Wirya terdiam sejenak, mulutnya sedikit terbuka. Matanya menatap Ambarani dengan pandangan baru—seolah melihatnya untuk pertama kalinya. "Kau... kau adalah..." kata Wirya tersendat, otaknya berusaha mencerna informasi yang tak terduga ini. "Putri kerajaan?" Ambarani mengangguk perlahan, posturnya tiba-tiba berubah—lebih tegak, lebih anggun, seperti seseorang yang teringat akan darah bangsawan yang mengalir dalam nadinya. "Tapi—tunggu," Wirya menggeleng, "jika kau benar-benar adik Ratu Arunya, mengapa kau tidak dihukum atau—"“Arunya menyayangi adik-adik perempuannya,” Ambarani memotong, suaranya dingin. “Beberapa tahun lalu, saat Arunya baru dilantik aku memberontak namun gagal.” Tangannya mengepal. “Aku hendak dihukum mati atas perintah ibuku. Ibuku masih memiliki pengaruh kuat di kerajaan meski bukan seorang Ratu lagi.”Wirya semakin antusias mendengar cerita Ambarani. “Lalu?”“Arunya membunuh Ibu dengan racun,” Ambarani menunduk dengan ucapan yang sempat terhenti. “Menghil
Terakhir Diperbarui : 2025-08-09 Baca selengkapnya