Dua ekor kuda itu berlari tanpa henti selama sehari semalam. Akhirnya, mereka berhenti di sebuah kota kecil.Setelah Abimana mengatur tempat menginap untuk Andini, dia pergi mencari kandang kuda untuk menukar tunggangan mereka. Saat dia kembali ke penginapan, langit sudah sepenuhnya gelap.Awalnya dia mengira, setelah menempuh perjalanan sepanjang hari, Andini pasti sudah beristirahat. Namun, ternyata pintu kamarnya terbuka lebar, cahaya lilin menyala lembut di dalam, seolah-olah sedang menunggu seseorang.Melihat cahaya temaram yang menyorot keluar dari balik pintu itu, Abimana mengepalkan tangannya sebentar, menenangkan emosinya, lalu melangkah masuk."Kenapa belum tidur?" Suaranya rendah, berusaha terdengar biasa saja, seolah-olah tak ada yang terjadi.Andini sedang duduk di depan meja kecil berbentuk persegi. Di atasnya terhidang dua lauk dan satu mangkuk sup. Melihat Abimana datang, ekspresinya datar. "Aku menunggumu makan."Abimana mengangguk, lalu masuk ke kamar dan duduk. Makan
Read more