“Aku ingin kau tahu,” Delia menarik napas panjang, suaranya nyaris tak terdengar. Kini, tangannya bertumpu padaku. "Aku tahu. Aku tahu dari dulu jika Saka selalu mencintaimu, Nada!" Aku menegang di kursi. Suara Delia menyelinap masuk ke dada, lalu menghantam jantungku dengan pelan, perlahan tapi sangat pasti. Aku melirik Saka sekilas. Tapi laki-laki itu tak bereaksi. Tatapannya kosong, lekat pada wajah Delia yang pucat. “Apa maksudmu?” tanyaku, nyaris berbisik. Delia memejamkan mata sejenak, seolah sedang menyusun kekuatan. Lalu ia membuka matanya lagi, menatapku penuh ketulusan. “Aku pernah memaksanya untuk datang. Aku selalu memintanya untuk tinggal dalam hatiku, tapi hatinya…” Ia menoleh perlahan ke arah Saka. “Hatinya... selalu memilihmu, Nada.” Aku tercekat. Napasku terhenti sejenak. Mataku berpindah pada Saka, mencari penyangkalan, mencari sanggahan. Tapi yang kutemukan justru adalah wajah yang begitu tenang… dan sorot mata yang nyaris tak bisa kutatap terlalu lama.
Last Updated : 2025-07-09 Read more