“Fellicia, datang sini om peluk, bajumu turunkan lagi...permainan kartu tadi kamu kalah, sini dengar, merangkak ke sini."Namaku Stella, tadi aku dan ayah, bersama sahabat dan ayahnya, berempat berminum, tapi karena tidak kuat minum jadi sudah kembali ke dalam kamar, sekarang aku mendengar ayah berbicara seperti itu dengan sahabatku Fellicia.Mereka berdua mau ngapain?"Fellicia yang penurut, seperti biasa, ayo ke sini..."Kepalaku terasa agak pusing, perlahan aku mendorong pintu kamar tidur.Lewat dari celahan pintu, aku melihat ruang tamu yang tadi bermain kartu, sahabatku Fellicia wajahnya merah, mengenakan gaun hitam bertali tipis, merangkak ke meja kartu, dan sedang bergerak ke arah ayah yang wajahnya penuh dengan kegilaan.Gaun Fellicia sangat pendek, kelihatan semua bagian bawah gaunnya.Aku melihat dengan jelas ayah seperti tidak sabaran berdiri, satu tangan mengelus kepalanya Fellicia, satunya lagi masuk ke dalam gaunnya...di saat itu, aku merasa tubuhku gemetar.Seperti ada t
Read more