Angelica berdiri di depan pintu ruang ICU, matanya terpaku pada tanda larangan masuk yang tertempel di sana. Di balik pintu itu, Olivia sedang bertarung dengan rasa sakitnya, tetapi Angelica tidak bisa berbuat apa-apa. “Maafin Mama, sayang. Maafin Mama, hiks hiks.” Angelica menangis di depan ruang ICU. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan sang anak dia tidak akan pernah memaafkan dirinya selama-lamanya. “Jangan pernah berani ninggalin Mama, Via,” tangisannya semakin menyayat hati. Tangannya gemetar, napasnya tersengal, dan tubuhnya serasa kehilangan tenaga. Dia ingin masuk, ingin berada di samping anaknya, ingin menggenggam tangannya yang mungil. Tapi dua petugas medis keluar dan menghadangnya. "Maaf, Ibu tidak boleh masuk sekarang. Dokter masih berusaha menstabilkan kondisi pasien." Angelica menggeleng dengan panik. "Tolong, saya harus melihat anak saya! Saya tidak ada di sini saat dia butuh saya! Tolong izinkan saya masuk!" Salah satu perawat menyentuh lengannya, mencob
Terakhir Diperbarui : 2025-04-04 Baca selengkapnya