Arlina rasanya ingin segera menghilang ke dalam tanah. Wajahnya memerah, suara dipenuhi penyesalan. "Pak Rexa, maaf ...."Nada suara Rexa menjadi sedikit lebih tegas. "Coba jelaskan, kenapa kamu melamun?"Leher Arlina memerah sampai bisa terlihat jelas. Dia menahan napas, ingin mengarang alasan untuk menipu Rexa, tetapi tatapan pria itu terlalu tajam, mirip sekali dengan wali kelasnya waktu SMA.Masih dengan sedikit harapan, dia memandang Rexa dengan penuh permohonan. "Harus banget dikasih tahu ya?"Rexa menaikkan alis. "Menurutmu?"Arlina tahu dirinya tak bisa menghindar. Dengan suara gugup, cepat, dan nyaris tak terdengar, dia bergumam, "Karena kamu terlalu ganteng ...."Entah karena suaranya terlalu pelan atau Rexa benar-benar tak percaya dengan apa yang dia dengar, dia bertanya lagi, "Apa?"Arlina akhirnya nekat. Dengan kepala tegak, dia berseru, "Karena Pak Rexa terlalu ganteng!"Hening. Seluruh ruang kerja hening. Setelah berkata begitu, Arlina menutup mata dengan pasrah. Jantung
Baca selengkapnya