Pintu terbuka, tapi yang berdiri di luar bukanlah Adeline, melainkan kurir makanan.“Istrimu jelas tidak sebaik hati aku,” Leon mendesah sambil berkomentar.Leo menoleh, tepat melihat pintu kamar sebelah terbuka. Di tangan Adeline, yang tampak hanyalah tusukan kayu sate kosong, tanpa daging sama sekali.Dia… menghabiskannya semua?Padahal satenya tidak sedikit, namun ternyata ia melahap habis. Rupanya selain sedang lapar, ia juga benar-benar ngidam sate itu.“Rasanya lumayan,” Adeline melirik ke arah Leo sambil mengangkat tusukan kosongnya. “Terima kasih.”Di dalam kamar, Leon tidak mendengar suara Adeline. Ia masih asyik berceloteh lewat pintu, “Leo, dunia sekarang sudah kebalik ya. Sahabat ternyata lebih bisa diandalkan daripada perempuan. Aku saja tidak tega lihat kau kelaparan…”Leo hanya terdiam.Ia menoleh pada Adeline, sudut bibirnya terangkat tipis, tersenyum geli.“Sayang, kau sudah kenyang? Kalau belum, akan kusuruh mereka memanggang lagi untukmu.”“Pas banget, hanya saja lai
Baca selengkapnya