Share

Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli
Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli
Penulis: Duna

Bab 1

Penulis: Duna
Setelah operasi selesai, Ridwan sama sekali tidak merasa iba meski aku baru saja kehilangan bayi keduaku yang sudah berusia tujuh bulan. Jelas-jelas ini rumah sakit pribadi milik Grup Dariawan, tapi mereka sengaja menyuruh orang menaruh ranjang sederhana di sudut tangga.

Bukan hanya aku yang kedinginan sampai seluruh tubuh membeku, bahkan putraku yang menjagaku di samping juga terus menggigil.

Meski begitu, Starla tidak peduli pada dirinya sendiri. Dia malah erat menggenggam tanganku, mulut kecilnya terus meniupkan napas hangat. "Starla tiupin Mama ya, ditiup biar hangat!"

Aku berusaha tersenyum untuk menenangkannya. "Mama nggak kedinginan."

Namun saat melihat tangan mungilnya yang bengkak dan kemerahan, aku tak mampu menahan air mata yang jatuh deras. Hanya berjarak beberapa anak tangga, Mariana mendapat kamar rawat inap mewah khusus satu orang.

Bukan hanya ada dokter dan perawat yang berjaga 24 jam, tapi juga banyak sekali pengawal dan asisten yang disiapkan oleh Ridwan.

Putraku menggigit bibir, seolah sudah membuat keputusan. "Mama, aku pergi minta tolong sama Tante Mariana ya, biar dia bujuk Papa untuk menyelamatkan Mama, boleh?"

Melihat sorot mata bening anakku, hatiku terasa perih. Dia memang manis dan pengertian, tetapi dia baru berusia enam tahun. Dia sama sekali tidak tahu, Mariana yang mendorongku jatuh dari tangga lalu berpura-pura ikut terjatuh dan menuduhku menyakitinya, sebenarnya sangat berharap aku cepat mati.

Tiba-tiba, ada aliran hangat mengalir dari tubuhku.

Anakku menjerit keras, "Banyak darah! Mama keluar banyak darah!"

Tanpa menunggu jawabanku, dia berlari ke lantai atas dengan panik. Menyadari dia ingin mencari Mariana, jantungku terasa ditusuk-tusuk. Aku ingin bangkit untuk menghentikannya, tetpai tubuhku sudah tak punya tenaga sedikit pun.

Setelah berhari-hari lemah dan dirundung kesedihan, akhirnya aku tak kuasa bertahan lagi dan benar-benar pingsan. Namun ajaibnya, jiwaku terlepas dari tubuh dan mengikuti anakku dengan erat.

Begitu sampai di depan pintu kamar Mariana, putraku baru saja hendak mengetuk pintu, tetapi dia langsung ditendang keras oleh pengawal.

"Pak Ridwan sudah berpesan, kamu nggak boleh mengganggu Bu Mariana!"

Anakku terlempar jatuh ke lantai. Sebelum sempat berdiri, dia langsung merangkak dengan tangan dan kaki ke arah pintu.

Dengan kepalan kecilnya, dia terburu-buru memukul pintu. "Tante Mariana! Tante Mariana! Mama pendarahan hebat, tolong panggil dokter untuk selamatkan Mama!"

Demi menemaniku selama ini, putraku yang biasa hidup serba nyaman, harus menahan lapar dan kedinginan dalam beberapa hari terakhir.

Kulit anak kecil sangat rapuh. Tangannya sudah lama bengkak parah. Kini setelah dipakai menggedor pintu sekuat tenaga, tangannya langsung berdarah dan meninggalkan bercak-bercak kemerahan di depan pintu.

Aku menjerit tanpa suara, memohon agar anakku jangan seperti ini. Jangan sampai demi aku, dia merendahkan diri memohon pada wanita kejam itu.

Apalagi, mamanya ini sudah meninggal ....

Sayang sekali, jiwaku sama sekali tak bisa mengeluarkan suara.

Namun tiba-tiba, pintu kamar rawat terbuka.

