Kamis datang dengan warna kelabu yang sama seperti perasaan Arunika. Setiap detik yang berlalu terasa seperti butiran pasir yang jatuh di jam waktu, menandai hidupnya yang semakin mendekati sebuah akhir yang tak terhindarkan. Di kantor, ia bekerja seperti robot. Mengetik, menjawab telepon, mengatur jadwal—semua dilakukan dengan efisiensi yang dingin, sementara jiwanya melayang di tempat lain, terperangkap dalam teror akan apa yang menantinya besok malam.Pagi itu, Rakha mengiriminya transkrip lain dari alat penyadap. Percakapan Arvan dengan tim legalnya. Arunika membacanya, memprosesnya, lalu menyimpannya dalam folder khusus di ponsel rahasia, semuanya dengan perasaan mati rasa. Pengkhianatan ini sudah menjadi rutinitas yang mengerikan.Arvan, dengan kepekaannya yang tulus, menyadari perubahan dalam diri Arunika. Ia tidak lagi hanya terlihat lelah, tapi juga kosong. Sore itu, ia memanggil Arunika masuk ke ruangannya dan menutup pintu.“Arunika, duduklah sebentar,” katanya dengan nada
Terakhir Diperbarui : 2025-10-09 Baca selengkapnya