani melihat ke belakang lagi.Hazel merasa seperti melupakan sesuatu yang sangat penting. Setelah mobil sudah melaju cukup jauh, dia baru tersadar. "Gawar! Om, apa kita ninggalin Winda di kampus sendirian?"Sergio meliriknya dengan heran, tiba-tiba menunjukkan senyum tidak jelas. "Ya. Hazel, barusan kamu menarik tanganku ke mobil. Nona Winda pasti sedih, 'kan?"Hazel langsung mengeluarkan ponselnya dan mem
Read more
Bab 59
Dengan kata lain, selama masih ada uang di kartu utama Sergio, tidak mungkin dia tidak bisa menggunakan kartu kedua Sergio.Kecuali kartunya dibekukan.Namun, dia tidak tahu kenapa Sergio melakukan ini.Meski tidak dekat dengan Sergio, selama dia tidak melakukan kesalahan besar, Sergio tidak akan pernah bersikap sekejam itu.Malam itu, dia merasa malu di depan teman-temannya. Dia pun menaruh rasa benci yang besar kepada Sergio di dalam hatinya.Dia menelepon Sergio, tetapi Sergio menolak panggilannya. Dia menelepon Adam untuk menanyakan apa yang terjadi, tetapi dia juga tidak mendapat jawaban apa pun.Jadi, dia menjadi gila selama dua hari terakhir ini.Dia tidak bisa menahan amarahnya dan langsung bertanya, "Om, aku nggak tahu kesalahan apa yang sudah aku perbuat. Kenapa Om membekukan kartuku?"Sergio menunduk, rambut yang jatuh di dahinya menutupi tatapan dingin di matanya.Ditanya seperti itu oleh Justin, Sergio menjawab tenang, "Kenapa? Semua uang di kartu itu milikku. Aku bisa kas
Read more
Bab 60
Kemarahan di dada Justin langsung meledak saat melihat panggilan diputus sepihak.Dia menggertakkan gigi dan ingin membanting ponsel di tangannya.Kevin Revaldo, teman yang sering pergi bersenang-senang dengannya sangat sigap. Dia langsung merebut ponsel itu dari tangan Justin."Justin, ini ponselku. Kalau kamu banting, ayahku bakal menghajarku!"Ayah Kevin adalah orang kaya baru. Dulunya, dia adalah seorang kontraktor di sebuah lokasi konstruksi. Namun secara kebetulan, dia menjadi kaya dalam semalam.Kevin kurang pintar kalau terkait pelajaran. Dia hanya main dan bersenang-senang, tidak melakukan kegiatan yang serius. Dia membuat ayahnya marah setiap saat.Ini sudah menjadi ponsel ketiga yang dia ganti bulan ini.Untuk melunasi utang Justin, dia menggunakan semua uang sakunya.Kalau ponselnya rusak, dia harus minta uang sama ayahnya. Dengan emosi ayahnya, dia mungkin akan dihajar habis-habisan.Justin yang sudah marah makin marah saat melihat tangannya kosong. "Sial, aku bisa ganti!
Read more
PREV
1
...
45678
...
24
DMCA.com Protection Status