Semua Bab Tetanggaku Maduku: Bab 11 - Bab 20
30 Bab
Bab 10 Ijab Kabul
POV Ayu"Sah?""Sah!"Dadaku bergetar hebat menahan sakit yang tak berperi. Aku lemah, sungguh. Menatap Mas Rahman yang tengah bersanding dengan tetanggaku sendiri. Jika bisa, aku ingin menghilang ke suatu tempat yang sepi dan luas, berteriak sekancang mungkin atau memukul apa saja yang jadi pelampiasan.Namun semua kutahan, demi kehormatan keluarga kami, pun untuk membeli pelajaran pada dua biadab itu. Ijab kabul dilakukan malam hari, dengan Pak RT dan Pak RW sebagai saksi. Ditambah istri dari kedua aparat tempat tinggal kami.Untunglah, saudara Ibu Sri adalah seorang penghulu. Jadi, dengan mudah semua berjalan lancar. Bukankah Tuhan adil? Rencanaku bahkan berjalan mulus tanpa diduga."Maaf sebelumnya, Mbak. Pernikahan ini harus diulang saat nanti Mbak Sari usai melahirkan. Karena, nanti jatuhnya zina. Memang, ada beberapa ulama yang menyatakan sah dengan pernikahan seperti ini. Pak Rahman juga dilarang menyentuh Mbak Sari selama sembilan bulan ke depan."Mas Rahman tersentak, bisa k
Baca selengkapnya
Bab 11 Kedatangan Keluarga Rahman
PoV AyuAku terbangun di tengah malam. Rasa haus amat mengganggu. Dengan tubuh yang masih terasa lelah, kupaksakan bangkit. Sempat kulirik Mas Rahman yang tertidur memeluk guling. Rasa tak tega menyusup relung hati.Biasanya laki-laki itu akan memelukku sepanjang malam. Kebiasaan sedari menikah. Namun, bayangam video tak pantas itu seolah menghapus kenangan manisnya dalam sekejap.Aku bergegas melangkahkan kaki menuju dapur. Akan tetapi, langkahku terhenti saat kudengar suara berisik dari arah ruang tengah. Dadaku berdegup kencang. Gemetar, tubuh ini ketakutan. Bagaimana jika itu maling?Rasa haus yang mendera menguap begitu saja. Aku tetap ke dapur, tapi bukan untuk minum, melainkan mencari sapu atau apa pun yang bisa dijadikan senjata.Bisa saja aku membangunkan Mas Rahman, tetapi bagaimana kalau si penyusup itu lebih dulu menjarah harta benda dan kabur?Dengan langkah mengendap-endap aku mencoba menghampiri sumber suara. Ruang keluarga yang gelap membuatku kesulitan untuk melihat.
Baca selengkapnya
Bab 12 Terpaksa Bersandiwara
PoV Ayu"Kalian saling kenal?" tanyaku pada Azam dan Sari bergantian. Sari masih terlihat kaget. Sama halnya dengan Azam. Sedangkan, Ambu dan Abah menatap penampilan Sari dari atas sampai bawah."Kamu tinggal di sini?" tanya Azam, tak menghiraukan pertanyaanku. Mungkin dia masih penasaran dengan adanya Sari di rumah ini."A-aku permisi dulu, mau beli sarapan," ujar Sari tak menjawab, dia malah bergegas pergi ke luar rumah.Gerak-geriknya membuatku curiga. Bagaimana tidak? Wanita yang terlalu berani, bahkan untuk mencuri pun nekat, tiba-tiba saja terlihat ketakutan di depan Azam. Ada apa dengan mereka?Mata Azam mengikuti langkah Sari hingga hilang di balik pintu. Aku hendak bertanya perihal Sari padanya, tapi diurungkan karena kedatangan Mas Rahman.Mas Rahman menyambut orang tuanya, senang. Dia berlaku seolah tak terjadi apa-apa. Aku pun membiarkan saja. Ini bukan berarti aku memaafkannya, hanya saja semua demi mertuaku juga. Aku tidak mau mereka sedih atau marah. Belum waktunya me
Baca selengkapnya
Bab 13 Antara Ayu dan Azam
