Share

Bab 3

Penulis: Duna
Mariana geram. Dia menepis gigitan itu, lalu bangkit dan menendang keras perut kecil anakku. Tubuhnya meringkuk menahan sakit, lalu muntah seketika.

Sayangnya, demi merawatku beberapa hari ini, dia jarang makan teratur. Selain darah bercampur cairan asam lambung, sama sekali tidak ada lagi yang bisa dimuntahkannya.

Dari luar pintu terdengar langkah kaki.

Ekspresi Mariana langsung berubah. Dia buru-buru mengenakan pakaian anakku kembali. Baru saja menarik ritsleting, Ridwan sudah melangkah masuk.

"Aku tadi meninggalkan jam tanganku di ... Starla?"

Dalam sekejap, matanya langsung melihat dahi lebam anakku, ekspresinya penuh keterkejutan. "Apa yang terjadi? Mariana, kamu memukul anak?"

Mariana mengerutkan kening, menekan pelipisnya pura-pura hendak pingsan.

Ridwan buru-buru menahan dan merangkulnya ke dalam pelukan.

"Niat baik dibalas dengan jahat." Mariana sengaja mengangkat pergelangan tangannya, memperlihatkan luka di sana.

Sambil menangis, dia berkata kalau Starla tadi ribut di luar dan memukul-mukul pintu. Dia merasa iba, jadi membiarkan Starla masuk. Siapa sangka, anakku terus menabrakkan diri ke dinding sambil berteriak ingin melaporkannya ke polisi karena menyiksa anak.

Melihat bekas darah di pergelangan Mariana, kecurigaan di wajah Ridwan pun sepenuhnya lenyap.

Namun aku tahu, anakku sebenarnya sudah dipukuli sampai hampir tidak punya tenaga. Gigitannya sama sekali tidak menyakiti Mariana. Semua bekas darah itu hanyalah darah dari mulut anakku!

Pengawal yang berdiri mengelilingi Starla, diam-diam menopangnya agar tidak pingsan dan jatuh ke lantai.

"Starla, kamu benar-benar makin berani. Berani bikin keributan saat aku nggak ada."

"Sebagai putra Keluarga Dariawan, kamu sudah diajari Priscilla jadi anak nakal! Setelah cerai nanti, aku nggak akan biarkan dia bertemu lagi denganmu seumur hidup!"

Saat dipukuli, Starla tidak menangis. Namun mendengar kalimat itu, akhirnya dia tak kuasa menahan tangis. "Huhu ... Papa, apa Papa nggak sayang Mama lagi? Papa juga nggak mau Starla lagi?"

Ridwan mendengar suara anakku yang nyaris habis dan melihat wajahnya yang begitu mengenaskan, matanya sampai bengkak karena menangis. Ujung kaki Ridwan sempat bergerak, tetapi raut wajahnya tampak ragu.

Mariana segera memutar otak, lalu terhuyung bangkit dari pelukan Ridwan. "Anak bodoh ini ... Papa sudah dewasa, mana mungkin kekanak-kanakan sepertimu. Waktu marah sampai-sampai menghancurkan mobil mainan, katanya nggak mau lagi benda-benda ini."

Tatapan Ridwan langsung menjadi kelam. Saat itulah, dia baru melihat mainan yang hancur berkeping di lantai. Wajahnya pun seketika membeku.

Mariana memberi isyarat dengan mata pada pengawal. Salah satu dari mereka diam-diam mengutak-atik ponselnya, lalu memutar sebuah rekaman.

Terdengar jelas suara anakku yang serak dan penuh amarah, "Wanita jahat! Wanita busuk! Kembalikan adikku! Aku akan bilang sama Papa, biar polisi menangkapmu!"

Seketika, wajah Ridwan menjadi muram. Bahkan ujung jarinya juga bergetar karena marah. "Bagus! Bagus! Sia-sia aku mengkhawatirkanmu. Semua tampang lemah dan penuh kepura-puraan ini ternyata kamu pelajari dari ibumu!"

Aku menggeleng histeris dan terus berteriak, "Bukan, bukan!" Starla adalah anak yang paling manis dan sopan. Kenapa kamu tidak percaya pada anakmu sendiri yang sudah kamu besarkan dengan tanganmu?

Ridwan memerintahkan pengawal menyeret Starla ke luar kamar. Tubuh kecil itu terhempas dan tergeletak diam di lantai.

Sampai Ridwan mengambil jam tangannya dan selesai menenangkan Mariana, lalu keluar kamar, dia masih melihat anakku terbaring menelungkup di depan pintu.

"Heh, masih juga pura-pura? Anak sekecil ini sudah penuh tipu muslihat."

Dia bahkan sempat memotret, lalu mengirimkannya ke ponselku. "Cepat naik dan bawa anakmu pulang! Atau kamu mau makin mempermalukan diri?"

Ridwan sama sekali tidak tahu, aku sedang berlutut di sisi anakku dan menangis berkali-kali.

