Suara monitor di ruang ICU berdenting pelan, ritmis, seolah jadi pengingat betapa rapuhnya nyawa seseorang.Arunika duduk di kursi besi yang dingin, menatap wajah pucat adiknya, Farel, yang masih terbaring koma.Sejak malam itu, malam penuh darah yang merenggut orang tua mereka, Farel tidak pernah membuka matanya lagi. Arunika menggenggam tangan adiknya erat. “Bertahanlah, Rel. Kakak nggak akan biarin kamu pergi. Apa pun yang terjadi.” Namun, tekad yang ia ucapkan dengan suara bergetar terasa begitu rapuh di hadapan kenyataan. Amplop cokelat yang tadi pagi diberikan pihak rumah sakit masih terselip di tasnya. Ia sudah membaca isinya berulang kali, tapi kalimat itu tetap menusuk seperti pisau. “Jika dalam tujuh hari tidak ada pembayaran, layanan perawatan akan dihentikan.” Arunika tahu artinya: jika ia tidak menemukan uang sebesar itu, Farel akan kehilangan kesempatan untuk tetap hidup. Ia mencoba segala cara. Menghubungi kerabat jauh yang bahkan jarang ditemuinya. Mengetuk pintu
Terakhir Diperbarui : 2025-09-05 Baca selengkapnya