PoV Author"Kamu sedang apa di sini?" tanya Azam tiba-tiba, saat Sari hendak ke dapur.Sari kaget, dia langsung menoleh ke arah sekitar. Takut ada orang yang mendengar. Dengan cepat, Sari menarik tangan Azam hingga mereka sampai di dekat kolam renang."Apa yang kamu lakukan? Lepas!" sentak Azam membuat Sari langsung melepaskan tangan Azam.Azam yang terkenal kalem dan lemah lembut, seketika berubah sinis. Tatapan tajam pun dia berikan pada Sari."Jawab pertanyaanku, sedang apa kamu di rumah kakak iparku?" tanya Azam sekali lagi, kali ini dengan menyelidik. Wajah Sari tampak pucat dan bingung. Bagaimana tidak? Dia bertemu dengan mantan pacarnya yang pernah diselingkuhi. Sampai Sari menikah dengan selingkuhannya yang tidak lain adalah mantan suaminya juga temannya Azam.Yang membuat Sari takut adalah, jika Azam menceritakan masa lalunya pada Rahman. Dia tidak mungkin menjawab jika statusnya seorang istri muda. Bisa gawat berkali-kali lipat. Hidupnya saja sudah sengsara karena permainan
Baca selengkapnya
Bab 14 Mulut Mertua
"Man, yang bener kalau nyari pembantu itu!" seru Ambu, tiba-tiba keluar dari dapur.Rahman yang sedang main catur bersama Abah pun sontak menoleh. Abah juga tak luput menatap istrinya."Emangnya kenapa, Bu?" Kali ini malah Abah yang bertanya.Ambu berdecak sembari duduk di antara dua lelakinya. "Masa pembantu pakaiannya kayak wanita murahan!" cecar Ambu membuat Abah terkekeh.Dari arah dapur, Sari mendengar dengan jelas cecaran ibu mertuanya. Ingin Sari mencacah Ambu seperti sayuran yang sedang dia olah. Semua mertua sama saja, bikin sakit hati. Itu yang ada dalam pikiran Sari."Loh, Bah. Jangan senyam-senyum sembarangan! Wanita kayak gitu bisa merusak rumah tangga tahu!" hardik Ambu membuat Rahman tersentak.Kata-kata ibunya amat tepat sasaran. Rahman memilih diam dan hanya mendengarkan."Kamu nemu dia dari mana, sih?" tanya Ambu, sarkas.Sari meremas-remas beras yang akan dia cuci. Benar-benar bikin kesal sampai ubun-ubun. Kalau Rahman menurut pada Sari, sudah dibuat susah ibu mert
Baca selengkapnya
Bab 15 Sari Beraksi (1)
Sari langsung menutup mulutnya. Sedangkan semua orang beralih menatap wanita itu. Ambu yang kesal dengan tingkah Sari pun lantas berdiri dengan menyimpan sendok secara kasar."Heh! Benar-benar gak punya sopan santu kamu! Orang mau makan kamu malah mau muntah!" hardik Ambu, wajahnya sudah memerah.Ayu hanya diam menyaksikan semua drama gratisan ini. Sedangkan Rahman sudah mulai takut, ya takut jika Sari terus terang jika tengah mengandung anaknya.Di sisi lain, kecurigaan Azam semakin kentara. Dia merasa ada yang janggal dengan kehadiran Sari di sana. Ditambah Haris yang tak ada bersama wanita itu."Ma-maaf, Bu. Sa-saya sedang hamil. Hoek!" Merasa tak tahan lagi, Sari bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.Suara Sari yang muntah amat jelas ke ruang makan. Membuat masing-masing orang di sana terdiam dan mengurungkan niat untuk menyantap makanan yang tadinya tampak menggiurkan, justru berubah menjadi penyebab mual dan jijik."Bu, Abah tidak bisa makan kalau begini," uja
Baca selengkapnya
Bab 16 Sari Beraksi (2)
"Kosong?!" Sari menatap kecewa. Ada sedikit rasa kesal menyelinap.Akan tetapi, wanita itu tak begitu saja putus asa. Dia mencari di laci yang lainnya. Seketika mata itu berbinar melihat kotak merah besar beludru, tempat penyimpanan untuk perhiasan. Dengan cepat Sari membukanya. Matanya semakin membulat dengan isi kotak itu. Berbagai macam perhiasan saling bertumpuk di sana. Wanita itu seperti mendapatkan lotre, tanpa menunggu lama memasukkan isinya ke tas yang dia bawa.Seringai licik terpampang jelas di wajah Sari. Dia akan menjarah harta Ayu tanpa sisa. Setelah memastikan kotak perhiasan itu kosong, Sari beralih ke laci yang selanjutnya.Ada empat laci di meja rias Ayu. Sayangnya, yang berisi hanya laci kedua. Sedangkan sisanya, nihil. Hanya ada bros dan aksesoris untuk rambut juga kerudung, Sari tak butuh itu.Aksinya tidak berhenti sampai di situ. Dia beralih ke lemari Ayu juga Rahman. Siapa tahu surat-surat berharga milik madunya ada di lemari. Biasanya dia juga menyimpan benda