Detik itu juga, aku membenci diriku sendiri, bahkan lebih dari kebencianku pada Ridwan dan Mariana.

Kenapa aku harus menyaksikan dengan mata kepala sendiri anakku diperlakukan begitu kejam? Kenapa aku harus mati secepat ini?

Kalau suatu hari nanti Mariana benar-benar menjadi ibu tiri anakku, apakah aku dan anakku harus menjalani siksaan seperti neraka yang kami alami hari ini?

Tanpa menunggu jawabanku, Ridwan hanya menanggapi dengan tawa dingin.

Setelah dia pergi, Starla perlahan sadar kembali. Keringat bercampur darah yang sudah mengering menempel di wajahnya, sampai-sampai matanya tertutup rapat.

Dia sudah tidak punya tenaga untuk berdiri. Dia hanya bisa meraba arah tangga yang familier, lalu merangkak dengan susah payah.

"Mama ... Starla mau kembali ke sisi Mama."

Dokter dan perawat yang lewat hanya melirik, lalu berbisik-bisik. Ada yang menatap penuh iba, ada pula yang mengejek dan mencibir.

Aku mengikuti anakku dari belakang, merasa seakan-akan jiwaku ditusuk ribuan jarum. Setiap langkah, setiap detik, terasa begitu panjang.

Ketika akhirnya dia merangkak sampai di sisi ranjangku, darahku sudah lama membeku karena kedinginan.

Namun, anakku tidak tahu. Dia malah tersenyum lega. "Syukurlah, Mama sudah nggak berdarah lagi!"

Setelah mengembuskan napas terakhirnya, dia pun benar-benar pingsan di samping jasadku.

Keesokan paginya, seorang petugas kebersihan yang pertama menyadari ada yang tidak beres. Dia menjerit ketakutan, lalu berlari terburu-buru naik ke lantai atas. "Ada ... ada mayat!"

Ridwan yang terbangun karena keributan itu, wajahnya penuh amarah saat menerobos kerumunan tenaga medis.

"Dasar ... setiap hari ada saja tingkahnya! Priscilla, hari ini kamu nggak suruh anakmu untuk berlagak kasihan, malah menyuruh petugas kebersihan akting di sini?"

Namun, begitu matanya tertuju pada kulitku yang tidak ada lagi rona kehidupan, wajah Ridwan juga ikut menjadi pucat pasi.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 9

    Satu bulan kemudian, putraku akhirnya keluar dari rumah sakit. Selama waktu itu, aku senantiasa berjaga di sisinya. Merasa tenagaku semakin melemah, aku sangat menghargai setiap detik yang masih bisa kuhabiskan bersama putraku.Saat dia sadar, kalimat pertamanya adalah, "Mama mana?"Waktu itu, Ridwan tidak berani menatap matanya."Kakek, apa Starla terlalu bodoh dan nggak bisa menjaga Mama, jadi Mama marah lalu sembunyi?"Mata mertuaku memerah, dia menenangkan Starla dengan berkata bahwa ibunya pergi ke luar negeri untuk berobat. Asal dia cepat sembuh, Mama akan pulang.Mata anakku langsung berbinar, dia mengangguk patuh. Sejak hari itu, dia rajin untuk suntik dan minum obat setiap hari. Bahkan dokter pun kagum, dia belum pernah melihat anak sekecil itu begitu pengertian dan menggemaskan.Ridwan akhirnya berhasil merakit kembali mobil mainan yang rusak. Namun, anakku tidak lagi menyukainya seperti dulu yang selalu dibawa ke mana pun.Ridwan berkata dengan murung, "Starla nggak suka mai

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 8

    Pada akhirnya, Mariana sepertinya sadar bahwa Ridwan benar-benar tidak berniat melepaskannya. Dia merasa pasrah, lalu tiba-tiba meledak tertawa histeris."Ridwan, kamu sok jadi pria setia? Apa benar aku yang membunuh Priscilla dan Starla? Nggak, bukan aku! Itu kamu! Kamu sendiri adalah pembunuh terbesar!"Wajah Ridwan yang sedari tadi tegang akhirnya berubah. Dia memaki Mariana melantur, bahkan sudah di ujung maut pun masih mau melemparkan kesalahan.Namun bagiku, perkataan itu sama sekali tidak salah.Mariana memang datang dengan niat jahat. Namun, seandainya Ridwan benar-benar mencintaiku dan anak kami tanpa tergoyahkan sedikit pun ... mana mungkin dia bisa dipermainkan oleh tipu muslihat murahan seperti itu?Kematian diriku dan luka parah Starla hingga tak kunjung sadar ... Ridwan adalah biang keladi semua itu.Mariana terus berteriak, kata-katanya semakin tajam menusuk. "Ridwan, Priscilla mati di tanganmu, kamu yang menyiksanya sampai hancur! Sekarang kamu menyiksaku demi menebusny