Mariana tengah duduk di ranjang sambil menyeruput sup bergizi. "Biarkan dia masuk."

Pengawal segera menyeret kerah baju anakku, lalu melemparnya di depan ranjang.

Mariana menelusuri kuku barunya yang berwarna mencolok. "Mau aku selamatkan ibumu?"

Melihat anakku mengangguk, dia mencibir sinis. "Kalau begitu, kamu bersujud untuk mewakili Priscilla minta maaf sama aku. Baru aku akan panggilkan dokter."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 9

    Satu bulan kemudian, putraku akhirnya keluar dari rumah sakit. Selama waktu itu, aku senantiasa berjaga di sisinya. Merasa tenagaku semakin melemah, aku sangat menghargai setiap detik yang masih bisa kuhabiskan bersama putraku.Saat dia sadar, kalimat pertamanya adalah, "Mama mana?"Waktu itu, Ridwan tidak berani menatap matanya."Kakek, apa Starla terlalu bodoh dan nggak bisa menjaga Mama, jadi Mama marah lalu sembunyi?"Mata mertuaku memerah, dia menenangkan Starla dengan berkata bahwa ibunya pergi ke luar negeri untuk berobat. Asal dia cepat sembuh, Mama akan pulang.Mata anakku langsung berbinar, dia mengangguk patuh. Sejak hari itu, dia rajin untuk suntik dan minum obat setiap hari. Bahkan dokter pun kagum, dia belum pernah melihat anak sekecil itu begitu pengertian dan menggemaskan.Ridwan akhirnya berhasil merakit kembali mobil mainan yang rusak. Namun, anakku tidak lagi menyukainya seperti dulu yang selalu dibawa ke mana pun.Ridwan berkata dengan murung, "Starla nggak suka mai

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 8

    Pada akhirnya, Mariana sepertinya sadar bahwa Ridwan benar-benar tidak berniat melepaskannya. Dia merasa pasrah, lalu tiba-tiba meledak tertawa histeris."Ridwan, kamu sok jadi pria setia? Apa benar aku yang membunuh Priscilla dan Starla? Nggak, bukan aku! Itu kamu! Kamu sendiri adalah pembunuh terbesar!"Wajah Ridwan yang sedari tadi tegang akhirnya berubah. Dia memaki Mariana melantur, bahkan sudah di ujung maut pun masih mau melemparkan kesalahan.Namun bagiku, perkataan itu sama sekali tidak salah.Mariana memang datang dengan niat jahat. Namun, seandainya Ridwan benar-benar mencintaiku dan anak kami tanpa tergoyahkan sedikit pun ... mana mungkin dia bisa dipermainkan oleh tipu muslihat murahan seperti itu?Kematian diriku dan luka parah Starla hingga tak kunjung sadar ... Ridwan adalah biang keladi semua itu.Mariana terus berteriak, kata-katanya semakin tajam menusuk. "Ridwan, Priscilla mati di tanganmu, kamu yang menyiksanya sampai hancur! Sekarang kamu menyiksaku demi menebusny

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 7

    Mariana berusaha menahan diri agar tetap tenang, tetapi air matanya telah jatuh duluan. "Ridwan, kamu benar-benar salah paham sama aku. Aku cuma nggak sengaja menyenggol selang itu. Sebelum sempat kupasang kembali, kamu malah sudah masuk."Ridwan hanya menyeringai dingin, lalu memberi isyarat pada para pengawal untuk membawa laptop ke depan. Dia menyuruh Mariana jangan terburu-buru membela diri, tunggu setelah melihat rekaman ini dulu.Baru melihat rekaman itu beberapa detik, wajah Mariana langsung pucat pasi. Aku ikut mendekat dan melihat layar itu menampilkan adegan kemarin ketika Starla dilempar keluar dari ruang rawat oleh para pengawal.Sekali lagi, aku melihat putraku berusaha merangkak perlahan di lantai dan bergerak menuju arah tangga dengan sisa tenaganya. Pemandangan yang memilukan itu membuatku ingin menangis sampai kehilangan kesadaran.Di jalur yang dilewati Starla, tertinggal bercak-bercak darah yang berantakan, membentuk garis tidak teratur sampai ke depan tangga.Namun

