Mendung menggantung di langit, seolah ikut merasakan duka yang akan segera merobek hati Aisyah. Pagi itu, saat Aisyah sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya, ponselnya berdering. Nama Revan tertera di layar. Biasanya, Revan akan menelepon dengan nada ceria, mengajak bercanda, atau sekadar menanyakan kabar. Namun, kali ini, ada yang berbeda. Suara Revan terdengar berat, serak, dan penuh kesedihan. "Aisyah..." panggil Revan dengan suara bergetar. Aisyah merasakan firasat buruk menjalari tulang punggungnya. "Ada apa, Pak Revan? Kenapa suaramu begitu?" tanyanya, jantungnya mulai berpacu tak keruan. Revan terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan kabar terburuk yang pernah ada. Hening itu terasa begitu panjang, menyesakkan. Aisyah bisa merasakan napasnya tertahan di tenggorokan. "Aisyah, Aira..." Suara Revan putus-putus. "Aira sudah tidak ada..." Kata-kata itu menghantam Aisyah seperti palu godam, dunia di sekelilingnya mendadak berputar, warna-
Terakhir Diperbarui : 2025-07-02 Baca selengkapnya