Aku mengabaikan semua omongan mereka, hanya berulang kali menyeka keringat di pelipis anakku dengan jariku. 'Sayang, kamu harus cepat sembuh.'Malam harinya, Ridwan akhirnya kembali. Tangannya menggenggam erat sebuah kantong. Benar saja, pecahan mobil-mobilan itu berhasil dia temukan satu per satu.Dari balik kaca ruang ICU, dia berkata tubuhnya kotor, jadi untuk sementara tidak masuk."Starla, Papa akan merakit kembali mobil-mobilan ini dengan tangannya sendiri. Janji sama Papa, saat mobil ini sudah selesai, kamu juga harus bangun, ya?"Aku mendadak berbalik, air mataku berlinang menimpa wajah anakku. Bukan karena terharu, tapi karena benci!Benci karena Ridwan baru sadar ketika semuanya sudah terlambat, benci dia masih pura-pura penuh penyesalan!Aku sudah mati, anak kami juga sudah terluka begitu dalam karena dia dan wanita jalang itu. Kalaupun Starla benar-benar bangun, dia tetap akan trauma dan kehilangan seorang ibu selamanya.Ridwan bicara beberapa kalimat lagi, lalu mengusap-us
Magbasa pa