Felix Galvin akan menikahi cinta pertamanya. Adeline Joyce, wanita yang telah bersamanya selama tujuh tahun, tidak menangis atau membuat keributan. Ia justru turun tangan sendiri mengaturkan sebuah pernikahan megah untuknya. Di hari pernikahan itu, Adeline pun mengenakan gaun pengantin. Di sepanjang jalan, dua mobil pengantin berpapasan. Saat pengantin wanita saling menukar buket bunga, Felix mendengar Adeline berkata padanya, “Semoga kamu bahagia.” Felix mengejar mobil pengantin Adeline sejauh sepuluh mil penuh hingga akhirnya berhasil menyusul. Ia menarik Adeline sambil terisak, “Adeline, kaulah milikku.” Namun lelaki yang turun dari mobil pengantin itu langsung memeluk Adeline ke dalam dekapannya, lalu berkata, “Kalau dia milikmu, lalu aku ini milik siapa?”
View MorePukul tiga lewat lima belas dini hari, di pabrik tua yang sudah lama terbengkalai di pinggiran Kota Jakata.Cahaya bulan menembus kaca jendela yang pecah, menyinari debu yang berterbangan. Bau karat besi bercampur minyak mesin memenuhi udara. Di sudut ruangan, beberapa ekor tikus yang terkejut oleh sorot lampu mendadak, panik berlarian mencari tempat sembunyi.Derrick tersentak bangun ketika seember air es ketiga disiramkan ke tubuhnya. Bulu matanya sudah tertutup lapisan tipis es beku.Ia berusaha membuka matanya yang berat, dan yang pertama kali terlihat olehnya adalah ujung sepatu kulit yang mengilat, memantulkan cahaya dingin bulan.“Sudah bangun?” Sebuah suara dalam dan rendah terdengar dari atas kepalanya.Derrick perlahan mengangkat kepala, mengikuti garis celana panjang yang rapi ke atas dan mendapati Leo berdiri menjulang, menunduk menatapnya dari atas. Wajah dengan garis tegas itu setengah tertutup bayangan bulan, namun sorot matanya dingin hingga membuat orang merinding.Ses
Tubuh Leo jelas menegang.Sekejap saja, Adeline tahu dugaannya benar, lelaki ini ternyata sudah mengetahui segalanya, hanya saja memilih menyembunyikannya darinya.“Tidak semua hal bisa selesai hanya dengan kata maaf.” Ia mendorongnya keras. Kali ini Leo tidak melawan, tubuhnya terhuyung mundur dua langkah lalu membentur dinding dengan suara berat.Cahaya bulan menyelinap lewat celah tirai, jatuh di wajahnya yang pucat.Adeline belum pernah melihatnya seperti ini, sosok yang biasanya selalu tenang dan penuh kendali, kini tampak seperti anak kecil yang baru saja berbuat salah, kehilangan arah.“Aku…” Leo membuka mulut, tapi suara tak kunjung keluar.Apa yang bisa ia katakan? Bahwa ia selalu diam-diam melindunginya? Bahwa sejak lama ia sudah menugaskan orang untuk mengikutinya Derrick?Semua itu terdengar tak lebih dari alasan, kedok bagi sifat pengendaliannya.Tatapan kosong di wajah Leo justru membuat dada Adeline terasa sesak.Ia berbalik, melangkah menuju kamar tidur, tak ingin lagi
Leo tidak langsung menjawab. Ia justru mengeluarkan dompet, lalu dari lapisan terdalam menarik hati-hati selembar foto.Di foto itu, Adeline berdiri di podium kemenangan, rambut dikuncir kuda yang agak longgar. Terlihat jelas sebuah ikat rambut bergambar beruang kecil hampir terlepas dari rambutnya.“Aku menemukannya,” ujarnya pelan, ibu jarinya mengusap wajah tersenyum di foto itu. “Dan selalu menyimpannya.”Jantung Adeline berdegup kencang.Ia baru sadar, mungkin Leo sudah mengenalnya jauh lebih awal daripada yang ia kira. Bahkan… mungkin sudah memperhatikannya sejak lama.“Kenapa?” Suaranya bergetar, nyaris tidak terdengar.Tatapan Leo dalam, penuh emosi yang hampir menenggelamkannya. “Kau sendiri tahu alasannya.”Hembus napasnya hangat di sisi leher Adeline, membuat tubuhnya kaku. “Leo! Lepaskan dulu! Bisa tidak kalau bicara ya bicara saja, jangan macam-macam begini...”“Tidak akan kulepas,” katanya seenaknya, sambil semakin menariknya masuk ke pelukan. “Kecuali kau janji menemanik
