"Ini hanya salah satu poinnya. Ada poin lainnya."Aku bertanya-tanya, "Apa lagi?"Nia mengusap pipiku dengan lembut. Tatapannya yang penuh kasih sayang itu membuat hatiku merasa gatal.Namun, detik berikutnya, Nia mencubit wajahku dengan keras."Aduh, sakit sekali." Aku berteriak, "Kak Nia, apa yang kamu lakukan?"Nia berkata, "Ini poin kedua. Dasar bajingan, kalau aku nggak sadar, kamu akan bebas menggoda para wanita sepanjang hari ...."Kemudian, aku teringat saat Nia koma, aku memang pernah melontarkan kata-kata yang tidak senonoh kepada kedua adiknya dan Nancy.Saat itu, meskipun Nia belum siuman, dia sadar.Dia mendengar semuanya.Mungkinkah Nia sedang marah. Jadi, kemarahan itu melahirkan tekadnya, sehingga dia bangun begitu cepat?Aku merasa sangat canggung hingga tertawa. "Kak Nia, karena kamu sudah tahu semuanya, kamu juga harus tahu bukan aku yang memprovokasi mereka. Mereka yang memprovokasiku.""Huh, kalau kamu memprovokasi mereka, aku nggak akan berbicara baik-baik denganm
Read more