All Chapters of Putus Cinta Membuatnya Brengsek: Chapter 171 - Chapter 180

Happy ReadingHari-hari berlalu begitu cepat bagi Aiden dan Alea. Mereka yang dulu hanya rekan sekelas, kini perlahan-lahan menemukan cara untuk menikmati setiap momen yang mereka habiskan bersama. Semuanya terasa begitu indah, seperti adegan dalam film yang penuh warna dan kebahagiaan, meskipun terkadang hidup remaja mereka tak seindah yang terlihat.Pagi itu, cuaca cerah di kota mereka, dengan sinar matahari yang menembus melalui celah-celah dedaunan pohon yang rindang. Aiden, yang sudah terbiasa dengan rutinitas pagi, terlihat sedang berjalan menuju sekolah dengan langkah tenang, namun ada perasaan yang berbeda hari ini. Ia menunggu momen saat bisa bertemu dengan Alea, gadis yang telah mengubah banyak hal dalam hidupnya. Walau Aiden sering terkesan dingin dan cuek, hatinya selalu berdebar-debar saat memikirkan gadis itu.Alea, di sisi lain, bangun pagi dengan semangat yang meluap. Setiap hari, ia merasa hidupnya semakin berarti sejak Aiden menjadi bagian darinya. Dia tak pernah mem

Happy ReadingMalam itu, suasana di rumah keluarga Nara terasa tenang, meskipun di luar hujan deras. Di ruang tamu yang luas, Nara duduk di sofa, menyandarkan punggungnya pada sandaran yang empuk. Di sebelahnya, Rehan sibuk dengan laptopnya, terlihat tenggelam dalam pekerjaannya. Meskipun begitu, keduanya saling berinteraksi dalam diam, berusaha menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan keluarga.Nara menatap ke arah pintu ruang belajar, tempat di mana Aiden tengah duduk dengan serius di depan meja belajarnya. Lampu meja menyinari wajahnya yang tampak fokus. Buku-buku dan lembaran soal ujian sudah tersebar di meja, mencerminkan persiapannya yang matang menghadapi ujian semester yang semakin dekat. Nara memperhatikan anaknya, meskipun sudah besar, masih ada rasa sayang dan perhatian yang mendalam di hatinya.“Rehan, lihat Aiden. Dia bekerja keras sekali, ya,” kata Nara sambil memandang ke arah ruang belajar.Rehan mengangkat pandangannya dari layar laptop, lalu menatap Aiden sejenak. “

Happy ReadingPagi itu, suasana di rumah Rehan dan Nara terlihat biasa saja. Nara, yang biasanya aktif dan penuh semangat, sedang bersiap-siap untuk pergi ke salon. Ia mengenakan gaun santai berwarna biru muda, rambutnya yang tergerai panjang disisir rapi. Nara memeriksa dirinya di cermin, memastikan semuanya tampak sempurna. Hari ini, dia berencana untuk menghabiskan waktu sendiri, merawat diri, dan menikmati sedikit waktu santai.Namun, tiba-tiba sebuah kejadian yang tidak terduga terjadi. Ketika Nara baru saja melangkah ke luar kamar, kakinya terasa lemas, dan tubuhnya mulai goyah. Sebelum sempat berpikir atau bahkan memanggil siapapun, tubuhnya jatuh ke lantai dengan keras. Beruntung, beberapa pelayan rumah yang sedang membersihkan di sekitar ruang tengah segera berlari mendekat dan menangkapnya tepat waktu.“Ada apa dengan Mami?!” salah seorang pelayan berteriak panik.Mereka segera membawa Nara ke tempat tidur dan memanggil dokter keluarga mereka yang tinggal tidak jauh dari rum

Happy ReadingHari itu, suasana di rumah sakit terasa lebih sunyi dari biasanya. Di ruang perawatan Nara, hanya ada suara detak mesin dan langkah kaki pelan dari para perawat yang hilir mudik. Rehan dan Aiden masih menunggu di luar kamar rumah sakit, beristirahat sejenak sembari menjaga agar Nara tetap dalam kondisi yang baik. Mereka sudah menerima kabar bahwa perawatan Nara berjalan dengan baik, tetapi tetap saja, ketegangan dan kekhawatiran terasa begitu dalam.Namun, ada seseorang yang tak bisa menahan rasa khawatirnya. Alea, yang mendengar tentang kondisi Nara, merasa tak bisa tinggal diam. Tanpa memberi tahu siapa pun, dia segera menuju rumah sakit. Hatinya berdebar-debar, mencemaskan wanita yang selama ini dia anggap sebagai sosok ibu kedua. Walaupun hubungan Alea dan Nara mungkin tidak selalu sempurna, tetapi Alea tahu betul betapa besar kasih sayang Nara terhadap keluarganya, terutama pada Aiden dan Rehan. Maka dari itu, dia merasa harus berada di sana.Setibanya di rumah saki

Happy ReadingHari demi hari berlalu, namun keadaan Nara tak kunjung membaik. Meskipun telah mendapatkan perawatan terbaik yang bisa diberikan di Indonesia, kondisi tubuh Nara tetap lemah. Rehan dan Aiden semakin cemas, dan begitu banyak harapan yang terus digantungkan pada kesembuhan Nara. Namun, setiap pagi yang mereka lewati bersama Nara di rumah sakit semakin terasa berat. Nara masih terbaring lemah, tak banyak bergerak, dan wajahnya semakin pucat. Rehan bisa merasakan betapa tubuhnya tak lagi sekuat dulu.Suatu pagi, setelah berbicara dengan tim dokter di rumah sakit, Rehan merasakan ada sesuatu yang harus segera dilakukan. Dia tidak bisa terus berdiam diri menunggu perubahan yang tampaknya tak akan datang. Keputusan ini datang begitu mendalam, begitu mendesak. Dia tidak bisa hanya mengandalkan perawatan di Indonesia yang sepertinya sudah mencapai titik maksimal. "Saya rasa sudah waktunya kita mencari solusi lain," kata Rehan kepada Aiden, suaranya penuh dengan ketegasan dan kes