Memeras dia?!Laki-laki ini memang selalu penuh trik. Adeline mengerutkan kening tipis. “Apa maksudmu?”Leo terkekeh kecil, ujung jarinya mengetuk dadanya sendiri. “Ini…”Adeline mencibir, tersenyum sinis. “Leo…”Belum sempat kata-katanya selesai, tubuhnya sudah diputar paksa olehnya. Dengan satu gesekan di pintu digital, terdengar bunyi beep, pintu langsung terbuka.Dalam hati, Adeline semakin yakin, kunci pintu digital ini harus segera diganti, sama sekali tidak aman!Saat pikirannya buyar, Leo sudah membawa tubuhnya masuk ke dalam apartemen. Ia cepat-cepat menarik diri menjauh, menatapnya penuh waspada. “Kau mau apa?”Bukannya menjawab, Leo malah menuju rak minuman di ruang tamu. Gerakannya begitu terbiasa, seolah-olah ini rumahnya sendiri. Ia mengambil sebotol wiski dan dua gelas.“Nyonya Brown, temani aku minum?” Suaranya dibuat panjang, lalu ia ulurkan gelas ke arahnya.Adeline menoleh dingin. “Jangan begini.”“Galak sekali.” Ia mengangkat alis, lalu mendadak memeluk pinggangnya
“Cantik, ini kan kamu sendiri yang datang mendekat!”Suara yang familiar itu, ditambah wajah yang sama sekali tidak asing, membuat tangan Adeline yang sedang memegang berkas menegang erat.Jonathan?!Memang benar pepatah bilang, musuh selalu ada dimana-mana. Hari pertama ia masuk kerja, langsung bertemu dengannya.Tidak, seharusnya ini bukan kebetulan, dia jelas sengaja datang mengejarnya karena berita. Laki-laki itu pernah masuk penjara karena dirinya, dan bahkan sempat diperlakukan sangat parah oleh Leo. Hutang dendam itu, dia pasti ingin menagih.Adeline tidak pernah suka cari masalah, tapi juga tidak pernah takut menghadapi masalah. Ia menegakkan punggungnya. “Pak Jonathan, ini perusahaan. Kalau Anda ingin Direktur Ken menjelaskan aturan perusahaan, saya tidak keberatan.”Jonathan menyeringai, senyumannya penuh niat buruk. “Hanya bercanda.”Sambil bicara, dia ulurkan tangan, nada suaranya terdengar begitu ramah, sampai terasa palsu. “Selamat bergabung dengan Oscar Corp!”Adeline ti
Sebesar apa pun keteguhan seorang perempuan, di hadapan seorang lelaki yang telah dipengaruhi alkohol, tetap saja rapuh tak berdaya.Adeline perlahan kehilangan kekuatan untuk melawan. Sentuhan tangan Leo yang melingkari pinggang rampingnya membuat keduanya sama-sama bergetar.Ketika bibirnya jatuh di atas tulang selangka Adeline, ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang berderap tak terkendali.Pakaian berserakan di lantai, cahaya bulan menembus tirai tipis, menorehkan bayangan remang di atas ranjang.Gerakan Leo bergantian lembut dan kasar, seolah sedang berusaha meyakinkan diri akan keberadaannya.Adeline menggigit bibir, menahan desah yang tertahan, namun akhirnya bentengnya runtuh, tak mampu lagi bertahan.Usai segalanya, yang tersisa hanyalah helaan napas yang terjalin di dalam kamar.Adeline menopang tubuh yang lelah dan terasa sakit. “Aku boleh pergi sekarang?”Tiba-tiba, Leo merangkulnya dari belakang, kedua lengannya mencengkeram seperti besi.“Adeline…” suaranya menga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments