"Aku barusan ngomong panjang lebar ke kamu, kamu cuma balas satu kata itu? Aku suruh kamu untuk ceritakan apa pun ke keluargamu."Tiba-tiba Arlina menjawab, "Memangnya Ibu peduli?"Pertanyaannya tidak terlalu jelas. Heidy pun mengernyitkan alis. "Apa maksudmu?"Suara Arlina serak saat menjawab, "Nggak ada."Heidy mendengus, "Kamu tuh ya, pintar di sekolah juga percuma kalau ngomong saja nggak jelas."Arlina sudah malas berdebat. "Aku mau baca buku.""Iya, iya, tahu." Heidy teringat sesuatu lalu menambahkan, "Sekarang ini lagi musim flu, kamu di sekolah saja dulu, jangan pulang. Takutnya nanti nularin ke adikmu."Tiba-tiba suara berdengung memenuhi telinga Arlina. Dia menarik napas panjang, seolah baru bisa bernapas lega lagi. Dengan tenang, dia menjawab, "Iya, aku mengerti."Begitu telepon ditutup, Arlina hampir tidak bisa menahan diri untuk melempar ponselnya ke lantai. Kegelisahan dalam hatinya sulit dibendung, seakan memenuhi seluruh rongga dadanya. Dia berdiri, lalu membuka pintu r
더 보기