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 7

    Mariana berusaha menahan diri agar tetap tenang, tetapi air matanya telah jatuh duluan. "Ridwan, kamu benar-benar salah paham sama aku. Aku cuma nggak sengaja menyenggol selang itu. Sebelum sempat kupasang kembali, kamu malah sudah masuk."Ridwan hanya menyeringai dingin, lalu memberi isyarat pada para pengawal untuk membawa laptop ke depan. Dia menyuruh Mariana jangan terburu-buru membela diri, tunggu setelah melihat rekaman ini dulu.Baru melihat rekaman itu beberapa detik, wajah Mariana langsung pucat pasi. Aku ikut mendekat dan melihat layar itu menampilkan adegan kemarin ketika Starla dilempar keluar dari ruang rawat oleh para pengawal.Sekali lagi, aku melihat putraku berusaha merangkak perlahan di lantai dan bergerak menuju arah tangga dengan sisa tenaganya. Pemandangan yang memilukan itu membuatku ingin menangis sampai kehilangan kesadaran.Di jalur yang dilewati Starla, tertinggal bercak-bercak darah yang berantakan, membentuk garis tidak teratur sampai ke depan tangga.Namun

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 6

    Aku mengabaikan semua omongan mereka, hanya berulang kali menyeka keringat di pelipis anakku dengan jariku. 'Sayang, kamu harus cepat sembuh.'Malam harinya, Ridwan akhirnya kembali. Tangannya menggenggam erat sebuah kantong. Benar saja, pecahan mobil-mobilan itu berhasil dia temukan satu per satu.Dari balik kaca ruang ICU, dia berkata tubuhnya kotor, jadi untuk sementara tidak masuk."Starla, Papa akan merakit kembali mobil-mobilan ini dengan tangannya sendiri. Janji sama Papa, saat mobil ini sudah selesai, kamu juga harus bangun, ya?"Aku mendadak berbalik, air mataku berlinang menimpa wajah anakku. Bukan karena terharu, tapi karena benci!Benci karena Ridwan baru sadar ketika semuanya sudah terlambat, benci dia masih pura-pura penuh penyesalan!Aku sudah mati, anak kami juga sudah terluka begitu dalam karena dia dan wanita jalang itu. Kalaupun Starla benar-benar bangun, dia tetap akan trauma dan kehilangan seorang ibu selamanya.Ridwan bicara beberapa kalimat lagi, lalu mengusap-us

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 5

    Mariana mengusap sisa air mata dengan tangan dan menutupi sorot matanya yang panik. Mungkin karena merasa di kamar rawat ini tidak ada kamera pengawas, matanya memancarkan kebengisan sekilas.Namun saat kembali menegakkan wajah, dia tetap menampilkan sosok lemah lembut yang tampak penuh kesedihan. "Ridwan, kamu lupa ya? Ini bukan pertama kalinya Priscilla melakukan hal seperti ini!"Mariana berkata, dulu dia pernah membawa teh saat berkunjung ke rumahku. Aku sengaja menuangkan teh panas ke punggung tangan Starla, lalu mencoba menuduhnya sebagai pelaku.Untung saja, waktu itu Ridwan pulang tepat waktu dan kebetulan menyaksikan dengan mata kepala sendiri aku yang menumpahkan teh pada anakku. Sehingga dia tidak sampai tertipu.Mendengar hal itu, kegelapan di mata Ridwan tampak berkurang sedikit.Aku menggenggam tanganku begitu erat, sampai kuku menembus telapakku. Semua itu bohong!Saat itu, Mariana yang diam-diam menendang kakiku dengan keras dari bawah sofa. Tubuhku kehilangan kendali,

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 4

    "Priscilla ... Priscilla!"Ridwan berlari ke sisi ranjang dan mengguncang tubuhku dengan keras. Tentu saja, jasad tidak akan memberi respons apa pun.Mata Ridwan langsung memerah. Dia menarik seorang dokter yang paling dekat dengan panik. "Bukannya dia baik-baik saja? Kenapa bisa tiba-tiba pingsan?"Ekspresi dokter itu tampak sangat buruk. Dia hanya bisa menyampaikan belasungkawa dengan terbata-bata, "Bu Priscilla ... sudah tiada."Jawaban itu dibalas dengan bentakan marah dari Ridwan. Awalnya, dia terus berteriak tidak mungkin dan memaksa dokter segera membawaku ke ruang operasi untuk diselamatkan. Namun, semua dokter dan perawat di tempat itu hanya terdiam.Akhirnya Ridwan sadar, aku benar-benar sudah mati. Mati di rumah sakit pribadi yang didirikan dengan tangannya sendiri. Dia terus mengulang kata "tidak mungkin", tetapi suaranya semakin lama semakin pelan.Tubuhnya goyah dan nyaris jatuh ke belakang."Kalian ini kerja apa? Sebagai dokter, masa nggak tahu periksa pasien? Kenapa mem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status