Baca selengkapnya
Bab 17 Sari Beraksi (3)
Rahman mengernyit saat tangannya mengusap samping pembaringan. Dengan cepat laki-laki itu membuka mata, tak ada sosok Ayu di sana. Lalu, matanya yang masih melihat sekitar dengan samar-samar pun menoleh pada samping kiri, di mana jam bertengger. Baru pukul tiga dini hari.Seperti kebiasaan Ayu setiap hari, dia akan bangun di jam-jam tersebut untuk menunaikkan kewajibannya sebagai seorang istri. Namun, sebelumnya salat dua rakaat tak pernah absen Ayu lakukan.Selama menikah dengan Rahman dan tinggal di rumah itu, Ayu memang sengaja tidak mempekerjakan pembantu. Kalau pun mendesak, dia akan menyewa pembantu yang hanya digaji beberapa hari. Itu demi kepuasaannya sebagai seorang istri, mengurus rumah dan suami dengan totalitas.Namun, semua pengorbanan Ayu sia-sia karena tingkah Rahman yang menyakitinya.Rahman turun dari pembaringan. Sebenarnya, dia tahu Ayu pasti tengah berkutat di dapur. Ada sedikit rasa senang menyelusup, itu berarti Ayu masih peduli dengannya, hingga tetap bangun di
Baca selengkapnya
Bab 18 Sari Beraksi (4)
"Hah?! Yang bener, Koh? Ja-jadi ini ...."Koh menghela napas panjang. "Iya, ini semua perak, Mbak."Sari berdiri, wajahnya memerah. Entah marah atau malu. Mungkin juga keduanya."Mana mungkin, Koh!"Sari mengacak sebelah rambutnya. Dia benar-benar dibuat syok. Mana mungkin Ayu menggunakan barang perak? Sedangkan di tempatnya tinggal, semua orang tahu jika Ayu orang kaya."Masa saya bohong, Mbak. Kalau gak percaya, coba tanya ke toko lain. Pasti hasilnya sama. Barang Mbak punya ini perak, bukan emas. Kalau mau dijual bisa, tapi di toko perak. Paling banter semua dapat dua jutaan," papar Koh membuat dada Ayu naik turun.Dua juta? Ayu bisa dapatkan itu dari Rahman tanpa harus mencuri. Sari benar-benar merasa dibodohi oleh Ayu. Susah payah dia mencuri, tapi hasilnya mentah.Dengan menahan malu dan kesal, Sari mengambil kembali barang itu dan melenggang pergi dengan cepat. Wanita itu harus memberi pelajaran pada madunya.Di rumah Ayu, anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan. Tersed
Baca selengkapnya
Bab 19 Sari Beraksi (5)
Terlihat Ambu tampak celingukan. Dia menyambangi setiap ruangan. Ayu yang melihatnya pun keheranan, dia menghampiri sang mertua.“Ambu, cari apa?” tanya Ayu sambil ikut celingukan.Ambu mendesah. Dia duduk di kursi ruang makan. Sesekali memijat lututnya yang mulai sakit.Cari pembantu kamu, Yu. Sedari pagi tidak kelihatan. Katanya ke pasar, masa sampai jam segini gak juga kelihatan, tutur Ambu membuat Ayu tersenyum hambar.“Tadi sudah datang, Ambu. Tapi, entah sekarang ke mana,” ujar Ayu tak enak pada sang mertua.Harusnya dia menekankan keras pada Sari. Sejak pagi dia yang mengerjakan segala urusan rumah tangga. Sebenarnya tidak masalah untuk Ayu, setidaknya selama keluarga Rahman di sini, Ayu harus memastikan semua aman. Namun, sepertinya Ambu mulai curiga dan terusik dengan tingkah Sari."Hah, kan sudah Ambu bilang, dia itu perempuan gak benar. Masa pembantu gak ada kerjaan. Malah, sedari pagi kamu yang ngerjain kerjaan rumah. Mending pecat saja!" rutuk Ambu gemas.Ayu hanya menari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status