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 6

    Aku mengabaikan semua omongan mereka, hanya berulang kali menyeka keringat di pelipis anakku dengan jariku. 'Sayang, kamu harus cepat sembuh.'Malam harinya, Ridwan akhirnya kembali. Tangannya menggenggam erat sebuah kantong. Benar saja, pecahan mobil-mobilan itu berhasil dia temukan satu per satu.Dari balik kaca ruang ICU, dia berkata tubuhnya kotor, jadi untuk sementara tidak masuk."Starla, Papa akan merakit kembali mobil-mobilan ini dengan tangannya sendiri. Janji sama Papa, saat mobil ini sudah selesai, kamu juga harus bangun, ya?"Aku mendadak berbalik, air mataku berlinang menimpa wajah anakku. Bukan karena terharu, tapi karena benci!Benci karena Ridwan baru sadar ketika semuanya sudah terlambat, benci dia masih pura-pura penuh penyesalan!Aku sudah mati, anak kami juga sudah terluka begitu dalam karena dia dan wanita jalang itu. Kalaupun Starla benar-benar bangun, dia tetap akan trauma dan kehilangan seorang ibu selamanya.Ridwan bicara beberapa kalimat lagi, lalu mengusap-us

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 5

    Mariana mengusap sisa air mata dengan tangan dan menutupi sorot matanya yang panik. Mungkin karena merasa di kamar rawat ini tidak ada kamera pengawas, matanya memancarkan kebengisan sekilas.Namun saat kembali menegakkan wajah, dia tetap menampilkan sosok lemah lembut yang tampak penuh kesedihan. "Ridwan, kamu lupa ya? Ini bukan pertama kalinya Priscilla melakukan hal seperti ini!"Mariana berkata, dulu dia pernah membawa teh saat berkunjung ke rumahku. Aku sengaja menuangkan teh panas ke punggung tangan Starla, lalu mencoba menuduhnya sebagai pelaku.Untung saja, waktu itu Ridwan pulang tepat waktu dan kebetulan menyaksikan dengan mata kepala sendiri aku yang menumpahkan teh pada anakku. Sehingga dia tidak sampai tertipu.Mendengar hal itu, kegelapan di mata Ridwan tampak berkurang sedikit.Aku menggenggam tanganku begitu erat, sampai kuku menembus telapakku. Semua itu bohong!Saat itu, Mariana yang diam-diam menendang kakiku dengan keras dari bawah sofa. Tubuhku kehilangan kendali,

  • Bayiku dibunuh Pelakor, Suamiku Tak Peduli   Bab 4

    "Priscilla ... Priscilla!"Ridwan berlari ke sisi ranjang dan mengguncang tubuhku dengan keras. Tentu saja, jasad tidak akan memberi respons apa pun.Mata Ridwan langsung memerah. Dia menarik seorang dokter yang paling dekat dengan panik. "Bukannya dia baik-baik saja? Kenapa bisa tiba-tiba pingsan?"Ekspresi dokter itu tampak sangat buruk. Dia hanya bisa menyampaikan belasungkawa dengan terbata-bata, "Bu Priscilla ... sudah tiada."Jawaban itu dibalas dengan bentakan marah dari Ridwan. Awalnya, dia terus berteriak tidak mungkin dan memaksa dokter segera membawaku ke ruang operasi untuk diselamatkan. Namun, semua dokter dan perawat di tempat itu hanya terdiam.Akhirnya Ridwan sadar, aku benar-benar sudah mati. Mati di rumah sakit pribadi yang didirikan dengan tangannya sendiri. Dia terus mengulang kata "tidak mungkin", tetapi suaranya semakin lama semakin pelan.Tubuhnya goyah dan nyaris jatuh ke belakang."Kalian ini kerja apa? Sebagai dokter, masa nggak tahu periksa pasien? Kenapa mem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status