LOGINFelix Galvin akan menikahi cinta pertamanya. Adeline Joyce, wanita yang telah bersamanya selama tujuh tahun, tidak menangis atau membuat keributan. Ia justru turun tangan sendiri mengaturkan sebuah pernikahan megah untuknya. Di hari pernikahan itu, Adeline pun mengenakan gaun pengantin. Di sepanjang jalan, dua mobil pengantin berpapasan. Saat pengantin wanita saling menukar buket bunga, Felix mendengar Adeline berkata padanya, “Semoga kamu bahagia.” Felix mengejar mobil pengantin Adeline sejauh sepuluh mil penuh hingga akhirnya berhasil menyusul. Ia menarik Adeline sambil terisak, “Adeline, kaulah milikku.” Namun lelaki yang turun dari mobil pengantin itu langsung memeluk Adeline ke dalam dekapannya, lalu berkata, “Kalau dia milikmu, lalu aku ini milik siapa?”
View MoreUcapan Ayah Adelia belum sempat selesai ketika dari luar terdengar langkah kaki mendekat.Tak lama kemudian, pintu ruang rawat terbuka perlahan. Stella dan Peter melangkah masuk lebih dulu, diikuti sopir mereka yang menenteng beberapa kantong besar berisi berbagai macam suplemen dan buah-buahan.Ayah dan Ibu Adelia sontak tertegun. Mereka jelas tidak menyangka bahwa keluarga Brown akan datang menjenguk.“Besan,” ujar Stella dengan senyum hangat begitu masuk, “Kami dengar Ibu mertua jatuh sakit, jadi kami datang melihat.” Sambil bicara, ia juga mengarahkan sopir untuk meletakkan semua barang di meja.Ayah Adelia tampak heran dan secara refleks melirik ke arah putrinya. “Ini... bukankah Adelia sudah...”Kata-katanya terputus di tengah, jelas bingung dengan sikap keluarga Brown saat ini.Beberapa waktu lalu, Adelia sendiri yang mengajukan perceraian. Menurut logika, kedua keluarga itu seharusnya sudah tak punya urusan lagi. Keluarga Brown sama sekali tidak wajib repot-repot datang menjeng
Dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Kota Jakata, Adelia duduk di samping jendela, menatap ke luar dengan wajah lelah dan pikiran melayang entah ke mana.Melihat ekspresinya yang muram, Adeline bertanya pelan, “Adelia, ada apa? Apakah Paman dan Bibi sedang tidak sehat?”Adelia menekan bibirnya, ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, “Ibuku... karena urusan perusahaan, ia terlalu marah dan tertekan, lalu pingsan. Sekarang masih dirawat di rumah sakit.”Adeline langsung tegang. Ia segera menoleh ke arah sopir. “Ganti rute, kita ke Rumah Sakit Kota Jakata.”Namun Adelia buru-buru menggeleng. “Tidak perlu. Kalian cukup antar aku saja, tidak usah repot-repot menjenguk. Sekarang kondisi keluarga kami...”Adeline berpura-pura memasang wajah tegas. “Kenapa? Kamu merasa aku tidak bisa membantu, atau kamu meremehkan saudari angkatmu ini?”Adelia tertegun, lalu tak kuasa menahan senyum tipis. “Jangan bercanda, kamu tahu aku bukan bermaksud begitu.”“Kalau begitu jangan banyak alasan,” ujar Adeline
Melihat situasi mulai berbalik arah, Gillian sempat ingin kembali membuat keributan, namun kali ini hanya butuh satu tatapan dingin dari Leo untuk membuatnya seketika bungkam.Setelah itu, sepanjang sisa acara lelang, Adeline dan Leo terus memenangkan semua barang koleksi Adelia, tanpa satu pun terlewat, dengan harga yang tak ada tandingannya.Begitu lelang berakhir, seorang staf datang dengan penuh hormat membawa sebuah kotak brankas kecil berdesain elegan. “Nona Adeline, semua barang yang Anda menangkan sudah terkumpul di sini.”Adeline menerima kotak itu tanpa banyak bicara. Ia langsung menyerahkannya pada Adelia. “Barang kembali ke pemilik aslinya,” ujarnya lembut.Adelia tertegun, menatap kotak di pelukannya. “Tapi uang sebanyak ini... kondisi Keluarga Stefani sekarang mungkin...”“Tak perlu dikembalikan,” potong Leo dengan nada datar. “Anggap saja itu sebagai dana investasi kami untuk Stefani Corp.”Adelia tersentak, menatap mereka berdua dengan mata membulat. “Kalian... mau mena
Semua orang di ruangan itu tahu bahwa Gillian sengaja ingin mempermalukan Adelia.Pepatah “sekali tersungkur, semua akan menertawakannya” seakan jadi cerminan sempurna bagi Keluarga Stefani, itulah kenyataan, begitulah manusia.Adelia duduk tegak, wajahnya datar tanpa emosi, namun Adeline memperhatikan jari-jari perempuan itu sudah menggenggam kuat hingga lekukan kukunya hampir menembus kulit.“Seratus empat puluh miliar, sekali!” seru juru lelang sambil mengangkat palu kayunya.Gillian menoleh dengan senyum sinis, menanti untuk menyaksikan keterpurukan Adelia.“Seratus empat puluh miliar, dua kali!”Tepat ketika palu hendak diketukkan...“Dua ratus miliar.”Suara perempuan yang dingin namun jernih terdengar dari sisi belakang ruangan.Sekejap, seluruh aula riuh.Gillian mendadak menoleh, rona wajahnya langsung berubah kelam.Adelia pun terpaku, matanya spontan mencari sumber suara.Adeline dengan tenang menurunkan papan lelang di tangannya, menggandeng lengan Leo dan berjalan ke depan






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Ratings
reviewsMore